Advertisement
Pengurangan dan Pemilahan Sampah Harus Terus Didorong

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Budaya mengurangi dan memilah sampah terus didorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) agar bisa menjadi gaya hidup masyarakat.
Kepala DLH Sleman, Epiphana Kristiyani mengungkapkan lewat surat edaran Bupati Sleman, masyarakat diminta untuk mengurangi sampah. Masyarakat yang kini masuk pada era hidup konsumtif harus memperhatikan betul produksi sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. "Pertama harus mengurangi sampah, itu prinsip," katanya, Selasa (15/8/2023).
Advertisement
Selanjutnya, apabila telanjur memproduksi sampah, maka langkah yang dilakukan adalah memilah sampah. Bila tidak dipilah akan menyebabkan sampah sulit dikelola. "Kalau sampah organik [basah] tercampur dengan sampah anorganik [kering] diserahkan ke pengepul, tidak ada pengepul yang mau membeli," katanya.
Sampah organik dapat dikelola dengan memasukkannya ke lubang tanah atau ke lubang biopori. Setelah penuh, lubang ditutup dengan tanah sehingga sampah menjadi kompos. "Cara yang lain bisa untuk pakan ternak, untuk pakan bebek atau ikan. Bisa juga untuk pakan magot, dibuat eco enzyme," katanya.
BACA JUGA: Generasi Muda Harus Mengisi Kemerdekaan dengan Kegiatan Positif
Ketika sampah organik sudah dikelola, menyisakan sampah anorganik, seperti plastik, kertas, kardus yang kemudian dikumpulkan. Tinggal menunggu tukang rongsokan untuk dijual. "Atau bisa disetorkan ke bank sampah, malah bisa jadi nasabah bank sampah. Nanti kalau lebaran sampah yang sudah diserahkan/ditabung dapat diambil dalam bentuk uang. Artinya semua selesai, tinggal residunya," kata dia. Sampah residu adalah jenis sampah yang tidak bisa dikelola, seperti popok bayi sekali pakai, pembalut hingga styrofoam.
Epiphana berharap dengan gaya hidup pilah-pilih sampah, DLH tinggal mengolah residunya saja. Residu inilah yang coba ditekan sekecil mungkin.
DLH, menurut Epiphana, terus mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan foodwaste. Saat membeli makanan di luar, acap kali menyisakan sampah berupa kemasan plastik. Belum lagi kalau menyisakan makanan yang dibeli tidak dihabiskan
TPST Piyungan, menurut Epiphana, menjadi momen untuk menyadarkan masyarakat agar mengelola sampah dengan baik dan benar. Epi melihat saat ini sudah banyak masyarakat yang bergerak mengelola sampah. Sosialisasi dan edukasi pengelolaan sampah juga terus dipromosikan agar masyarakat mau mengelola sampahnya sendiri dimulai dari rumah. "Kegiatan memilah sampah ini harus tetap berlangsung jangan sampai putus. Seberapa luas lahan TPA yang disediakan pasti akan kurang bila masyarakat tidak ikut mengurangi dan mengelola sampahnya,” katanya.
Dengan prinsip polluter pay principle atau prinsip pencemar membayar, maka yang menghasilkan banyak sampah harus mengatasi. Bukan hanya mengatasi dengan cara membayar, tetapi membiasakan mengelola sampah sendiri menjadi kebiasaan ataa perilaku yang baik," katanya. (BC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Senator Amerika Serikat Berpidato 25 Jam, Kecam Presiden Trump
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Simak Jangan Sampai Salah Jadwal KRL Solo Jogja dari Stasiun Palur Sampai Tugu Jogja, Khusus Libur Lebaran hingga 13 April 2025
- Berikut Jadwal Angkutan Shuttle Rute Malioboro-Parangtritis. Cukup Bayar Rp11.600
- Top Ten News Harianjogja.com, Rabu 2 April 2025, Perhatikan. Ini Jadwal KRL Solo Jogja dari Stasiun Palur Sampai Tugu Jogja, Khusus Libur Lebaran hingga 13 April 2025
- Jadwal dan Rute Trans Jogja ke Tempat-Tempat Wisata
- Hari Kedua Lebaran, 2.000 Kendaraan Masuk Malioboro Per Jam
Advertisement
Advertisement