Wisatawan Luar DIY Mulai Berdatangan
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Wisatawan luar DIY sudah membanjiri objek-objek wisata yang ada di Kota Pelajar. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan saat awal industri pariwisata di DIY mulai bergeliat di tengah pandemi Covid-19. Kala itu, kunjungan wisatawan masih didominasi wisatawan lokal dari DIY.
Kepala Dinas Pariwisata (Dinpar) DIY, Singgih Raharjo, mengatakan pariwisata di DIY saat ini sudah lebih baik dibandingan masa awal pandemi Covid-19. Kunjungan wisatawan ke destinasi saat ini tidak hanya berasal dari wilayah DIY, tetapi juga dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Advertisement
BACA JUGA: Pandemi Ikut Pengaruhi Kecelakaan Lalu Lintas di DIY
"Saat ini meskipun DKI Jakarta menerapkan PSBB [pembatasan sosial berskala besar], destinasi wisata DIY tidak terpengaruh. PSBB hanya berpengaruh pada sejumlah kegiatan MICE [meeting, incentive, convention, and exhibition] yang di-reschedule," kata Singgih dalam acara Forum Group Discussion (FGD) di Lapangan Garuda Candi Prambanan, Sleman, Kamis (1/10/2020).
Acara itu digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pertemuan Industri Pariwisata tersebut mengangkat tema Dalam Rangka Reaktivasi Pemasaran Pariwisata Nusantara di Daerah Istimewa Yogyakarta. FGD yang dibuka oleh Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu, tersebut menghadirkan narasumber mulai dari Ketua Badan Promosi Pariwisata DIY, GKR Bendoro; Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo; Head of Market Management Accommodation Traveloka, Eko Cahyo Wibowo, dan juga Ike Janita Dewi, Litbang GIPI sekaligus dosen Universitas Sanata Dharma Jogja.
Singgih menambahkan untuk membangun pariwisata di DIY butuh sinergi dan gotong royong dari berbagai pihak. Hal itu menjadi modal penting yang tidak bisa dihilangkan. "Kami sudah memetakan dan punya strategi bagaimana membangkitkan pariwisata. Selain melakukan pemulihan destinasi untuk memperoleh kepercayaan, kami juga terus melakukan pemulihan pasar," kata Singgih.
BACA JUGA: Kampanye dalam Bentuk Perlombaan Dilarang di Sleman
Dalam sambutannya, Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf Vinsensius Jemadu mengapresiasi Pertemuan Industri Pariwisata untuk Reaktivasi Pemasaran Nusantara di DIY. Pasalnya, dari sejumlah pertemuan serupa, baru DIY yang menggelar secara outdoor. Hal itu menunjukkan industri pariwisata di DIY lebih siap dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19.
"Ini mengapa Jogja sampai saat ini mendapatkan tempat khusus di hati para wisatawan, baik itu wisatawan Nusantara maupun wisatawan macanegara," katanya.
Ia juga menyebut kegiatan outdoor yang digelar tersebut menunjukkan industri DIY juga aware dengan tren pariwisata global ketika semua wisatawan ingin kembali pada alam. Dia juga mengapresiasi apa yang dilakukan Pemda DIY dan juga pelaku industri wisata khususnya perhotelan yang sudah menerapkan protokol kesehatan.
"Protokol kesehatan ini saya sebut sebagai vaksin D3M, disiplin memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak. Hanya itu yang bisa dilakukan selama masa pandemi saat ini," kata Vinses.
BACA JUGA: Peneliti Berhasil Identifikasi 63 Flora dan 52 Fauna dalam Relief Candi Borobudur
Menurutnya, Reaktivasi Pemasaran Pariwisata Nusantara dilakukan karena sampai saat ini tidak ada yang bisa memprediksi kapan pandemi berakhir. Kegiatan ini juga mendorong aktivitas wisatawan nusantara untuk bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. Pasalnya mengharapkan kedatangan wisatawan mancanegara dalam kondisi pandemi saat ini sangat sulit dilakukan.
"Maka muncul hashtag di Indonesia saja, dan daerah menyambut di Jogja saja, di Solo saja. Ini dilakukan untuk mendorong wisatawan nusantara datang," katanya.
Gerakan tersebut sudah dirancang oleh pemerintah sejak Mei lalu. Pada Mei hingga Juli, masyarakat didorong untuk bisa menggerakkan perekonomian di sekitarnya dengan menikmati kuliner di luar rumah. Setelah itu, antara Juli hingga September, strategi dilanjutkan dengan pergerakan wisatawan untuk melakukan perjalanan darat ke lokasi-lokasi wisata.
"Strategi ketiga, Oktober hingga Desember nanti mengajak masyarakat untuk melakukan perjalanan antarpulau. Tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan zonasi yang sudah direkomendasikan oleh Gugus Tugas," ujarnya.
Guna menjamin destinasi wisata layak untuk didatangi, Kementerian akan memberikan sertifikasi jika destinasi wisata tersebut sudah menerapkan cleanliness, health, safety, and environment (CHSE) atau kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan yang lestari.
"Sertifikasi ini berikan secara gratis oleh pemerintah dengan standar global. Saya melihat Jogja masih menjadi destinasi wisata yang mendapatkan hati di masyarakat hanya butuh bersabar, kita lihat nanti pergerakan wisatawan pada akhir Oktober ini," katanya.
Protokol Kesehatan
Ketua Badan Promosi Pariwisata DIY GKR Bendoro mengatakan semua pihak harus mengubah perilaku sesuai protokol kesehatan. Tidak hanya wisatawan tetapi juga pelaku wisata.
"Apalagi di DIY banyak destinasi wisata yang memang menjadi dapurnya masyarakat, sehari tutup saja dampaknya banyak apalagi sebulan," katanya.
Pada akhirnya, kata Bendoro, sejumlah destinasi wisata dibuka dengan sejumlah persyaratan agar mampu memenuhi protokol kesehatan. Dalam diskusi tersebut Bendoro juga mengenalkan aplikasi Jogja Pass dan Visiting Jogja. Aplikasi ini semacam identitas digital para wisatawan yang masuk ke destinasi di Jogja untuk memonitor pergerakan wisatawan.
"Nah ketika wisatawan ada yang positif Covid-19, maka kota dengan mudah akan bisa melakukan tracing. Sebab ke mana saja ia pergi, akan terdeteksi melalui aplikasi ini. Ini dilakukan untuk mendeteksi peredaran virus Covid-19," katanya.
BACA JUGA: Akademisi 10 Negara Bahas Dinamika Kimia & Eksplorasi Kekayaan Alam Indonesia
Head of Market Management Accommodation Traveloka, Eko Cahyo Wibowo mengatakan dampak pandemi Covid-19 pada masa awal memang membuat drop pemesanan hotel, khususnya melalui Traveloka. Namun setelah dilakukan sejumlah penyesuaian khususnya ketaatan pada protokol pencegahan Covid-19, saat ini angka pemesanan hotel naik hingga 500%.
"Untuk pengawasan protokol kesehatan di hotel, kami juga melibatkan kuisioner dari para customer. Kamu tanyakan apakah betul hotel tersebut menerapkan protokol kesehatan," katanya.
Saat ini, kata Eko, konsumen tetap mencari hotel-hotel yang fokus pada masalah kebersihan dan kesehatan. Hotel yang sudah menerapkan protokol kesehatan pun oleh Traveloka diberi labeling khusus setelah diverifikasi sebelumnya. "Jadi kami cek betul tidak sembarangan. Sebab kunci kebangkitan pariwisata adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Puncak Arus Mudik Liburan Natal Diprediksi Terjadi pada 24 Desember
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
- KPU Sleman Memprediksi Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS Rampung Maksimal Jam 5 Sore
- Indeks Masih Jomplang, Penguatan Literasi Keuangan Sasar Mahasiswa UGM
- Undangan Memilih Pilkada Gunungkidul Didistribusikan ke 612.421 Warga
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
Advertisement
Advertisement