Advertisement
DPRD DIY: Tudingan ORI Terkait Sekolah Jualan Seragam Rugikan Dunia Pendidikan DIY

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—DPRD DIY merespons terkait rilis data yang disampaikan ORI DIY yang menyatakan keuntungan jual beli seragam sekolah di DIY capai Rp10 miliar. Pernyataan yang diduga tidak disertai data valid ini dinilai akan merugikan dunia pendidikan di DIY.
Sebagaimana diketahui, ORI DIY pada Senin (26/9/2022) mengungkap praktik jual beli seragam keuntungannya mencapai Rp10 miliar dengan asumsi keuntungan Rp300.000 per paket. Angka itu kemudian dikalikan setengah dari jumlah siswa baru yang rata-rata setiap sekolah sekitar 200 siswa. DPRD DIY pun merespons tudingan itu karena dinilai merugikan dunia pendidikan DIY karena hanya perhitungan asumsi yang tidak sepenuhnya valid.
Advertisement
“Kalau seperti ini menurut saya tidak profesional dan tidak berorientasi pada penyelesaian masalah. Ini justru akan merugikan dunia pendidikan DIY. Karena sekolah akan terpojok secara opini dan terstigma negatif,” kata Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana, usai audiensi dengan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) DIY, Selasa (27/9/2022).
BACA JUGA: 11 Mahasiswa AS Dikenalkan Pancasila dan Keberagaman Budaya Jogja
Huda menyarankan agar ke depan ORI DIY lebih berhati-hati dalam menyampaikan data dengan tidak sekadar berdasarkan asumsi, generalisasi. Ia menyadari praktik jual beli seragam itu tentu ada secara kasuistik dengan jumlah tertentu, namun dalam proses penghitungan data yang dilakukan ORI langsung dipukul rata semua sekolah.
“Apalagi bisa menyebut sekian puluh miliar itu dari mana dan bagaimana cara menghitungnya. Partisipasi masyarakat atau orang tua berkontribusi itu sudah ada mekanisme,” katanya.
Ia khawatir tudingan ORI DIY tersebut justru akan mendegradasi dan menurunkan semangat sekolah di tengah upaya akselerasi pemahaman mata pelajaran yang sempat tersendat akibat pandemi. Di mana sebagian besar sekolah sedang berjuang keras mengatasi efek pandemi terhadap pendidikan. Karena sebelumnya di rumah dalam waktu panjang akibat pembatasan kemudian harus mengejar ketertinggalan di saat ini sudah mulai normal.
“Perjuangan guru ini tidak mudah, tetapi kemudian disimplifikasi dengan dikatakan jualan seragam, itu saya tidak setuju. Saya dekat guru, pengelola sekolah, tidak seperti yang dituduhkan, apalagi digeneralisasi semua jualan seragam,” katanya.
BACA JUGA: BKKBN DIY Gelar Wisuda Ratusan Lansia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
- Liburan Sekolah, Okupansi Hotel di Bantul Tembus 80 Persen
Advertisement
Advertisement