Advertisement

Kelompok Ini Bisa Jadi Rumah Baru bagi Para Mualaf di Jogja

Sirojul Khafid
Minggu, 31 Maret 2024 - 20:57 WIB
Arief Junianto
Kelompok Ini Bisa Jadi Rumah Baru bagi Para Mualaf di Jogja Prosesi pengucapan syahadat yang dilakukan oleh Mualaf Center Yogyakarta kepada sejumlah mualaf. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Mualaf tidak bisa dilepas begitu saja setelah dia mengucap syahadat. Bagi Mualaf Center Yogyakarta, mereka perlu dukungan dan bimbingan agar semakin mengerti Islam sesuai wajah yang sebenarnya.

Mualaf Center Yogyakarta menjadi keluarga para muslim baru yang ingin mendalami Islam.

Advertisement

Belakangan ini, Jogja punya julukan baru, yaitu Jogja Destinasi Mualaf.

Predikat dari warganet ini merujuk pada Jogja yang beberapa kali menjadi tempat orang yang hendak masuk Islam atau mualaf. Tidak hanya dari daerah luar Jogja di Indonesia, banyak orang asing yang menjadi mualaf di Jogja.

Sekretaris Jenderal Mualaf Center Yogyakarta (MCY), M. Amrullya Mustafid mengatakan jalur orang asing menjadi mualaf di Jogja banyak ragamnya. Dari yang bekerja di Jogja, pertukaran pelajar, penelitian, sampai liburan. Ada yang dari Jepang, Korea Selatan, Jerman, Prancis, hingga Rusia.

Dalam salah satu kasus, orang asing itu sedikit mengenal Islam dari lingkungan di negara asalnya. Untuk lebih dalam mempelajari Islam, dia mendapat rekomendasi untuk datang ke negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, atau Brunei Darussalam.

Dia memutuskan ke Indonesia, dan memilih ke Jogja sembari berlibur. “Waktu mau ke Indonesia, ada pilihan ke Bali atau Jogja, dia memutuskan ke Jogja. Kebetulan Mualaf Center Yogyakarta ada di tengah kota [dan tanya-tanya tentang Islam]. Setelah semakin mantap, dia masuk Islam. Liburan dan masuk Islam,” kata Amrullya saat ditemui di Kantor Dakwah MCY, Pandeyan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Selasa (26/3).

MCY memang yayasan yang fokus membimbing dan membina para mualaf. Benih yayasan sudah ada sejak 2009, yang kala itu masih berupa komunitas di Masjid Gede Kauman, Jogja. Anggota berupa ketakmiran dan pemuda-pemudi masjid yang memiliki keprihatinan bersama.

Banyak kasus para mualaf yang sudah masuk Islam bingung cara belajar ke depannya. Seakan setelah masuk Islam, para mualaf lepas, tidak ada bimbingan. Mereka berjuang sendiri.

Komunitas kemudian secara rutin membersamai para mualaf. Respon dan manfaat yang baik membuat keanggotaan bertambah dan semakin terstruktur secara organisasi. Masuk pada 2011, komunitas resmi berbadan hukum dengan nama Mualaf Center Jogja.

Untuk membenahi nama agar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, yayasan berubah menjadi Mualaf Center Yogyakarta pada 2014. Pengawas MCY, Liana Yasmin, mengatakan sebelum seseorang ingin masuk Islam dan meminta MCY memfasilitasi pengucapan syahadat, perlu ada pertemuan dan diskusi terlebih dahulu.

Pertemuan ini untuk memastikan orang tersebut tidak ada paksaan dalam bentuk apapun untuk masuk Islam. Mereka ingin memastikan Islam sebagai agama yang tidak memaksa. Di samping itu, perlu juga memastikan keputusan masuk Islam berasal dari kesadaran penuh. Setelah itu baru pengucapan syahadat sebagai penanda seseorang masuk Islam. 

BACA JUGA: Kisah Mualaf Dian Sastro, Mencari Jalan Tuhan sejak SMA, Pelajari Semua Agama

“Sepekan sekali ada bimbingan tentang akidah dan ibadah dasar. Keduanya berjalan beriringan. Akidah sebagai fondasi, belajar tentang konsep ketuhanan dalam Islam, beda dengan agama lain. Belajar ibadah juga beriringan karena setelah masuk Islam, ibadah sudah menjadi kewajiban,” kata Liana.

“Selain menambah ilmu, dibentuk juga hubungan secara emosional, agar mualaf punya keluarga baru. Mungkin mereka datang dengan banyak masalah dan imbas pasca mereka masuk Islam, bisa dari lingkungan keluarga, rumah, atau komunitas, perlahan-lahan mungkin meninggalkan mereka karena pilihan iman.”

Mualaf Center Yogyakarta./Istimewa

Dalam kasus seperti ini, MCY menyarankan mualaf untuk tetap berlaku baik dan mendekati keluarga. Justru jangan meninggalkan. MCY menekankan pada mualaf untuk menjadi muslim yang tangguh, santun, dan berakhlak lebih baik dari sebelumnya. Pernah ada kasus seseorang yang masuk Islam kemudian dijauhi keluarga. Setelah pendekatan beberapa tahun, akhirnya keluarga menerima keputusan orang tersebut.

Pada dasarnya, pendekatan utama berupa hubungan yang baik pada semua pihak. Namun misal kemudian hari mualaf menghadapi masalah seperti kekerasan dalam rumah tangga, permasalahan dalam penggantian identitas, atau perebutan hak asuh anak, MCY juga punya fasilitas advokasi hukum. 

Ribuan Mualaf

Dari awal berdiri sampai saat ini, sudah lebih dari 1.100 orang yang syahadat bersama MCY. Pemicu seseorang menjadi mualaf biasanya berupa interaksi atau persinggungan dengan Islam. Bisa karena melihat teman atau lingkungan rumah yang muslim, mendengar ceramah, membaca buku, atau postingan di media sosial.

Sayangnya informasi di media sosial tidak selalu mencerminkan Islam yang sesungguhnya. Misalnya banyak yang mengaitkan Islam dengan terorisme, kekerasan, fanatisme, sampai tidak toleransi. Opini publik semacam itu memang tidak bisa dibendung. “Mualaf yang datang kadang bilang kalau framing Islam di media sosial ternyata salah, mereka datang dengan statement seperti itu, ternyata berbeda sekali dengan yang ada dalam Islam,” kata Liana.

Meski lagi-lagi, MCY tidak bisa memaksakan opini publik dalam memandang Islam. Mereka sebatas memberi ruang bagi orang yang ingin belajar tentang Islam, khususnya yang hendak mualaf. Beberapa prosesnya singkat, namun ada pula yang lama. Ada yang sudah bertahun-tahun mengikuti bimbingan dan ada ketertarikan masuk Islam, namun sejauh ini belum mualaf. Kembali lagi bahwa tidak ada paksaan, dan tidak ada yang tahu juga kapan hidayah akan datang.

Dengan berbagi ilmu dan juga berperilaku Islami, itu sudah termasuk bentuk dakwah. Menurut Liana, dakwah yang paling mengena yaitu melalui perbuatan yang mencerminkan muslim yang baik. Dia berpesan untuk muslim di manapun berada, sebisa mungkin mualaf bukan hanya tanggung jawab lembaga, tapi menjadi tanggung jawab bersama.

“Terus merangkul dan membimbing di lingkungan masing-masing, agar mualaf terus bertumbuh secara iman. Agar mualaf mengenal Islam dengan wajah yang sesungguhnya,” katanya. “Dengan adanya lembaga ini (MCY), semoga bisa memberikan manfaat yang luas, bukan hanya mualaf tapi umat Islam.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hari Kedua Perundingan Gencatan Senjata, Perang Israel-Hamas Masih Buntu

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement