Advertisement

Seni Kriya Menginspirasi Budaya Bangsa

Bhekti Suryani
Minggu, 20 Mei 2018 - 06:50 WIB
Bhekti Suryani
Seni Kriya Menginspirasi Budaya Bangsa Pameran Besar Seni Kriya Undagi 2 yang digelar pada 9-13 Mei 2018 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Pameran Besar Seni Kriya Undagi #2 telah digelar pada 9-13 Mei 2018 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama ISI Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan DIY.

Advertisement

Pameran seni kriya ini dibuka pada 9 Mei 2018 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Hilmar Farid serta dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan Restu Gunawan selaku Direktur Kesenian Kemendikbud.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan apa yang dipamerkan merupakan hal luar biasa dan membuktikan masyarakat kita punya kreativitas dan inovasi.Harapannya pameran ini menjadi titik lanjut kebangkitan sains dan seni yang digagas oleh pameran Undagi #2.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid juga memberikan sambutan. “Saya sama sekali tidak ada keraguan bahwa karya kreativitas ini bisa merajai dunia, dari segi itu sudah teruji dan semoga Undagi selanjutnya lebih spektakuler," kata Hilmar Farid.

Adapun peserta pameran terdiri dari 83 kriyawan dengan total lebih dari 100 karya dari Sumatra, Jawa dan Bali. Selain pameran dalam rangkaian Undagi #2 ini diselenggarakan pula Workshop Eco-Print dan Dialog Seniman Kriya yang dilaksanakan pada 10 Mei 2018. Dalam kesempatan tersebut lahir Asosiasi Kriyawan Republik Indonesia (ASKRINA).

Menurut kurator pameran Timbul Raharjo dalam pameran ini display karya relatif besar dan menarik, kekinian serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dikatakannya pula, peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari peninggalan artefaknya,mengandung peninggalan masa lalu yang dapat memberi gambaran sejarah perjalanan hidup nenek moyang.

Berbagai peninggalan sejarah itu secara visual memiliki makna dan fungsi baik tersurat maupun tersirat. Representasi dari karya-karya dapat berupa karya yang tangible dan intangible. Keduanya saling melengkapi dan memberikan nilai.

Pada dasarnya puncak-puncak kebudayaan masa lalu memiliki karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh masyarakat pendukungnya.

Kebanggaan dan penghargaan terhadap peninggalan masa lalu bukanlah sekedar nostalgia, namun bisa juga dianggap sebagai nguri-uri budaya bangsa. Pada sisi lain, ekspansi budaya modern semakin intensif, sehingga kadang mampu menyisihkan nilai-nilai budaya lama.

Sekalipun kebudayaan tradisonal mulai tersisihkan bukan berarti ia harus kehilangan perannya bagi pengembangan kebudayaan bangsa.

"Terbukti banyak seniman yang memanfaatkan kebudayaan tradisional sebagai sumber ide penciptaan karya-karya baru," kata Timbul.

Kreativitas seniman masa kini kadang-kadang susah ditebak. Kadang-kadang saat mood berkesenian itu muncul, maka kreativitas untuk menggali unsur-unsur budaya tradisi tidak bisa dihindarkan.

Mereka mengeksplorasi khasanah budaya bangsa, baik untuk kepentingan keilmuan maupun penciptaan karya seni.

"Idiom-idiom budaya bangsa itu menjadi penting dalam proses kreatif berkesenian dengan keterampilan kognitif yang dimiliki, maka seorang seniman dapat menyerap, mengolah, dan menciptakan seni kriya baru," lanjutnya lagi.

Karya baru tersebut sebagai bentuk pencarian diferensiasi yang berupa eksplorasi idea/konsep, bentuk, material, dan karakter atau gaya.

Dalam konteks ini ada dua tujuan  umum dalam penciptakan karya seni kriya: pertama, sebagai pemuas batin, yakni sebagai karya yang hadir tanpa ekspektasi di luar kegelisahan batinnya; kedua, sebagai bagian untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah yang berbasis pada ranah budaya.

Kedua tujuan itu bisa saling memenuhi. Kadang-kadang karya personal dapat memberikan inspirasi pada karya yang sifatnya reproduksi terbatas dan massal.

Kehadirannya tak lepas dari pengaruh lingkungan termasuk potensi lokal sebagai sumber inspirasinya, baik berupa konsep-konsep tradisi budaya, pola kehidupan, maupun material  disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dengan demikian budaya lokal atau tradisi sesungguhnya dapat  berbicara secara global sebagai  bagian jati diri bangsa. Seni kriya relatif banyak menggali potensi alam dan budaya Nusantara. Langkah demikian mampu memberikan nilai tambah berupa keunikan yang berkarakter Indonesia.

Hal ini sekaligus memiliki fleksibelitas seni termasuk di dalamnya nilai guna. Kriya dapat memberikan pandangan baru karya yang bersifat ekspresi pribadi dalam seni terapan dan untuk pajangan, misalnya suvenir, produk asesoris, mebelair, dan lainnya.

"Produk kriya telah mampu memberikan bentuk-bentuk kreativitas baru pada produk budaya tertentu," tutur Timbul.

Penyelenggaraaan pameran seni kriya sebagai salah satu bentuk pendidikan apresiasi kepada masyarakat relatif sedikit diselenggarakan.

Hanya pada jenis karya reproduksi yang banyak dilakukan, yakni karya seni yang dibuat secara masal dari bentuk dan teknik masa lalu yang disebut dengan seni kerajinan.

Seni kriya yang yang berorientasi penciptaan baru sebagai pijakan kreativitas kekinian atau desain baru hasil ini perlu mendapat perhatian. Hal ini karena hasil dari kreativitas penciptaan itu memberikan dampak pada popularitas karya kriya.

Produk masal karya kriya sebagai komoditas bisnis berpengaruh pada maraknya kriya baru yang ngetrend di pasaran dan bercirikhas Indonesia.

Hal inilah yang menyebabkan pelaksanaan Pameran UNDAGI #2 tahun 2018 berbeda dengan yang pertama. Pameran UNDAGI #2 akan menyajikan karya-karya yang lebih memberikan inspirasi bagi pertumbuhan dan perkembangan kriya yang mengkolaborasikan potensi kreasi dengan material.

Lebih dari itu, karya kriya yang disajikan merupakan karya seni kriya baru yang unik dan kreatif. Sebab, peristiwa ini akan lebih mengutamakan kebaruan ide penggalian budaya bangsa, materi, teknik, dan finishingnya.

Tidak menutup kemungkinan karya yang bersifat murni yang menggali potensi budaya bangsa. Peserta pameran adalah para kriyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap profesinya. Karya yang dipamerkan akan dikurasi secara ketat, berkaidah kesenirupaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan apresiasi dan edukasi masyarakat luas. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Detik-Detik Drone Show Liuyang Berubah Jadi Petaka

Detik-Detik Drone Show Liuyang Berubah Jadi Petaka

News
| Senin, 06 Oktober 2025, 19:17 WIB

Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Wisata
| Minggu, 05 Oktober 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement