Advertisement

Tak Hanya Braholo, Ada 8 Luweng di Tepus Jadi Tempat Kegiatan Mapala

David Kurniawan
Senin, 27 Maret 2023 - 13:07 WIB
Sunartono
Tak Hanya Braholo, Ada 8 Luweng di Tepus Jadi Tempat Kegiatan Mapala Proses evakuasi seorang mahasiswa asal Fakultas Kedokteran UNS yang terjatuh di Luweng Braholo di Kalurahan Purwodadi, Tepus. Minggu (26/3/2023). - Istimewa - Polsek Tepus

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemerintah Kalurahan Purwodadi, Tepus, Gunungkidul mencatat aktivitas penelusuran luweng tidak hanya dilaksanakan di Luweng Braholo. Pasalnya, masih ada delapan luweng lainnya di kalurahan tersebut.

Ulu-Ulu Kalurahan Purwodadi, Suroyo mengatakan, total di wilayahnya ada sembilan luweng yang sering digunakan kegiatan mahasiswa pecinta alam (Mapala). Selain Braholo, ada Luweng Pelelen, Belik, Nglibeng, Gebyok, Cekelan, Jurug, Mbomo dan Tebasan.

Advertisement

Menurut dia, sembilan luweng ini sering digunakan untuk kegiatan penyusuran. Namun demikian, untuk aktivitas terbanyak berada di Luweng Nglibeng dan Pelelen. Tapi, kadang juga di Luweng Braholo,” katanya saat dihubungi wartawan, Senin (27/3/2023).

BACA JUGA : BREAKING NEWS: Anggota Mapala FK UNS Jatuh di Luweng Braholo Ditemukan Meninggal Dunia

Suroyo menjelaskan, masing-masing luweng memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Berdasarkan pendataan, Luweng Braholo menjadi salah satu luweng yang terdalam di Purwodadi.

“Dengan kedalaman sekitar 37 meter [sebelumnya tertulis 20 meter], maka menjadi salah satu luweng terdalam di kalurahan kami,” katanya.

Ia berharap kejadian kecelakaan di Luweng Braholo menjadi pelajaran bersama. Dalam aktivitas penyusuran diminta untuk lebih berhati-hati dan terus memperhatikan sisi keamanan.

BACA JUGA : Gua Braholo Jadi Saksi Prasejarah, Peninggalan Justru

Selain itu, Suroyo meminta kepada para penjelajah agar meminta izin ke kalurahan pada saat akan menyusuri luweng di Purwodadi. Ia tidak menampik, selama ini sudah banyak kegiatan mahasiswa pecinta alam yang mengajukan izin sebelum penyusuran, tapi ada juga yang langsung datang tanpa member pemberitahuan.

“Kalau kegiatan formal banyak yang izin. Tapi, kalau pribadi kebiasaan belum izin. Harapannya, semua kegiatan penyusuran bisa diberitahukan kepada kami,” ujarnya.

Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Jogoboyo, Kalurahan Purwodadi, Yanto. Menurut dia, izin ini sangat penting karena tidak hanya sebagai pemberitahuan, tapi juga sebagai upaya pemantauan dan saat terjadi sesuatu hal bisa memberikan pertolongan.

“Kalau yang kemarin [kegiatan di Luweng Braholo yang mengakibatkan satu mahasiswa meninggal] belum tahu karena kebetulan sedang mengurusi anak yang sedang sakit. Tapi, harapannya semua bisa izin,” katanya.

BACA JUGA : Anggota Mapala FK UNS Terjatuh di Luweng Braholo

Yanto menambahkan, izin sebelum penyusuran tidak hanya ke kalurahan maupun polsek. Pasalnya, ia mengimbau agar meminta izin ke tetua di dusun termpat luweng berada.

“Misalnya Luweng Braholo berada di Dusun Ngandong, maka izinnya ke orang yang dituakan disana. Istilahnya kulo nuwun agar aktivitas berjalan dengan lancar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Caleg PDIP Karanganyar Laporkan KPU ke Ombudsman, Sebut Lakukan Maladministrasi

News
| Sabtu, 11 Mei 2024, 14:57 WIB

Advertisement

alt

Menilik Jembatan Lengkung Zhaozhou Tertua di Dunia

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement