Advertisement
Gunungkidul Tolak Wacana Penghapusan ASPD

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pendidikan Gunungkidul menolak wacana penghapusan Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD) seperti disampaikan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim. Penolakan salah satunya karena tes ini untuk menjaga motivasi para siswa agar semangat belajar.
“ASPD tidak hanya untuk standarisasi mutu pendidikan, tapi juga jadi cemeti [cambuk] bagi para guru guna memotivasi anak-anak agar giat belajar,” kata Kepala Dinas Pendidikan Gunungkidul, Nunuk Setyowati kepada Harianjogja.com, Jumat (2/6/2023).
Advertisement
BACA JUGA : Gegara Sajam, Siswa SMP Jogja Ini Jalani ASPD dari Tempat
Menurut dia, ketiadaan Ujian Nasional dan penerimaan peserta didik baru yang menggunakan jalur zonasi sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karenanya, saat UN dihapuskan diadakan ASPD.
“Ya kalau tidak ada ASPD, bagaimana mau motivasi belajar anak,” katanya.
Nunuk berpendapat apabila ada kekurangan dalam pelaksanaan ASPD, seharusnya bukan dihapus. “Namun bisa dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan bisa lebih baik lagi,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul, Ery Agustin S menyampaikan hal yang sama. Menurut dia, ASPD masih sangat relevan dilaksanakan karena tidak hanya menjadi standarisasi mutu pendidikan, tapi juga sebagai sarana menjaga motivasi belajar siswa.
“Sekarang kayak tidak ada beban karena penting masuk bisa lulus. Terus nyari sekolah juga dengan model zonasi sehingga dapat diterima di sekolah yang dekat rumah,” katanya.
Ery berpendapat, ASPD tidak harus diharus dihapus tapi bisa lebih disempurnakan. “Ya kalau tidak ada, terus bagaimana mau memotivasi siswa agar tetap belajar sehngga bisa meraih cita-cita yang diinginkan,” katanya.
BACA JUGA : PPDB 2022: Ribuan Pelajar dari Luar Derah Berebut Sekolah
Dia pun membandingkan pada saat dirinya masih sekolah. Siswa di tingkat akhir akan belajar lebih giat karena untuk penentuan kelulusan dan mencari sekolah baru di jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan nilai diperoleh saat ujian akhir menjadi syarat mencari sekolah baru yang diinginkan. “Dulu hanya ada EBTA [evaluasi belajar tahap akhir] dan Ebtanas [evaluasi belajar tahap akhir nasional]. Jadi kalau nilainya kurang bagus, maka tidak bisa masuk ke sekolah favorit,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polri Klaim Selesaikan 3.326 Kasus Premanisme dalam Operasi Serentak
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Jelang Kurban, Ternak di Gunungkidul Wajib Kantongi Surat Kesehatan Hewan
- Soal Kelanjutan Rencana Pengembangan Wisata Malam Parangtritis, Begini Kata Dispar DIY
- Jalan Tegalsari-Klepu Kokap Penghubung YIA-Borobudur Hanya Diperbaiki 4 Kilometer, Ini Alasannya
- Pendaftar Sekolah Rakyat Sonosewu dan Purwomartani Tembus 700 Orang, Dinsos Gelar Verifikasi Lapangan
- Cak Imin Resmikan SPPG BUMDes Tridadi Sleman
Advertisement