Advertisement
Pakar Geologi UGM Beberkan Potensi Sesar Aktif

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Gayatri Indah Marliyani menjelaskan keberadaan sesar aktif sulit dipetakan.
Hal ini tidak lepas kondisi wilayah Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi menyebabkan tingkat erosi dan pelapukan batuan yang juga tinggi. Dampaknya, bukti-bukti keberadaan sesar aktif di permukaan menjadi sulit ditemui.
Advertisement
Namun Gayatri mengungkapkan kejadian gempa dengan magnitudo besar maupun kecil bisa menjadi petunjuk keberadaan sesar aktif. Petunjuk ini dapat didedah dan dijadikan fokus penelitian serta pemetaan yang lebih terperinci.
"Untuk sesar yang sudah teridentifikasi, potensi dampak yang timbul harus dipetakan dengan baik sehingga area terdampak bisa mempersiapkan diri. Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi sesar aktif juga harus meningkatkan kewaspadaan," kata Gayatri, Selasa (24/9/2024).
BACA JUGA: KAI Beri Tenggat hingga Jumat Besok Warga untuk Mengosongkan Bong Suwung
Sebelumnya gempa magnitude 5,0 terjadi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9/2024). Sehari berselang, Gempa juga terjadi di Morotai, Maluku Utara dengan magnitude 5,6.
Tiga hari kemudian tepatnya Sabtu (21/9/2024), Kabupaten Gianyar, Bali, juga dilanda gempa dengan kekuatan 4,8 magnitude. Selanjutnya di Kalimantan Barat, pada Minggu (22/9/2024), Kabupaten Sanggau juga tidak luput dari gempa bumi dengan kekuatan 4,4 magnitude.
Lalu pada Selasa (24/9/2024), gempa bumi dengan magnitude 6,4 mengguncang Gorontalo selama beberapa detik.
Kejadian gempa yang terjadi sepanjang bulan September di Indonesia disebut Gayatri berasal dari sistem sesar dan mekanisme yang berbeda atau dengan kata lain gempa-gempa tersebut tidak saling terkait.
Dia menambahkan Indonesia yang ada pada wilayah tektonik aktif dan berada pada pertemuan banyak lempeng bumi sehingga kejadian gempa di hampir seluruh wilayah Indonesia umum dijumpai.
"Sumber gempa ada yg berada di zona subduksi di laut, dan ada yang berasal dari sesar aktif di darat. Kejadian gempa di kedua zona ini tidak saling mempengaruhi," katanya.
Kendati dihimpit oleh banyak sesar aktif daratan dan zona megathrust, Gayatri mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Dia justru menekankan pada pentingnya edukasi dalam beradaptasi dan memitigasi dampak dari bencana gempa.
Langkah awal yang bisa dilakukan dalam menghadapi gempa yakni selalu waspada dengan mengetahui ancaman gempa yang mungkin terjadi.
Gayatri juga meminta agar masyarakat melakukan perencanaan di berbagai level hingga ke lingkungan keluarga.
"Melakukan persiapan pribadi tentunya, jadi kita sudah paham, kalau terjadi gempa apa yang harus kita lakukan. Minimal kita sudah siap tas siaga bencana," katanya.
Di sisi lain kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiagaan dalam menghadapi bencana gempa dinilai Gayatri perlu ditingkatkan agar bisa optimal.
Sebagai langkah konkret, Gayatri menggarisbawahi pentingnya edukasi kebencanaan yang konsisten dan terus-menerus dilakukan oleh pemerintah bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya.
"Edukasi ini bertujuan untuk menjaga kesiapsiagaan masyarakat tanpa menimbulkan ketakutan yang berlebihan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ramai-ramai Kibarkan Bendera One Piece, Begini Respons Kemendagri
Advertisement

Wujudkan Pariwisata Berbasis Budaya, InJourney dan Kementerian Kebudayaan Sinergi Melakukan Pengelolaan Kompleks Candi Borobudur
Advertisement
Berita Populer
- Mahfud MD Sebut Amnesti dan Abolisi Menunjukkan Kedua Kasus Kental Nuansa Politik
- DPRD Kulonprogo Dorong Pemkab Bangun Rumah Sakit Daerah di Wilayah Utara
- Siswa Kulonprogo yang Keracunan Setelah Menyantap MBG Masih Rawat Inap, Pemkab Tanggung Semua Biaya
- 14.792 Warga Sleman Dinonaktifkan Kepesertaannya dari PBI JKN
- Fishum UIN Sunan Kalijaga Kini Miliki Program Magister Psikologi
Advertisement
Advertisement