Pemkot Jogja Bersiap Desentralisasi Pengolahan Sampah, Ini Caranya
Advertisement
Harianjogja.com, UMBULHARJO—Pemkot Jogja bersiap melakukan desentralisasi pengolahan sampah. Ini mengingat kuota sampah yang dibuang ke TPA Piyungan kembali dikurangi. Selain itu, juga adanya wacana penutupan TPA Piyungan pada April 2024 mendatang.
Berbagai upaya ditempuh untuk mewujudkan desentralisasi pengolahan sampah itu. Mulai dari tingkat hilir ataupun hulu.
Advertisement
Salah satu upaya dari sisi hilir misalnya dilakukan dengan memanfaatkan lahan status pinjam pakai milik Pemprov DIY di TPA Piyungan. Kabid Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Ahmad Haryoko menuturkan izin penggunaan lahan itu telah dia terima dari Pemprov DIY. Nantinya, di lahan seluas 2.600 meter persegi itu akan digunakan sebagai lokasi proses pengolahan sampah. Tepatnya menggunakan dua modul pengolahan sampah. Hasilnya, berupa Refuse Derived Fuel atau RDF. "RDF ini pengganti bahan bakar batu bara untuk dipakai membuat semen," ujarnya Haryoko, Senin (15/1/2024).
Haryoko menuturkan masing-masing modul pengolahan sampah itu diharapkan mampu mengolah sebanyak 20 ton sampah dalam sehari. Atau total 40 ton sampah untuk dua modul. Jika nantinya memungkinkan untuk dibuat dua shift, maka diperkirakan 80 ton sampah dalam satu hari bisa diolah di sana.
BACA JUGA: Awal Pekan, Gunung Merapi di Sleman Keluarkan Guguran Lava
Namun, Haryoko mengatakan lokasi ini masih perlu dilakukan sejumlah perbaikan. Misalnya, perlu adanya pemasangan talud. Lantaran ada sisa sampah yang menggunung setinggi 8 meter. Jika didiamkan, justru akan membahayakan. Selain itu, nantinya juga akan dilakukan pembangunan hanggar. "Proses pembangunan di Dinas PUPKP untuk membangun hanggar dan talud," katanya.
Senada dengan Haryoko, Penjabat Wali Kota Jogja Singgih Raharjo juga memastikan pihaknya siap melakukan desentralisasi pengolahan sampah. Bahkan Pemkot Jogja turut memasang target desentralisasi pengolahan sampah yang diharapkan terwujud pada pertengahan 2024.
Selain memanfaatkan lahan pinjam pakai dari Pemprov DIY di TPA Piyungan, dia menyebut TPS 3R Nitikan telah beroperasi secara maksimal. Kapasitasnya juga telah meningkat menjadi 30 ton per hari.
"Sekarang ini ada penambahan daya dari PLN, sehingga semua menggunakan listrik, tidak mengganggu suara bisingnya. Nanti bisa kita naikkan sampai kapasitas di 40 ton," ungkapnya.
Di sisi lain, Singgih mengatakan kondisi depo juga masih terbilang kondusif. Meskipun, depo harus menampung sampah sedikit lebih lama lantaran terbatasnya kuota sampah yang dibuang ke TPA Piyungan. Dia juga mengatakan pengolahan sampah di tingkat hulu masih terus dikawal. Salah satunya adalah dengan optimalisasi peran bank sampah.
Kini bank sampah tersebar dan ada di masing-masing RW. Selain itu, ada juga program mengolah sampah dan limbah dengan biopori ala Jogja (Mbah Dirjo). Hingga saat ini tercatat telah ada 29.843 titik Mbah Dirjo. Terbagi menjadi beberapa jenis. Mulai dari biopori reguler, jumbo, darurat, hingga metode lainnya seperti memanfaatkan losida dan maggot.
"Kami bisa menurunkan sampah 51 ton. Ini progres yang kami lakukan dan kita kawal sehingga bisa mandiri pengolahan sampah," ungkap Singgih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
- Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
- 2 Sekolah di Kulonprogo Ini Berpotensi Terdampak Pembangunan Tol Solo-Jogja-YIA
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
- Pemkot Berkomitmen Selesaikan Sampah dari Hulu sampai Hilir
Advertisement
Advertisement