Advertisement

Begini Penampakan Area Pembuangan Sampah selama TPA Piyungan Ditutup, Warga Waswas Pencemaran

Lugas Subarkah
Selasa, 25 Juli 2023 - 19:17 WIB
Arief Junianto
Begini Penampakan Area Pembuangan Sampah selama TPA Piyungan Ditutup, Warga Waswas Pencemaran Warga mencari rumput di lokasi yang akan dijadikan tempat penitipan sampah, di Dusun Karanggeng, Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan, Selasa (25/7/2023) - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Lokasi yang akan dijadikan tempat penitipan sampah untuk Sleman dan Kota Jogja berada di Dusun Karanggeneng, Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan. 

Untuk mencapai lokasi tersebut, kita bisa lewat jembatan Kali Kuning ke timur atau dari Wukirsari ke utara. Melalui jalan yang hanya cukup dilewati satu mobil, lahan tersebut berjarak sekitar 200 meter dari pemukiman terdekat. Di situ, ada sepetak tanaman cabai dan hamparan rumput kolonjono.

Advertisement

Dari pantauan Harianjogja.com, Selasa (25/7/2023), petak tanaman cabai itu masih terpasang mulsa di atasnya. Sejumlah warga juga masih mencari rumput untuk pakan ternak. Mereka menggunakan sepeda motor maupun mobil pikap untuk mengangkut rumput.

Salah satu warga, Arif Abdullah, mengatakan keluarganya menyewa 1.000 meter persegi lahan tanah kas desa tersebut untuk mencukupi kebutuhan pakan ternaknya. Dia pun mengaku sudah menerima sosialisasi penggunaan lahan tersebut sebagai tempat penitipan sampah.

"Sosialisasi ke warga belum lama, tiga hari yang lalu. Aktivitas warga masih. Luas total 2 hektare. Tanah kas desa semua. Warga menggunakan untuk menanam lombok, ada yang untuk pakan, dengan kolonjono," ujarnya.

Dengan dijadikannya tempat penitipan sampah, warga pun tidak bisa menjalankan aktivitas pertanian lagi. Padahal mereka sudah menyewa lahan tersebut dari Kalurahan Umbulharjo. Maka dia minta ada kompensasi untuk warga sekitar terutama penyewa lahan. "Ada ganti ruginya enggak? Kan kami udah nyewa," kata dia.

BACA JUGA: Tampung Sampah dari Jogja dan Sleman, Pemda DIY Siapkan Lahan SG di Cangkringan

Selain harus menghentikan aktivitasnya, warga juga khawatir dijadikannya tempat penitipan sampah di lahan tersebut akan mencemari lingkungan sekitar, dari bau dan air lindinya. Adapun di sebelah selatan berjarak 300 meter dari lokasi tersebut, merupakan desa wisata Pentingsari.

Sampai saat ini dia melihat belum ada persiapan besar yang dilakukan. Dia mengaku baru tahu dari sosialisasi dari pihak kalurahan. "Infonya mau ada alat berat masuk. Kemaren minggu lalu juga ada helikopter mendekat, mungkin survei," kata dia.

Jogoboyo Kalurahan Umbulharjo, Sriyono, menuturkan dari sosialisasi yang telah digelar, respons warga beragam, ada yang setuju, ada yang tidak. "Ini sesuatu yang baru, kalau ada pro-kontra ya wajar. Karena belum tahu prosesnya atau kekhawatiran tertentu yang belum tentu bisa terjadi," katanya.

Namun dia memastikan dampak negatif itu tentu telah diantisipasi oleh pemerintah. "Secara garis besar ada ahlinya untuk mengatasi itu. Kami serahkan ke ahlinya. Tentunya saat memasukkan barang ada konsekuensi dari penitip. Jangkanya sekian bulan, biar tidak menimbulkan dampak lingkungan dan sebagainya," ungkapnya.

Panewu Cangkringan, Jaka Sumarsono, mengatakan kompensasi bagi warga terdampak menjadi perhatian Pemkab Sleman. Di samping itu, ia berharap pemangku kebijakan juga memperhatikan pemulihan lahan setelah dipakai, agar tetap bisa dimanfaatkan warga. "Sebelum dan sesudah pasti ada kajian. Harapan kami sama. Tidak ada efek atau dampak lingkungan terkait penggunaan sebagai TPS sementara selama dua bulan sambil menunggu Piyungan selesai," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Digugat Praperadilan di PN Jaksel Oleh Sekjen DPR Indra Iskandar, Ini Kasusnya

News
| Sabtu, 18 Mei 2024, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Punya Kedalaman 116 Meter, Hongyancun Jadi Stasiun Kereta Bawah Tanah Terdalam di Dunia

Wisata
| Jum'at, 17 Mei 2024, 12:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement