Advertisement
Musim Kemarau di DIY Diprediksi Dimulai Akhir Juni, BPBD Bersiap

Advertisement
Harianjogja.com JOGJA—Musim kemarau di DIY diprediksi terjadi pada dasarian keempat bulan Juni atau akhir bulan ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) DIY pun mulai bersiap menghadapi kekeringan.
Informasi itu diperoleh BPPD DIY setelah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta untuk persiapan menghadapi musim kemarau.
Advertisement
Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad mengatakan, sampai dengan menjelang akhir Juni daerah ini memang akan mengalami cuaca yang sangat terik dan menyengat. Hanya saja sesekali akan turun hujan dengan intensitas rendah. Sifat musim kemarau tahun ini pun tergolong lembab.
"Informasi dari BMKG bilang bahwa sampai dengan dasarian tiga itu masih lembab basah, rendah memang curah hujannya, belum masuk kekeringan betul. Akhir Juni atau dasarian empat baru masuk kemarau," kata Noviar, Senin (17/6/2024).
Noviar menyatakan BPBD bersama instansi terkait lainnya sudah memetakan daerah mana yang berpotensi mengalami kekeringan saat musim kemarau mendatang. Adapun daerah yang paling berisiko yakni Tepus, Panggang, dan Gedangsari di Kabupaten Gunungkidul.
"Kalau kabupaten lain kan masih ada Selokan Mataram untuk cadangan airnya, di sana juga masih aman kondisinya," kata dia.
BACA JUGA: Ini Cara Mengunci Chat di WhatApp Menggunakan PIN atau Sidik Jari
Menurut Noviar, hasil prakiraan BMKG masih untuk bulan Juni saja. Pihaknya masih akan berkoordinasi dengan jawatan itu mengenai potensi cuaca selanjutnya untuk bulan-bulan mendatang agar bisa melakukan persiapan.
"Kami akan koordinasikan dengan BMKG lagi berapa lama musim kemarau ini. Biasanya semakin lama itu akan berdampak pula ke Bantul, Kulonprogo dan Sleman," ungkapnya.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana kekeringan untuk memanfaatkan hujan yang sesekali masih turun di bulan ini. Strategi memanen air hujan disebut menjadi salah satu cara efektif mengantisipasi kekeringan.
"Juga harus hemat pemakaian air. Namun kemarau tahun ini beda dengan tahun lalu yang cukup parah dan berlangsung lama. Perkembangan akan terus kami perbaharui," katanya.
Sampai sekarang belum ada wilayah yang meminta bantuan air bersih ke BPBD DIY akibat terdampak kekeringan. Pihaknya menyebut, jika warga terdampak dengan musim kemarau bisa mengajukan bantuan ke kabupaten kota setempat terlebih dahulu untuk mendapatkan pasokan air bersih.
"Kami juga akan lihat apakah ada kabupaten kota yang menetapkan siaga kekeringan, kalau lebih dari satu daerah sudah menetapkan, maka provinsi akan menetapkan siaga darurat kekeringan," katanya.
Hingga Agustus 2024
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY Edhy Hartana menyampaikan, berdasarkan pengamatan BMKG puncak musim kemarau di DIY diperkirakan akan berlangsung selama Juni-Agustus 2024 mendatang. Dari fenomena cuaca terik yang mulai terjadi di wilayah DIY, tercatat baru Gunungkidul yang telah melakukan distribusi air bersih ke wilayahnya yakni di Kapanewon Tepus dan Panggang.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan OPD lintas sektor untuk persiapan menghadapi musim kemarau nanti, sehingga lebih siap dalam mengantisipasi maupun melakukan penanganan kejadian kekeringan, krisis air bersih, penentuan pola tanam, serta antisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya masing-masing," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Mulai Cair 5 Juni 2025, Ini Besaran Bantuan Subsidi Upah untuk Pekerja
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Penataan Kawasan Kridosono Jadi Garden City Mengemuka dalam Diskusi Arsitek DIY
- DKPP Bantul Imbau Panitia Kurban Gunakan Bungkus Ramah Lingkungan dan Tidak Cuci Jeroan di Sungai
- Pemda DIY Resmikan Griya Batik untuk Dukung Jogja sebagai Kota Batik Dunia
- Bisnis Pengelolaan Sampah Ilegal Marak di Bantul, Warga Terganggu Asap dan Bau Menyengat
- Lestarikan Lagu Anak dan Daerah, Ratusan Siswa Tampil Pakai Baju Adat di Taman Budaya Yogyakarta
Advertisement