Advertisement

Membaca Masa Depan Lewat Tradisi Islam Mataram di Mlangi

Media Digital
Rabu, 07 Mei 2025 - 22:47 WIB
Jumali
Membaca Masa Depan Lewat Tradisi Islam Mataram di Mlangi Festival Mlangi 2025 di Lapangan Yayasan Nur Iman Mlangi, Kalurahan Nogotirto, Gamping, Sleman - Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Yayasan Nur Iman Mlangi bersama Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY menggelar Festival Mlangi 2025 di Lapangan Yayasan Nur Iman Mlangi, Kalurahan Nogotirto, Gamping, Sleman, Rabu (7/5)-Sabtu (10/5).

Festival tersebut merupakan ikhtiar meneguhkan Mlangi sebagai ekosistem kebudayaan yang hidup, reflektif, dan transformatif. Pembukaan festival tersebut diawali dengan sholawat seorang anak laki-laki.

Advertisement

Kepala DPAD DIY, Kurniawan, mengatakan Mlangi merupakan salah satu lokasi berdirinya Masjid Pathok Negoro di DIY yang menjadi pusat spiritualitas, pendidikan, perjuangan, dan kebudayaan selama berabad-abad.

Di tengah perubahan sosial dan disrupsi digital, Festival Mlangidapat menjadi ruang untuk menyuarakan pentingnya menjaga warisan tradisi dengan cara yang hidup, seperti pembacaan, penularan/ditularkan, dan pemaknaan ulang.

Warisan tradisi tersebut dapat dilihat melalui beragam kegiatan di Festival Mlangi 2025, seperti peggunaan aksara pegon yang merupakan simbol literasi Islam Nusantara dan menjadi sorotan utama dalam festival kali ini.

Setelah Festival Mlangi 2025 secara resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah DIY, guna mengawali rangkaian kegiatan hingga Sabtu, Yayasan Nur Iman Mlangi menampilkan Pentas Kojan dan Rodad Mlangi.

Gerakan Seni Rodad Kojan mewujud dengan perpaduan antara seni tari (rodad) dan sholawat (pujian kepada Nabi Muhammad). Ada sekitar 21 orang yang membawakan seni tersebut. Mereka membentuk tiga baris. Baris pertama dan kedua berisi masing-masing delapan orang. Sembari melantunkan sholawat, mereka melakukan gerakan ritmis. Adapun baris paling belakang duduk ber-sholawat sembari menggenggam mic.

Kurniawan menyampaikan aksara pegon bukan sekadar sistem tulisan namun juga jembatan sejarah dengan ilmu dan nilai-nilai keagamaan yang telah lama hidup dalam manuskrip, tembang, dan karya-karya ulama terdahulu.

“Melalui festival ini, ada tujuan dan harapan besar dari kami. Mengenalkan kembali aksara pegon kepada masyarakat luas terutama generasi muda agar mereka tidak terputus dari akar budaya. Bukan menjadikan aksara pegon bagian dari masa lalu tapi dari masa kini dan masa depan,” kata Kurniawan di Lapangan Yayasan Nur Iman Mlangi, Rabu.

Dia mengaku Pemda DIY terus mendorong kolaborasi erat antara komunitas budaya, lembaga pendidikan, pesantren, dan perangkat daerah dalam menjaga aksara pegon secara berkelanjutan.

Kurniawan menjelaskan literasi tradisi perlu mengikuti perkembangan zaman dengan upaya digitalisasi dan diseminasi informasi. Aksara pegon lebih awal diakui daripada aksara Jawa kuno.

“Aksara pegon jangan sampai diambil lagi oleh negara lain. Di Malaysia juga mengenal aksara pegon. Aksaranya Arab tapi isinya bahasa Jawa,” katanya.

Dia memperlihatkan sejumlah lukisan yang menggunakan aksara pegon di sebuah stan. Salah satu lukisan yang memuat aksara pegon berbunyi Ngunduh Wohing Pakarti. DPAD DIY akan bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dalam menyelenggarakan acara guna mengenalkan aksara pegon. Filolog juga akan digandeng agar proses diseminasi dapat dilakukan secara jitu.

Di saat yang bersamaan dengan penampilan Pentas Kojan dan Rodad Mlangi, sejumlah pakar atau pelaku budaya menyampaikan gagasan mereka mengenai sejarah, karakteristik, dan masa depan Islam Mataraman dalam sebuah seminar.

Kajian ilmiah lain juga masih akan digelar seperti bedah naskah Koleksi Mlangi dan bedah buku Living Traditions in Mlangi dengan menghadirkan dialog yang tajam nan bersahaja. Selama empat hari pagelaran festival itu, panitia juga memamerkan naskah kuno pegon, demo literasi karya pegon, pameran produk konveksi Pathok Negoro Mlangi, dan pameran produk kuliner Mlangi mulai pukul 08.00 WIB - 21.00 WIB.

Sementara, Sekretaris Daerah Provinsi DIY, Beny Suharsono, mengatakan Dusun Mlangi memiliki potensi luar biasa ihwal sejarah Islam Mataraman. Sebab itu, perlu ada pembangunan jejaring guna mengenalkan potensi tersebut.

“Saya pernah dua tiga kali ke Mlangi. Contoh satu saja, coba kalau kita kenalkan secara berkelanjutan songkok merek Mlangi. Itu menjadi wisata budaya keislaman luar biasa. Bisa dibangun lewat jejaring. Basisnya sama, dari kasultanan. Ini dorongan dari pemerintah daerah. Tidak ada kendala selama ini, hanya niatan kita saja, ayo kita maju,” kata Beny.

Festival Mlangi 2025 juga menghadirkan produk UMKM lokal, kuliner khas Mlangi, dan batik santri yang menjadi bagian dari semangat kemandirian berbasis budaya. Festival ini berupaya membangun ekosistem berkelanjutan antara budaya, pendidikan, dan ekonomi rakyat. Stan kuliner khas Mlangi dapat dinikmati secara gratis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Sita Uang Rp479 Miliar Terkait Korupsi Duta Palma

News
| Kamis, 08 Mei 2025, 16:47 WIB

Advertisement

alt

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo

Wisata
| Minggu, 04 Mei 2025, 18:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement