Advertisement
Muhammadiyah Kota Jogja: Semakin Disebut Namanya, Geng Sekolah Semakin Bangga
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Semakin sering nama kelompok atau geng sekolah disebut, dinilai akan membuat anggotanya semakin bangga. Meski pun penyebutan nama geng itu dikaitkan dengan aksi kejahatan jalanan alias klithih.
Hal ini di sampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Jogja, Achid Widi Rahmanto. Sehingga dalam kasus kejahatanan jalanan, penyebutan dengan inisial dianggap lebih aman.
Advertisement
Dalam kasus kejahatan beberapa waktu lalu yang terjadi di Gedongkuning, Jogja, terjadi konflik antara dua kelompok pelajar. Achid merasa prihatin lantaran pelaku dan korban berasal dari sekolah yang berada dalam naungan Muhammadiyah, meski berbeda sekolah.
“Kami akan semakin intensif membina sekolah-sekolah. Sebenarnya sudah lama mengintruksikan untuk memutus mata rantai geng, namun ternyata tidak sederhana. Di geng dengan inisial M, bahkan sudah intruksikan dicari anak-anak yang memiliki bibit-bibit perilaku kejahatan, tolong kumpulkan. Pernah ada pembinaan di Brimob, namun ketika itu selesai, nyatanya muncul lagi,” kata Achid, Rabu (13/4/2022).
BACA JUGA: Mengenang Koperasi Pemuda, Bus Favorit Warga Sleman yang Tarifnya Rp100
Sejak munculnya kejahatan jalanan dengan aktor pelajar, pengurus Muhammadiyah terus mencari formula yang bisa memutus rantai ini. Beberapa kendala termasuk masih terjalinnya komunikasi antara alumni dan pelajar aktif.
Selain itu, media elektronik juga memiliki peran memperlancar dan mempermudah rencana melakukan kejahatan jalanan atau tawuran. Hal ini seperti kesepakatan untuk berkelahi atau lainnya. Lantaran masuk dalam ranah privat, cukup sulit mendeteksi sejak awal komunikasi antar geng.
“Kami betul-betul mengupayakan sekolah terhindar dari perilaku yang berujung pada kejahatan. Guru-guru juga sudah mencoba memberikan pemahaman. Namun tidak jarang kondisi anak di rumah yang kurang harmonis atau lainnya berpotensi menjadi pemicu,” katanya. “Dalam kasus kejahatan jalanan, korban tidak hanya mereka yang terluka, namun sekolah juga menjadi korban dengan tercemarnya nama baik.”
Meski fase ini kadangkala menjadi bagian pencarian jati diri remaja, namun akan lebih baik apabila mereka tidak melakukan kejahatan dalam bentuk apapun. Achid berharap tidak ada lagi kejadian serupa yang menimpa masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement