Advertisement
Ratusan Tenaga Kesehatan Kota Jogja Dapat Edukasi soal Stunting
Dokter Spesialis Anak yang juga sebagai pemateri, Neti Nurani saat tengah memberikan paparan soal pencegahan dan penanganan stunting di hadapan para nakes, Rabu (6/12) - Harianjogja - Alfi Annissa Karin
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Membantu penurunan angka prevalensi stunting, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengedukasi ratusan tenaga kesehatan. Edukasi ini terkait dengan tata laksana penceganan dan penanganan stunting.
Dirut RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Komarudin menyebut pencegahan stunting penting untuk dilakukan. Ini lantaran stunting tak hanya berkaitan dengan masalah kesehatan. Namun juga turut berdampak pada kehidupan sosial. Untuk itu, tenaga kesehatan baik di tingkat puskesmas atau rumah sakit harus paham betul soal tata laksana pencegahan dan penanganan stunting.
Advertisement
"Ada banyak faktor yang menjadi penyebab stunting. Maka dari itu, pengenalan dan pencegahan perlu dilakukan," ujarnya, Rabu (6/12).
Salah satu Dokter Spesialis Anak yang juga sebagai pemateri, Neti Nurani menuturkan ada berbagai macam faktor penyebab stunting. Salah satunya bisa dideteksi dari berat badan bayi yang rendah saat dilahirkan. Kurangnya berat badan bayi juga disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya, kebiasaan merokok, kurangnya gizi saat kehamilan, hingga beberapa penyakit seperti diabetes, atau darah tinggi.
"Beberapa penyakit seperti diabetes, dan tekanan darah tinggi bisa menjadi salah satu penyebab berat badan bayi rendah,” ujarnya.
BACA JUGA: Ada Penumpang Bercanda soal Ancaman Bom, Pelita Air Surabaya-Jakarta Telat Terbang
Selain itu, Neti menyebut kebiasaan menyusui juga memegang peranan penting dalam meningkatkan berat badan bayi. Seringkali, banyak ibu yang menyusui hanya dalam waktu singkat. Padahal, idealnya anak diberi ASI setidaknya selama 10-20 menit per payudara. Ini supaya anak bisa mendapatkan kandungan gizi dari ASI secara maksimal. "Edukasi ini yang perlu turut disampaikan oleh para nakes kepada masyarakat," katanya.
Neti menyebut, secara nasional angka stunting telah mengalami penurunan. Namun, ini perlu terus ditekan setidaknya mencapai 14 persen pada 2024.
"Pencegahan primer di posyandu sangat penting untuk mencegah kasus stunting baru. Selain itu, rujukan berjenjang juga menjadi strategi dalam pencegahan stunting. Diharapkan terjadi kolaborasi lintas sektoral untuk menurunkan angka prevalensi stunting," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kuota Naik Candi Borobudur Kini Jadi 4.000 Wisatawan per Hari
Advertisement
5 Air Terjun Terindah dari Jawa hingga Sumatra, Pesonanya Bikin Takjub
Advertisement
Berita Populer
- Ekspor-Impor DIY Meningkat dari Tahun Sebelumnya
- Pemerintah Pusat dan Daerah Sepakat Awasi Penggunaan Bahasa Indonesia
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Hari Ini Jumat 7 November 2025
- Jadwal Bus Sinar Jaya Malioboro ke Parangtritis Jumat 7 November 2025
- Jadwal SIM Keliling Polda DIY Hari Ini Jumat 7 November 2025
Advertisement
Advertisement



