Advertisement

Penyebab Desa Wisata Belum Pulih Usai Dihantam Pandemi, Ini Penjelasan GIPI DIY

Anisatul Umah
Jum'at, 12 Januari 2024 - 10:37 WIB
Sunartono
Penyebab Desa Wisata Belum Pulih Usai Dihantam Pandemi, Ini Penjelasan GIPI DIY Wisatawan membajak sawah di Desa Wisata Candran, Bantul - Ist/Dinas Pariwisata Bantul

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Desa wisata di DIY hingga kini belum pulih seperti kondisi pra pandemi meski peristiwanya sudah terjadi beberapa tahun lalu.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto menjelaskan belum pulihnya desa wisata disebabkan karena pola wisatawan yang berubah menjadi berbasis pengalaman.

Advertisement

Sehingga ada tuntutan dari ekspektasi wisatawan yang menjadi cukup tinggi. Kondisi ini belum bisa dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) pengelola desa wisata.

BACA JUGA : Tahun 2024 Dispar Bantul Sasar Peningkatan Okupansi Homestay di Desa Wisata

"Sehingga masih banyak permasalahan internal desa wisata yang menyebabkan kurang maksimalnya produk dan pelayanan serta pemasaran desa wisata itu sendiri," paparnya, Jumat (12/01/2024).

Meski demikian ia berpandangan bahwa desa wisata dalam hal ini wisata dengan aktivitas pedesaan ke depan akan semakin diminati sebagai wisata alternatif. "Sarat akan edukasi dan eksperience based," katanya.

Dia bercerita pada September - November 2023 lalu GIPI DIY mendapatkan amanah dari Dinas Pariwisata (Dispar) DIY untuk mendampingi Desa Wisata Mandiri Krebet dan Wukirsari. Menurutnya metode yang digunakan GIPI DIY cukup berbeda dengan pendampingan yang selama ini dilakukan.

"Kami berikan pendampingan 8 kompetensi kebutuhan desa wisata agar lebih siap secara produk, SDM, dan pelayanan mendekati ekspektasi wisatawan, harapannya ini menjadi metode pendampingan kedepan untuk mengakselerasi perkembangan desa wisata kedepan," lanjutnya.

Ketua Forkom Desa Wisata DIY, Tri Harjono mengatakan meski secara umum belum pulih, tetapi ada beberapa desa wisata yang sudah bangkit lagi.

Tri menyebut upaya untuk mengenalkan dan mempromosikan produk wisatanya sudah dijalankan, baik itu dilakukan sendiri oleh masing-masaing pengelola ataupun dengan adanya fasilitasi pihak lain. Seperti dengan pemerintah hingga kampus melalui program Merdeka Belajar di desa-desa.

"Mereka juga melakukan pendampingan di media promosi. Seiring meningkatkannya pemanfaatan teknologi informasi melalui media sosial, maka kreativitas penyedia jasa, khususnya pengelola desa wisata sangat menentukan sekali," ucapnya.

Aspek digitalisasi juga menjadi poin penting. Oleh sebab itu, promosi menjadi sebuah keharusan untuk dijalankan secara serius dan bertanggung jawab.

BACA JUGA : Diluluhlantakkan Pandemi, Desa Wisata DIY Belum Juga Pulih

Akan tetapi ada beberapa catatan dalam aspek promosi yang masih perlu diatasi pengelola wisata desa. Seperti minimnya content/story yang dapat disampaikan secara menarik bagi calon wisatawan. Belum maksimalnya pengelolaan media sosial untuk promosi desa wisata.

Pemanfaatan digital baru untuk ranah promosi belum digunakan pengembangan produk. Kendala lain terkait dengan pembuatan video profil, video promosi, hingga pemanfaatan media sosial seperti Tiktok.

"Masih terbatasnya penguasaan untuk berjejaring dengan media platform seperti Atourin yang mampu melakukan promosi secara online," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Prabowo Bakal Susun Kursi Menteri hingga 40, Gerindra Membantah

News
| Kamis, 09 Mei 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Makan Murah di Jogja Versi Mahasiswa, Cek Tempatnya

Wisata
| Kamis, 09 Mei 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement