Advertisement
Pemerintah dan Masyarakat Terus Bersinergi Mencegah Stunting di Gunungkidul
Bupati Sunaryanta (ketiga dari kiri) dalam kegiatan PIN Polio pada anak, beberapa waktu lalu. - Istimewa/Diskominfo Gunungkidul
Advertisement
GUNUNGKIDUL—Dalam upaya mencegah stunting, Pemkab Gunungkidul bekerja sama dengan masyarakat dan tenaga medis melalui pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan pelaksanaan program kesehatan sejak 2021. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap potensi stunting yang dapat merusak kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Sistem Kesehatan Indonesia (SKI), Kabupaten Gunungkidul menunjukkan variasi tren stunting dari 2021-2023.
Advertisement
Prevalensi stunting meningkat dari 20,6% pada 2021 menjadi 23,5% pada 2022, tetapi kembali turun menjadi 22,2% pada 2023, menunjukkan perbaikan sebesar 1,3%.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta menyatakan bahwa stunting adalah masalah serius yang memerlukan perhatian bersama.
"Stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik anak, tetapi juga memengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, pencegahan stunting menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," kata Sunaryanta, Minggu (11/8/2024).
Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus melakukan berbagai upaya guna mengatasi stunting, dengan fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Salah satu langkah konkret adalah pembentukan TPPS di berbagai tingkatan, mulai dari kabupaten hingga kelurahan.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono menjelaskan pemerintah daerah telah melakukan berbagai kegiatan untuk menurunkan angka stunting, termasuk pemantauan status gizi melalui Gerakan Serentak Stunting dan penimbangan serentak pada Juni dan Agustus.
"Kami juga memberikan Pemberian Makanan Tambahan [PMT] kepada balita stunting, suplemen vitamin A, serta melakukan pemetaan hasil penimbangan hingga ke tingkat padukuhan untuk intervensi lebih lanjut," kata Ismono.
Selain itu, Dinas Kesehatan aktif memberikan edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi dan menyediakan PMT bagi ibu hamil dengan kekurangan gizi kronis. Program pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri juga menjadi bagian dari upaya ini.
Ratusan Tim Pendamping
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Gunungkidul, Sujarwo yang juga menjabat sebagai Sekretaris TPPS Kabupaten Gunungkidul, menambahkan bahwa TPPS telah dibentuk di tingkat kabupaten, 18 kapanewon, dan 144 kalurahan.
"Kami juga telah membentuk 356 tim pendamping keluarga yang terdiri dari tiga unsur utama, yaitu tenaga medis atau bidan, institusi masyarakat pedesaan, dan PKK," jelas Sujarwo.
Sujarwo menekankan pentingnya konvergensi tingkat keluarga dalam pendekatan penurunan stunting. "Kami memastikan setiap keluarga berisiko stunting teridentifikasi, terdaftar, menerima manfaat, patuh terhadap program, dan tercatat dengan baik," tambahnya.
Melalui kolaborasi dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat ini, Kabupaten Gunungkidul berharap dapat terus menurunkan prevalensi stunting, demi menciptakan generasi emas yang sehat dan berkualitas di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Diserang RSF, Puluhan Ribu Warga Sudan Mengungsi dari El-Fasher
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- BPBD DIY Tangani Pohon Tumbang di Kota Jogja hingga Kulonprogo
- Cuaca Ekstrem di Jogja, 2 Orang Luka Tertimpa Papan Nama Toko
- Gunungkidul Pangkas Anggaran Rapat 2026, Hanya Sajikan Snack
- Banjir Surut, Petani Kulonprogo Bisa Panen Jagung dan Cabai
- Angin Kencang di Sleman, Rumah Warga Bolong Tertimpa Pohon
Advertisement
Advertisement



