Advertisement

KISAH INSPIRATIF: Stirofoam Bekas Ubah Nasib Badari

Jumali
Kamis, 19 September 2024 - 09:27 WIB
Ujang Hasanudin
KISAH INSPIRATIF: Stirofoam Bekas Ubah Nasib Badari Badari saat memperlihatkan pesawat bikinannya, Kamis (12/9/2024) - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Badari, warga Kalakijo, Guwosari, Pajangan, Bantul tidak pernah menyangka jika keputusannya empat tahun lalu, keluar dari salah satu tempat produksi sablon akan berdampak besar terhadap hidupnya.

Pria berumur 40 tahun tersebut nekat keluar dari pekerjaan yang selama lima tahun digelutinya, setelah ada beberapa pesanan masuk agar dirinya membuatkan pesawat aeromodeling. Padahal, saat itu, Badari tidak memiliki modal cukup untuk merealisasikan keinginan dari beberapa pemesan untuk membuatkan pesawat aeromodeling.

Advertisement

"Modalnya nekat, Mas.  Saya terus terang kepada pemesan, kalau modal saya sangat terbatas. Sehingga saya minta mereka memberikan panjar [DP] jika memang berniat untuk dibuatkan pesawat aeromodeling. Nanti sisanya dibayarkan setelah pesawat jadi," kata Badari, saat ditemui di tempat produksinya, Kamis (12/9/2024).

Bagi Badari, pesawat aeromodeling, sejatinya adalah hal yang baru. Sebab, Badari baru mulai mengenal seluk beluk terkait dengan pesawat aeromodeling setelah dirinya ikut bergabung dalam komunitas pecinta aeromodeling di Kapanewon Pajangan pada 2018.

Saat itu, Badari tertarik untuk mengikuti klub aeromodeling, karena menyukai pesawat. Tapi, untuk masuk menjadi anggota klub, dirinya harus memiliki pesawat aeromodeling.  Alhasil, Badari harus merogoh tabungannya dari bekerja sebagai kuli sablon pada saat itu agar aktif di komunitas tersebut.

"Dan, saat itu, saya membeli pesawat aeromodeling model cessna senilai Rp1,5 juta. Dari sana, saya sering ikut berlatih dengan anggota klub lainnya," katanya.

BACA JUGA: Budi Daya Udang Vaname Potensial Dikembangkan di Bantul, Ini Kendalanya

Namun, bermain pesawat aeromodeling adalah hobi yang mahal. Apalagi, komponen dari pesawat aeromodeling saat itu cukup sulit didapatkan dan harus import. Padahal, salah satu risiko saat menerbangkan  pesawat aeromodeling mengalami kerusakan saat diterbangkan ataupun berlatih. Dan, biaya  untuk memperbaiki pesawat aeromodeling tersebut terbilang mahal bagi Badari.

"Untuk itu, saat pesawat rusak, saya mulai mencoba memperbaiki pesawat saya sendiri. Lama-lama paham terkait dengan kerusakan dan bagaimana cara merakit pesawat aeromodeling," ungkap Badari.

Melihat Badari yang mulai jago memperbaiki dan merakit pesawat aeromodeling, beberapa anggota klub kemudian mempercayakan perbaikan pesawat kepada Badari.

"Bahkan, ada yang minta dibuatkan pesawat aeromodeling. Karena kemarin Covid-19 melanda, akhirnya saya banting setir dan mulai menekuni usaha pembuatan pesawat aeromodeling," jelas Badari.

Keputusan Badari tersebut kemudian membuat usahanya semakin berkembang. Saat ini pesawat aeromodeling yang dibuatnya saat ini telah dipasarkan ke sejumlah kota seperti Pulau Sulawesi, Bali, Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Untuk membuat pesawat aeromodeling, Badari mengaku membutuhkan bahan baku berupa styrofoam bekas pengemasan buah anggur. Alasannya, meski styrofoam namun kualitas dan ketebalan dari styrofoam tersebut pas untuk dijadikan bahan baku pembuatan body pesawat.

Untuk membuat body pesawat ukuran kecil, Badari mengaku butuh 3-5 kotak bekas styrofoam buah anggur. Adapun harga styrofoam bekas tersebut per boks adalah Rp5.000.

Oleh Badari, styrofoam tersebut akan dipotong-potong dengan cutter menyesuaikan bentuk pesawat yang akan dibuat. Lalu potongan tersebut akan dilapisi kertas, dan setelah merekat, Badari akan menyusun bentuk pesawat dan mulai mengecat body pesawat.  "Warnanya juga menyesuaikan pesanan," ucap Badari.

Menurut Badari, untuk bentuk pesawat, sejauh ini dirinya lebih banyak membuat pesawat aeromodeling bentuk cessna, hercules, sampai bentuk pesawat tempur. Adapun untuk warna, dirinya akan menyesuaikan pesanan dari pelanggan.

"Untuk elektrikal (mesin penggerak) saya biasa beli secara online. Harganya satu unit elektrikal sekitar Rp300.000 sampai Rp500.000 tergantung besar dan kecilnya elektrikal," paparnya.

Sehingga total biaya pembuatan untuk pesawat ukuran kecil di bawah Rp1 juta. Padahal, Badari memasang banderol pembuatan pesawat aeromodeling untuk ukuran standar sekitar Rp2,5 juta sampai Rp3 juta. "Itu semua sudah komplet. Ada remote, baterai, alat elektronika dan petunjuk penggunaan," jelasnya.

BACA JUGA: Tiga SD di Bantul Ini Jadi Pilot Project Makan Siang Gratis Oktober - Desember 

Awalnya, Badari mengaku kewalahan karena mengerjakan pesanan sendirian. Namun, setelah itu, dirinya dibantu satu pekerja yang direkrutnya untuk membantu pembuatan pesawat. Dalam sebulan, Badari, biasanya dirinya bisa membuat 4 sampai lima pesawat.

Pesawat yang dibikinnya semuanya adalah pesanan. Sehingga produk yang dihasilkan oleh Badari sesuai dengan spek dan keinginan dari pemesan.

"Ini yang juga membuat harga pesawat satu dengan yang lain berbeda. Semakin sulit dan ukurannya berbeda maka harganya juga akan berbeda," ungkap Badari.

Sejauh ini, Badari mengungkapkan, dirinya pernah membuat pesawat dengan ukuran jumbo yakni 2,5 meter dan spesifikasi elektrikal berbeda. Sehingga saat itu Badari akhirnya membanderol pesawat buatannya tersebut puluhan juta.

"Yang ini juga beda lagi (ukuran besar). Tidak dari styrofoam bekas tapi dari triplek dan tidak menggunakan elektrikal tapi mesin. Ini harganya juga sangat berbeda," ucap Badari.

Meski mahir dan hanya butuh 4 sampai 7 hari untuk membuat pesawat dari bahan styrofoam, namun Badari mengungkapkan, sampai saat ini dirinya belum membuat bentuk pesawat jenis helicopter. Sebab, selain lebih rumit, elektrikal yang sulit didapatkan, bahan styrofoam bekas tidak mungkin bisa digunakan untuk body helicopter.

"Sehingga biasanya pada beli pabrikan. Karena bahannya memang beda," jelas Badari.

Sebelum mengirimkan ataupun melepas hasil produksinya, Badari selalu melakukan tes terbang terhadap pesawat bikinannya. Saat pengetesan, dirinya tidak lupa selalu membuat video penerbangan. Sebab, video ini akan menjadi pemandu bagi pemesan, jika pesawat yang dibuatnya sudah sesuai dengan spek dari pemesan.

"Sebab, saya harus memastikan pesawat saya ini bisa menjangkau jarak 1 kilometer dan simetris. Kalau tidak simetris tidak akan bisa terbang," ucapnya.

Setelah dirasa ok, Badari akan menghubungi pemesan dan mengirimkan paket pesawat ke pemesan. "Agar tidak rusak, saya packing pakai kayu dan saya berikan video panduan untuk perakitannya. Ada juga yang langsung kesini untuk diambil sendiri pesawatnya." kata Badari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BPK Endus Sejumlah Masalah Penting dalam Izin Tambang Minerba

News
| Kamis, 19 September 2024, 19:47 WIB

Advertisement

alt

Menikmati Keindahan Alam dan Sungai di Desa Wisata Srikemenut Bantul

Wisata
| Rabu, 18 September 2024, 10:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement