Advertisement
Muhammadiyah Kota Jogja: Semakin Disebut Namanya, Geng Sekolah Semakin Bangga
Kapolres Bantul AKBP Ihsan saat jumpa pers penggerebekan geng pelajar, Senin (11/4/2022). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Semakin sering nama kelompok atau geng sekolah disebut, dinilai akan membuat anggotanya semakin bangga. Meski pun penyebutan nama geng itu dikaitkan dengan aksi kejahatan jalanan alias klithih.
Hal ini di sampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Jogja, Achid Widi Rahmanto. Sehingga dalam kasus kejahatanan jalanan, penyebutan dengan inisial dianggap lebih aman.
Advertisement
Dalam kasus kejahatan beberapa waktu lalu yang terjadi di Gedongkuning, Jogja, terjadi konflik antara dua kelompok pelajar. Achid merasa prihatin lantaran pelaku dan korban berasal dari sekolah yang berada dalam naungan Muhammadiyah, meski berbeda sekolah.
“Kami akan semakin intensif membina sekolah-sekolah. Sebenarnya sudah lama mengintruksikan untuk memutus mata rantai geng, namun ternyata tidak sederhana. Di geng dengan inisial M, bahkan sudah intruksikan dicari anak-anak yang memiliki bibit-bibit perilaku kejahatan, tolong kumpulkan. Pernah ada pembinaan di Brimob, namun ketika itu selesai, nyatanya muncul lagi,” kata Achid, Rabu (13/4/2022).
BACA JUGA: Mengenang Koperasi Pemuda, Bus Favorit Warga Sleman yang Tarifnya Rp100
Sejak munculnya kejahatan jalanan dengan aktor pelajar, pengurus Muhammadiyah terus mencari formula yang bisa memutus rantai ini. Beberapa kendala termasuk masih terjalinnya komunikasi antara alumni dan pelajar aktif.
Selain itu, media elektronik juga memiliki peran memperlancar dan mempermudah rencana melakukan kejahatan jalanan atau tawuran. Hal ini seperti kesepakatan untuk berkelahi atau lainnya. Lantaran masuk dalam ranah privat, cukup sulit mendeteksi sejak awal komunikasi antar geng.
“Kami betul-betul mengupayakan sekolah terhindar dari perilaku yang berujung pada kejahatan. Guru-guru juga sudah mencoba memberikan pemahaman. Namun tidak jarang kondisi anak di rumah yang kurang harmonis atau lainnya berpotensi menjadi pemicu,” katanya. “Dalam kasus kejahatan jalanan, korban tidak hanya mereka yang terluka, namun sekolah juga menjadi korban dengan tercemarnya nama baik.”
Meski fase ini kadangkala menjadi bagian pencarian jati diri remaja, namun akan lebih baik apabila mereka tidak melakukan kejahatan dalam bentuk apapun. Achid berharap tidak ada lagi kejadian serupa yang menimpa masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Jumat 24 Oktober 2025
- Jadwal SIM Keliling di Kota Jogja Hari Ini, Jumat 24 Oktober 2025
- Dosen UGM Nilai Dampak Potensi La Nina Perlu Disosialisasikan
- Jalur Bus Trans Jogja ke Malioboro, Bisa Bayar Pakai QRIS
- Jadwal Pemadaman Listrik di Jogja dan Bantul Hari Ini, Jumat 24 Okt
Advertisement
Advertisement




