Advertisement
Tiga Koreografer Persembahkan Tari Kontemporer

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar tari kontemporer bertajuk Mata Matra Matra. Pergelaran tari yang digelar di Concert Hall TBY, Kamis (18/10) malam dan melibatkan puluhan penari itu merupakan karya tiga koreografer.
Koordinator Tari Kontemporer TBY Sekar Ayu Oktaviana Sari menjelaskan gelaran tari kontemporer itu melibatkan tiga koreografer antara lain, Arjuni Prasetyorini dengan karya bertajuk Titi Mangsa; Tri Anggoro dengan karyanya yang berjudul Urip Urub dan Pulung Jati Ronggo Murti dengan karyanya yang berjudul Siklus.
Advertisement
Selain ketiga tarian inti tersebut masih ada satu tarian sebagai pembuka dalam Mata Matra Matra. Sekar mengatakan setiap koreografer membawa 28 penari dengan komposisi yang berbeda antara putra dengan putri menyesuaikan tema yang diangkat.
"Jadi setiap koreografer menampilkan karya dengan tema berbeda. Ada penampilan pembukanya. Jadi total ada empat tarian yang ditampilkan. Tetapi yang coba kami bandingkan adalah tiga koreo inti," ucap dia saat ditemui Harian Jogja di sela-sela acara, Kamis (18/10).
Dia menambahkan koreografer Tri Anggoro misalnya dengan Urip Urup menceritakan tarian tentang pelepah pisang yang dikembangkan dalam gerak kontemporer. Kemudian Arjuni Prasetyono Rini menceritakan tentang Dewi Sri sebagai dewi kesuburan serta Pulung Jati menceritakan tentang tembang macapat yang diinterpretasikan ke dalam gerak tubuh kontemporer. "Setiap koreografer ini karya tarinya ditampilkan sekitar 25 menit," ujarnya.
Terkait dengan segmen penonton, dia mengaku acara itu menyasar segmen penonton umum. Tujuan pementasan tak lain lantaran acapnya tari kontemporer susah dimengerti karena bersifat sangat simbolis.
“Akibatnya, penonton dari kalangan awam biasanya kurang memahami, dalam perhelatan itu ditampilkan lebih dahulu karya dokumenter tentang tarian yang akan disuguhkan. Harapannya masyarakat dapat menikmati tarian sembari menangkap pesan positif yang disampaikan,” ucap dia.
Dia mengatakan setiap penampil diwajibkan pula menayangkan rekaman video yang berisikan sinopsis dari karya yang ditampilkan. Dengan begitu, dia berharap penonton bisa memahami pesan yang hendak disampaikan oleh si koreografer.
"Video itu terdiri dari sinopsis, kemudian tujuan dan konsep karya yang dipentaskan. Sehingga penonton langsung bisa memahami tentang karya yang ditampilkan. Kami menyasar semua segmen, baik tua maupun muda," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Viral Grup Inses Fantasi Sedarah, Pembahasan dan Pengesahan RUU Ketahanan Keluarga Diminta Disegerakan
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- DIY Targetkan Bebas Malaria Juni 2025, Perang Terhadap DBD Terus Digencarkan
- Kasus Obesitas Melonjak, Dinkes Bantul Klaim Efek Skrining dan Gaya Hidup Tak Sehat
- Pelaksanaan Hari Pertama ASPD SD/MI di Bantul Diklaim Lancar
- Respons Bupati Terkait Kasus Perusakan Makam di Bantul, Halim: Nggak Ngerti Ajaran Agama
- Lama Bersekolah di Gunungkidul Masih Setara Kelas 1 SMP, Pemkab Luncurkan Geni Seko Gunung untuk Pacu Pendidikan
Advertisement