SMAN 3 Yogyakarta Angkat Dolanan Tradisional lewat Gelar Karya
Advertisement
JOGJA—SMAN 3 Yogyakarta menggelar acara P5 X Pagelaran bertajuk Wilasa Apatya yang merupakan bagian dari sinergi kurikulum nasional dan program kerja OSIS, Kamis (15/8/2024). Wilasa Apatya berasal dari dua kata Wilasa artinya dolanan dan Apatya artinya anak.
Plt Kepala Sekolah SMAN 3 Yogyakarta, Suhirno mengatakan ini merupakan rangkaian kegiatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), saat ini fasenya untuk kelas 10.
Advertisement
OSIS SMAN 3 Yogyakarta sudah lama memiliki kegiatan pagelaran yang pemeran utamanya adalah siswa-siswi kelas 10.
Dia menjelaskan kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menunjukkan kreativitas, talenta, dan lebih peka dalam melihat situasi yang fenomenal di lingkungan masyarakat.
Mereka diminta untuk mengamati kegelisahan apa yang terjadi di masyarakat. Dampak modernisasi ternyata secara perlahan melenyapkan permainan tradisional.
"Spesial tahun ini adalah kolaborasi dengan pagelaran, pagelaran adalah event rutin yang harus ditempuh adik kelas," tuturnya ditemui di sela-sela acara.
Salah satu permainan tradisional yang diangkat adalah Cublak Cublak Suweng diiringi lagu-lagu. Tanpa disadari syair lagu itu mengajarkan tentang kebijaksanaan, kejujuran, tidak boleh serakah, dan lainnya. Sehingga perlu dilestarikan.
Menurutnya ini menjadi bentuk kritik sosial atas kegelisahan tersebut. Diwujudkan dalam sajian yang menghibur didukung dengan kegiatan-kegiatan lain.
Rangkaian acara ini merupakan sinergi antara kelas minat seni teater, seni musik, seni tari, seni rupa, dan fesyen lewat pertunjukkan teater bertema Dolanan Anak.
Kemudian minat teknologi informasi membuat game permainan tradisional dan kelas minat boga menjual aneka makanan tradisional.
"Harapan kami anak-anak semakin merasa senang mengikuti projek P5. Sehingga memunculkan generasi yang tangguh, kreatif, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan lewat kegiatan ini siswa-siswi tidak lagi takut melakukan sesuatu atas dasar pengalaman dan kontekstual. Bukan sesuatu yang mengada-ada dan tidak ada gunanya, tapi segala sesuatu yang menyangkut persoalan nyata dan mereka mencoba mencari solusinya.
Ketua Panitia, Aqila Nafie El Nazir menyampaikan semua karya ini digarap selama dua pekan oleh siswa kelas 10 SMAN 3 Yogyakarta. Dia menjelaskan dari kakak kelas memberikan tugas untuk menggelar pagelaran. Kebetulan pagelaran tahun ini kolaborasi dengan P5 tentang kearifan lokal.
Setelah dilakukan diskusi diangkatlah tema besar Wilasa Apatya. Atas dasar kegelisahan melihat permainan-permainan tradisional yang mengalami penurunan dalam hal intensitas dan penggunaannya bagi anak-anak.
"Karena keresahan itu kami angkat tema ini sebagai tema besar kolaborasi P5 dan pagelaran," jelasnya.
Aqila mengatakan dolanan anak ini perlu dilestarikan sebab setelah dikulik ada banyak manfaat, filosofis, dan sarat makna.
Misalnya Cublak Cublak Suweng mengajarkan untuk menggunakan hati nurani dalam mencapai tujuan. Ia menyebut permainan-permainan tradisional pasti punya makna di dalamnya. "Ini sangat relevan dengan masyarakat tradisional hingga modern," katanya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
687 Warga Negara Asing Terjaring Operasi Jagratara, Pelanggaran Izin Tinggal Mendominasi
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
- Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
- Catat! Malam Jumat Kliwon Pekan Depan Ada Sendratari Sang Ratu di Parangkusumo
- 124 Warga Sidomulyo Sleman Terima Ganti Rugi Tol Jogja-Solo Seksi 3 Sebesar Rp53 Miliar
Advertisement
Advertisement