Advertisement
Gelar Labuhan di Parangkusumo, Ini yang Menjadi Harapan dan Doa Kraton Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar labuhan di Parangkusumo, Parangtritis, Kretek, Selasa (21/2/2023). Labuhan itu digelar dalam rangka peringatan jumenengan ke-35 Sri Sultan HB X.
Wakil Penghageng Tepas Dwarapura, KRT Wijaya Pamungkas mengatakan bahwa labuhan tersebut merupakan Hajat Dalem Pengetan Jumenengan Dalem yang digelar setahun sekali mengacu pada penanggalan tahun Jawa.
Advertisement
“Kalau hitungan tahun Jawa itu sudah 35 tahun jumenengan. Kalau dihitung dari tahun masehi itu 34 tahun,” kata Wijaya Pamungkas ditemui di Parangkusumo, Selasa (21/2/2023).
KRT Wijaya Pamungkas mengatakan bahwa labuhan terdiri dari labuhan besar dan labuhan kecil. Labuhan besar digelar setiap tahun Dal dan Wawu pada penanggalan Jawa. Pada labuhan besar lokasi labuhan ditambah satu lokasi di Dlepih Wonogiri.
Sedangkan labuhan kecil hanya di Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu.
BACA JUGA: Labuhan Merapi Tahun Ini Digelar Tanpa Hiburan
Sementara itu, Wakil Abdi Dalem Juru Kunci di Pemancingan Parangkusumo-Parangtritis, Surakso Trirejo mengatakan bahwa labuhan tersebut merupakan salah satu bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Labuhan Keraton ini merupakan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah. Mudah-mudahan dengan adanya labuhan di Parangkusumo ini kita warga Jogja akan mendapatkan harapan khususnya untuk Ngarsa Dalem mudah-mudahan diberikan panjang yuswa,” kata Surakso ditemui di Parangkusumo pada Selasa (21/2/2023).
Sebelum labuhan, Pemda Bantul melalui Dinas Kebudayaan menerima ubo-rampe yang diberikan oleh utusan Ngarso Dalem yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Wijaya Pamungkas.
Setelah upacara serah terima uba rampe di Kapanewon Kretek, uba rampe dibawa ke Cepuri Parangkusumo untuk didoakan juru kunci Cepuri. Kemudian oleh abdi dalem keraton Yogyakarta dibawa menuju Pantai Parangkusumo untuk dilabuh.
“Labuhan ini kan labuhan alit, jadi kami hanya menggunakan tiga ancak. Tiga ancak berarti hanya membutuhkan 12 personel cantrik. Tapi kalau Hajat Labuhan Ageng atau besar itu yang delapan tahun sekali, nanti dipakai empat ancak,” katanya.
Terdapat beberapa uba-rampe yang dibawa dalam labuhan tersebut. Beberapa tersebut antara lain pengajeng, penderek, lorodan ageman dalem, dan sanes-sanese.
Di pihak lain, Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto menegaskan bahwa labuhan tersebut merupakan hal yang istimewa di DIY karena hanya dilakukan di Parangkusumo dan Gunung Merapi.
“Hal ini menjadi kebanggan dan juga penyemangat bagi kami dalam nguri-uri kebudayaan utamanya kebudayaan Jawa,” kata Nugroho ditemui di Parangkusumo.
Dia menegaskan bahwa Pemda ikut mendukung terlaksananya labuhan tersebut. Hal tersebut pertama-tama agar kebudayaan tetap lestari dan masyarakat DIY tidak lupa terhadap jati diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Targetkan Bangun 120 Kilometer Jalan Desa Setiap Tahun
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
Advertisement
Advertisement