Advertisement
Sarasehan Budaya TBY Kupas Seni di Era Big Data
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Seiring dengan perjalanan waktu, pengalaman seorang seniman dalam menghasilkan karya semakin berkembang. Tidak hanya pengalaman subjektif dan objektif, seniman juga bisa mendapatkan pengalaman intersubjektif. Hal ini merupakan paparan Rain Rosidu dalam acara sarasehan budaya di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Pengalaman subjektif merupakan sesuatu yang berasal dari internal seniman. Pengalaman objektif berasal dari luar diri seniman. Sementara intersubjektif merupakan jejaring antar individu melalui komunikasi.
Advertisement
Di dunia yang modern dan akrab dengan jaringan Internet, interaksi antar-individu menjadi beragam dan intens. Dahulu, karya yang agung berasal dari sisi individu seniman. “Eksklusifitas. Karya semakin bernilai tinggi apabila eksklusif, tunggal, tidak ada yang lain,” kata Rain dalam sarasehan bertema Seni di Era Data Raya (Big Data) Simulasi, Peluang, dan Apresiasi di Gedung Societet TBY, Kamis (4/3).
Saat ini banyak perubahan berkesenian, termasuk dari adanya big data. Karya yang dahulu terlahir dari perspektif kemanusiaan, kini semakin beragam. Berkembangnya dunia data juga bisa untuk menilai sikap atau pandangan seorang seniman.
“Statistik seniman bisa dibaca, misal seniman berkata dia peduli dengan perempuan. Namun dilihat dari lukisannya, [ternyata] memperlihatkan tidak peduli perempuan,” kata Rain yang juga seorang kurator seni.
Teknologi yang semakin canggih dan mendekatkan seniman dengan penikmatnya juga mengubah sisi ekonomi. Dahulu, pihak galeri, museum, ataupun balai lelang menjadi pihak yang dominan menentukan arah karya seniman. Sementara beberapa hal tersebut kebanyakan dimiliki pemerintah atau pihak swasta yang besar.
Rain mencontohkan acara pameran Artjog yang merupakan swadaya seniman menjadi acara yang populer. Banyak seniman yang secara sukarela memamerkan karyanya. Masyarakat penikmat seni maupun umum juga bisa datang dan membuat acara ini bergema sampai luas.
Pengaruhi Selera
Menurut Arsita Pinandita, big data memengaruhi selera. Saat seseorang bermain media sosial misalnya, mesin akan melacak algoritma aktivitasnya, teman yang dia ikuti, dan lainnya. Setelah itu akan ada umpan balik yang akan pengguna dapat secara terus-menurus. Hal ini sedikit banyak membentuk selera seseorang. “Kita sedang berada di wilayah seni yang berhubungan dengan sains dan teknologi,” kata Arsita yang juga berkegiatan sebagai dosen di Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Perkembangan perilaku masyarakat juga berpengaruh terhadap pasar seni, yang bisa jadi mengarah pada sistem digital. Dosen ISI Jogja Sujud Dartanto mengatakan big data kini kawin silang dengan industri. Beberapa kemungkinan yang terjadi, pembeli seni dan penjual sudah tidak ada perantara lagi. “Penjual bisa langsung mendapatkan pembelinya. Karya seni lukisan ditandai dengan chip untuk otentivitas karya,” kata Sujud yang juga merupakan kurator seni.
Namun semua perkembangan teknologi juga perlu berbarengan dengan adanya payung hukum. Penjualan atau bekerja di bidang digital memiliki risiko yang besar. “Apabila tidak dilindungi hukum, rawan disalahgunakan,” kata Sujud.
Diskusi ini merupakan kegiatan rutin dari TBY. Selain tetap mengutamakan protokol kesehatan dalam penyelenggaraannya, tema-tema diskusi juga untuk menyikapi kondisi dunia seni saat ini. “Banyak yang perlu dikembangkan dan inovasi di masa pandemi seperti ini,” kata Kepala TBY Diah Tutuko. Diskusi yang kali ini diikuti oleh seniman seni rupa dari berbagai daerah ini, diharapkan bisa menjadi bahan pengetahuan untuk nantinya tetap berjalan dan berkreasi. (ADV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- 26 Pelaku Prostitusi Ditangkap Polres Klaten saat Operasi Pekat Candi 2024
- Menilik Kesuksesan Kaliwedi Sragen Kembangkan Agrowisata hingga Waterboom
- BPJPH Bersama Industri dan Designer Luncurkan Indonesia Global Halal Fashion
- MWA UNS Solo Bentuk Panitia Pemilihan Rektor Periode 2024-2029, Ini Susunannya
Berita Pilihan
Advertisement
Jelang Lebaran, PLN Hadirkan 40 SPKLU Baru di Jalur Mudik untuk Kenyamanan Pengguna Mobil Listrik
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Lokasi dan Waktu Penukaran Uang Baru di Jogja dan Sekitarnya, Berikut Caranya
- Simak Jadwal Pekan Suci 2024 Gereja Katolik di Jogja
- Rekomendasi Makanan Takjil Tradisional di Pasar Ramadan Kauman Jogja
- Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan
- BREAKING NEWS: Gempa Bumi Magnitudo 5 Guncang DIY, Ini Lokasi Pusatnya
Advertisement
Advertisement