Advertisement

Gelar Pentas Ketoprak, Nuryadi: Tak Ada Sekat Antara Rakyat dan Wakilnya

Media Digital
Kamis, 12 September 2024 - 23:27 WIB
Arief Junianto
Gelar Pentas Ketoprak, Nuryadi: Tak Ada Sekat Antara Rakyat dan Wakilnya Lakon ketoprak Peri Lo dipentaskan di Pasar Kuliner Logandeng, Playen, Gunungkidul, Kamis (12/9/2024). - Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY menggelar Pentas Kethoprak Tobong dengan lakon Peri Lo di Pasar Kuliner Logandeng, Playen, Gunungkidul, Kamis (12/9/2024) pukul 20.00 WIB. Pentas ini merupakan upaya DPRD DIY untuk mendekatkan diri ke masyarakat.

Ketua Sementara DPRD DIY, Nuryadi mengatakan Kethoprak menjadi sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan sekaligus menjadi ruang yang memisahkan sekat. Baik rakyat maupun wakil rakyat melebur menjadi satu di atas panggung.

Advertisement

Pentas ketoprak, kata dia, juga menjadi upaya Dewan mendekatkan lembaga legislatif kepada masyarakat. Sebenarnya ada banyak cara untuk mendekatkan lembaga Dewan ke masyarakat, tidak hanya ketoprak. Namun, Nuryadi memilih ketoprak karena masyarakat dapat berkumpul dan ikut menonton. “Ketoprak jadi salah satu cara agar Dewan bersinergi langsung dengan masyarakat,” kata Nuryadi ditemui di Pasar Kuliner Logandeng, Kamis.

Nuryadi mengaku pemain pentas ketoprak tersebut juga berasal dari DPRD Kabupaten Gunungkidul. Inilah yang ia maksudkan bahwa pentas tersebut dapat meleburkan kelompok-kelompok atau lembaga.

Ide membawa pentas ketoprak sebagai ruang bersama tercetus 10 tahun lalu, ketika Nuryadi menjadi Ketua Komisi D. Kantor Dewan pun berubah menjadi kantor rakyat.

Sementara itu, Penulis Naskah dan Sutradara Kethoprak, Nano Asmorodono mengatakan lakon Peri Lo diangkat dari sejarah lokal kalurahan, babat.

Sekitar 1890, Adipati Redi Kidul bernama Raden Tumenggung Cakranagara meminta seseorang untuk membabat alas/ hutan lo sebagai upaya memperluas wilayah. Hutan ini dijaga oleh Peri Rara Kuning. Maka terjadi kesepakatan untuk membabat.

Hanya, dua Pohon Lo yang gandeng dan tidak bisa tebang. Pohon inilah yang menjadi cikal bakal nama Logandeng. “Pemainnya ada juga dari lurah, ketua sementara DPRD Gunungkidul, dan wakilnya,” kata Nano.

Nano mengaku para pemain akan menyelipkan pesan sosialisasi kepada masyarakat. Pesan tersebut lebih kepada bagaimana rakyat dan wakil rakyat dapat bersatu di tengah persoalan yang terjadi sehari-hari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Meminta Keterangan ke Kaesang Terkait Kronologi Pelaporan Penerimaan Gratifikasi

News
| Rabu, 18 September 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Wisata Kampung Belgia di Jember Tawarkan Agrowisata Heritage

Wisata
| Minggu, 15 September 2024, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement