Advertisement

Menyelam dalam Nostalgia, Menciptakan Kenangan di Pasar Kangen

Sirojul Khafid
Sabtu, 05 Agustus 2023 - 06:27 WIB
Budi Cahyana
Menyelam dalam Nostalgia, Menciptakan Kenangan di Pasar Kangen Pasar Kangen di Taman Budaya Yogyakarta, Jogja, Rabu (2/8/2023). - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Acara-acara dengan jualan utama nostalgia semakin merajalela. Ada yang memang ingin kembali terbang ke masa lalu, ada juga yang hanya ingin pengalaman baru.

Udah ke Pasar Kangen?” tanya Ridho Pratama di sebuah kedai kopi.

Advertisement

“Belum, katanya padet banget,” jawab Martha Swastika.

“Ya ayo, buktikan, ramai atau enggak,” timpal Ridho.

Jadilah Ridho dan Martha menghabiskan hari itu dengan berkunjung ke Pasar Kangen yang berada di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Setengah jam perjalanan, mereka sempat kesulitan mencari tempat parkir. Deretan motor sudah berjejer sampai ke jalan raya, bahkan sampai ke perempatan Hotel Limaran yang jaraknya sekitar 450 meter dari TBY.

Di parkiran, Ridho dan Martha menunggu teman lain yang memang saling berjanji temu. Mereka berjalan kaki dengan perlahan, menghindari bertabrakan dengan pengunjung lain yang hendak pulang. Padat merayap. “Benar kan, ramai banget,” kata Martha, tetap berjalan ke Gedung TBY, Rabu.

Apabila kamu seorang muslim, dan ingin berlatih ibadah haji seperti tawaf, mungkin kondisi malam itu cukup mirip. Semua orang berdesakan. Mustahil untuk bisa jalan dengan cukup kencang. Mereka sibuk dengan pencarian masing-masing. Ada yang menunggu penampilan seniman di atas panggung, berbincang satu sama lain, dan yang paling banyak mencari makanan.

BACA JUGA: Pemburu Harta Karun Kali Oya Gunungkidul: Temukan Keris Emas, Jadi Buruh Bangunan Saat Hujan

Seperti namanya, jualan utama Pasar Kangen yang berlangsung 27 Juli sampai 5 Agustus 2023, adalah nostalgia dengan segala kejadulannya. Makanan dan minuman jadul, mainan jadul, barang-barang jadul, sampai hiasan jadul. Meski memang tidak semuanya, tapi segala barang jadul mendominasi.

Ada dawet, wedang kembang tahu, serabi, rujak, ketan, geblek, clorot, emping, wingko, dan lainnya. Untuk barang-barang, ada uang kuno, tape recorder, kaset, jam jadul, foto-foto, buku, sampai helm. Bahkan ada beberapa jasa seperti ramalan dari kartu tarot sampai jasa pijat bagi yang pegal berjalan-jalan.

Martha lahir 2003, berusia 20 saat ini. Ridho lahir 1994, berusia 29 tahun. Saat kecil, makanan tradisional yang Martha ingat hanya putu. Itu pun jarang dia makan sekarang. Tidak banyak penjual kue putu yang lewat di depan rumah ataupun indekosnya. “Sebenarnya suka makanan tradisional, terutama yang manis. Tapi karena jarang lewat, jadinya enggak terbiasa sama makanan kaya gitu. Di Pasar Kangen ini, aku lebih milih makanan yang aku jelas suka, kayak putu,” kata perempuan yang tinggal di Sleman.

“Banyak makanan jadul yang aku suka, kayak klepon, serabi, atau geblek. Tapi tujuan ke sini bukan itu sih, lebih ke pengin tahu gimana suasananya. Ini pertama kali ke Pasar Kangen sejak lima tahun di Jogja,” kata Ridho, yang tinggal di Sleman.

Di samping makanan, Martha tidak begitu mendapatkan sensasi barang-barang antik yang banyak dihamparkan oleh para penjual. Seperti tape dan kaset, dia tidak pernah punya pengalaman tentang alat pemutar musik itu. Sedari mengenal musik, Martha sudah menggunakan aplikasi seperti Winamp.

Barang-barang jadul yang ada di Pasar Kangen sangat menyenangkan mata. Warna-warni dan unik. Namun, tidak ada hasrat untuk membeli dan mengoleksinya di rumah. Cukup lewat pandangan mata, tidak harus memilikinya.

Untuk Ridho, barang-barang seperti kaset Sheila on 7, uang Rp100 kertas, kaset game Nintendo, jam tangan jadul, sampai poster band memancarkan banyak kenangan masa lalu. Salah satunya, dia ingat saat harus ke toko kaset ketika band kesukaannya mengeluarkan album baru. Dia dengarkan satu per satu lagunya. “Mungkin ini cukup relate sama anak 90-an kayak aku, enggak cuma Pasar Kangen, banyak acara atau bahkan konser yang memang menjual kenangan. Dan memang menyenangkan. Dulu waktu kecil belum bisa akses, sekarang sudah punya uang, jadi bisa akses,” katanya.

BACA JUGA: Kisah Keluarga Sumiran Penghuni Kampung Mati di Kulonprogo, Jalan 2 Km ke Rumah Tetangga

Dosen di School of Psychology, Universitas Surrey, Inggris, Erica Hepper, mengatakan nostalgia atau memikirkan kenangan indah di masa lalu, akan memunculkan perasaan hangat. "Seringkali nostalgia terasa campur aduk. Kebanyakan bikin bahagia dan nyaman, walau kadang ada perasaan sedih karena yang kita kenang itu beberapa sudah hilang," tulisnya di salah satu publikasi.

Perasaan nyaman dan bahagia juga bisa karena dahulu beban hidup lebih mudah diangkat, hanya masalah anak-anak dan remaja. Sementara saat ini, seiring dengan bertumbuhnya usia seseorang, masalah semakin banyak dan kompleks. Ini bisa jadi alasan orang lebih senang bernostalgia. Saat seseorang tidak bisa menaklukan semua masalah, kembalilah dia ke masa lalu.

Profesor psikologi di North Dakota State University, Amerika Serikat, Clay Routledge, mengatakan rata-rata orang bernostalgia sekali dalam sepekan. Nostalgia ini bisa dipicu oleh berbagai hal seperti aroma, wangi, lagu, makanan, hingga foto.

Sementara sastrawan Prancis, Marcel Proust, membuat istilah involuntary memory dalam novelnya yang berjudul À la Recherche du Temps Perdu (In Search of Lost Time). Banyak orang menerjemahkan involuntary memory dengan istilah kenangan. Kenangan tidak asal muncul, namun hadir lantaran adanya pemicu khusus. Kenangan bisa muncul, karena ada rasa makanan, aroma, atau perasaan terhadap objek tertentu yang menjadi pemicu.

Dalam pengertian Proust, kenangannya terhadap masa kecil muncul sewaktu dia menyantap kue yang dicelupkan ke teh. Proust kecil sering makan kue dicelup teh bersama bibinya. Saat melakukan hal yang sama, semesta masa kecil itu hadir dalam kesadaran si tokoh dalam novel Proust.

Ridho, Martha, dan dua temannya duduk setelah membeli beberapa makanan dan minuman. Ada putu, dimsum, dan teh poci. Duduk di dalam salah satu gedung yang ada di TBY, mereka berbincang dari berbagai barang yang ada Pasar Kangen sampai hal-hal yang tidak penting, seperti kenapa putu yang mereka beli warnanya putih, bukan hijau seperti biasanya. “Habis ini makan tongseng di jalan kali ya, sekalian perjalanan pulang,” kata Ridho.

Padahal di Pasar Kangen ada banyak makanan. Namun mereka tetap memilih tongseng. Lagi-lagi, mengunjungi Pasar Kangen hanya untuk mampir nostalgia. Tentang makanan, aroma, barang, dan foto. Kunjungan ke Pasar Kangen mungkin beberapa belas atau puluh tahun ke depan justru yang akan menjadi momen nostalgia itu sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AHY Akan Deklarasikan Bali sebagai Pulau Lengkap

News
| Jum'at, 03 Mei 2024, 12:37 WIB

Advertisement

alt

Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 17:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement