Advertisement
PKBI dan Walhi Jogja Soroti Panas Ekstrem di DIY, Perempuan Dinilai Paling Terdampak

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kondisi perubahan iklim secara khusus cuaca panas ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini ternyata berdampak pada kondisi perempuan di DIY. Mereka mengalami gangguan kesehatan mental hingga reproduksi akibat kondisi cuaca panas.
Hal itu diungkap para aktivis PKBI dan Walhi dalam diskusi yang digelar di Kantor PKBI DIY, Jalan Tamansiswa Kota Jogja, Jumat (7/10/2023). Perempuan menjadi paling terdampak akibat perubahan iklim ini karena mereka menjadi pemegang utama dalam manajemen sumber daya air hingga pangan dalam keluarga.
Advertisement
BACA JUGA : Ancaman Cuaca Panas Ekstrem, BPBD: Kota Jogja Relatif Aman
Perempuan tertekan dalam dua arah, di satu sisi mereka harus memberikan makanan yang cukup kepada anggota keluarga, namun di sisi lain sumber daya pangan hingga pasokan air menurun akibat cuaca panas.
“Perubahan iklim berupa cuaca panas yang luar biasa ini sudah terbukti berdampak pada kelompok rentan dan perempuan di DIY. Fakta bahwa ketahanan mereka bekerja di luar rumah menurun, ketika kekurangan air di rumahnya, maka perempuan yang paling bertanggungjawab,” kata Project Manager PKBI DIY Purwantiningtyas Wuri dalam diskusi tersebut.
Ia menambahkan penurunan suplai makanan akibat bencana kekeringan menimbulkan pada kesehatan ibu-ibu hamil. Akibatnya berdampak pada kelahiran prematur, cacat dan berbagai kasus lain.
Selain itu tingkat kesehatan mental perempuan juga turut berdampak. Menurutnya di sejumlah kelurahan DIY banyak keluarga yang mengalami gagal panen karena bencana kekeringan. Hal ini menimbulkan stres di kalangan ibu sebagai pengatur pangan keluarga.
“Ada juga dia memiliki kolam yang seharusnya ikan bisa dipanen beberapa hari lagi, tetapi suplai air terkendala kemudian ikan mati semua. Mental perempuan terkena dampaknya, karena dia yang memikirkan besok makan apa,” katanya.
Deputi Direktur Walhi Jogja Dimas R. Perdana menilai dampak perubahan iklim sudah sangat nyata bagi warga DIY. Terbukti ada ribuan kepala keluarga terdampak langsung kekeringan di DIY terutama Kulonprogo dan Gunungkidul. Meski sebenarnya bencana kekeringan di dua wilayah ini merupakan masalah klasik, namun harus dipetakan kondisinya dan dari tahun ke tahun kian parah terutama di 2023 ini.
“Kami menyebutnya kondisi saat ini bukan kekeringan atau panas lagi tetapi bumi sudah mendidih yang sebenarnya diakibatkan oleh ulah manusia,” katanya.
BACA JUGA : Siap-siap! Waspada Suhu Panas Ekstrem Hari Ini
Secara ekonomi, kata dia, masyarakat terkena dampak secara langsung karena sumber daya yang menurun. Di sisi lain, program yang digulirkan pemerintah lebih bersifat pencegahan, sehingga belum ada bantuan secara langsung kepada warga terdampak perubahan iklim.
“Karena melihat kondisi susahnya warga terdampak, sampai dia tidak panen dan lain-lain, menurut kami perlu dipertimbangkan ketika mereka yang terdampak langsung bisa mendapatkan insentif. Selama ini memang belum ada, tetapi ini perlu dipikirkan ke depan, karena dampak ke pangan secara nyata ada,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunakan BLT untuk Judol, 49 Rekening KPM di Tulungagung Dibekukan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Jembatan Pandansimo, Harapan Ekonomi Baru Warga Selatan Kulonprogo
- Ratusan Sekolah di Gunungkidul Akan Diberi Bantuan Televisi
- Kesadaran Rendah, Baru 5,6 Persen Warga Sleman Ikut CKG
- PPPK Paruh Waktu Pertanyakan Syarat Pendidikan Berubah-ubah
- Sultan HB X Jelaskan Roadmap Pariwisata Jangka Panjang 2045, Ini Isinya
Advertisement
Advertisement