Advertisement
Waspadai Cuaca Ekstrem, Selama Oktober Sudah Terjadi 7 Kali Tanah Longsor di Bantul

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul mengaku sudah mendapatkan Surat Edaran (SE) dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY terkait dengan adanya ancaman bencana hidrometeorologi, terlebih adanya La Nina bahkan sudah berdampak di Bantul dengan intensitas hujan yang sudah mengguyur dengan curah hujan sedang sampai tinggi.
“Kami sudah siaga sejak jauh hari, dengan mengaktifkan kembali posko siaga bencana yang ada di 29 kalurahan, dan satu posko induk di BPBD Bantul,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta, Kamis (20/10/2022).
Advertisement
Selain itu pihaknya juga sudah mengumpulkan berbagai intansi untuk sama-sama mitigasi bencana pada Jumat pekan lalu yang melibatkan TNI-Polri dan juga sukarelawan kebencanaan.
Kemudian pada Sabtu-Minggu (22-23/10/2022), semua sukarelawan kebencanaan di Bantul juga akan menggelar jambore di Pantai Baru yang akan diikuti sekitar 1.000 orang. Kemudian pihaknya juga sudah memastikan semua alat pendeteksi dini banjir atau EWS sudah dalam kondisi berfungsi, termasuk EWS untuk tanah longsor.
BACA JUGA: Kasus DBD Terus Naik, Bantul Andalkan WoW Mantul
Agus mengatakan dampak hujan tinggi sudah dirasakan di Bantul seperti adanya pergerakan tanah atau tanah longsor dan pohon tumbang.
Dari catatan BPBD Bantul selama Oktober, sudah terjadi tujuh kasus gerakan tanah atau tanah lngsor, 13 pohon tumbang, dan 44 titik dampak cuaca ekstrem seperti angin kencang. Sementara pada Oktober tahun lalu terjadi tujuh lokasi tanah longsor, angin kencang dengan dampak 11 titik dan delapan pohon tumbang.
Lebih lanjut Agus mengatakan berdasarkan data yang dirilis BPBD Bantul ada sekitar sebelas kapanewon yang punya potensi tinggi bencana hidrometeorologi berupa banjir dan longsor. Untuk banjir diantaranya kapanewon Bantul, Kretek, Pleret, Pundong, Piyungan, Jetis dan Imogiri.
Kemudian bencana tanah longsor tersebar di tiga wilayah yang mayoritas merupakan wilayah dengan kontur tanah perbukitan, yakni kapanewon Pundong, Imogiri, dan Piyungan. Sementara untuk bencana angin kencang dan pohon tumbang hampir merata di seluruh kapanewon.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan berdasarkan perkiraan dari BMKG DIY bahwa di Bantul akan menghadapi musim hujan di atas rata-rata atau ekstrem mulai 3 Oktober lalu hingga Maret 2023 mendatang. Puncaknya musim hujan diperkirakan terjadi pada Februari 2023.
Kondisi tersebut yang perlu diwaspadai adalah terjadinya bencana seperti banjir atau lupan air sungai, tanah longsor, dan angin kencang, “Sudah kita identifikasi peta rawan banjir dan longsor dan kebutuhan yang kita perlukan,” kata Halim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam, Ketua DPR RI Minta Tata Kelola Transportasi Diperbaiki
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Dua Mahasiswa KKN UGM Meninggal Dunia, Sejumlah Masjid di UGM Gelar Salat Gaib Doakan Mendiang
- BPBD Sleman Alokasikan 100.000 Liter Air untuk Dropping
- Mahasiswa Meninggal karena Kecelakaan Laut, UGM Kirim Psikolog ke Lokasi KKN di Maluku Tenggara
- Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Resmi Dibuka: Begini Cara Gratis Keluar dan Masuk di Gerbang Tol dan Exit Toll Prambanan
- Hendak Menceburkan Diri ke Laut di Parangtritis, Warga Lansia Asal Bogor Selamat
Advertisement
Advertisement