Advertisement

Si Sufi Jogja, Awal Kolaborasi Pelestarian Budaya untuk Umat Manusia

Media Digital
Minggu, 29 Oktober 2023 - 12:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Si Sufi Jogja, Awal Kolaborasi Pelestarian Budaya untuk Umat Manusia Sri Sultan HB X merilis Si Sufi Jogja dalam rangkaian acara Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2023 di Jalan Malioboro, Jogja, Sabtu (28/10 - 2023).

Advertisement

JOGJA—Pemerintah Daerah DIY resmi merilis Satu Aksi Sumbu Filosofi: Budaya Jogja Mendunia atau Si Sufi Jogja di Jalan Malioboro, Jogja, Sabtu (28/10/2023). Si Sufi Jogja merupakan implementasi penetapan Sumbu Filosofi Jogja sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO berupa pelaksanaan dokumen rencana pengelolaan (management plan).

Si Sufi Jogja ini berupa pengelolaan kawasan Sumbu Filosofi Jogja berbasis pemberdayaan budaya dan ekonomi masyarakat dengan kolaborasi berbagai pihak. Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, mengatakan kolaborasi ini melingkupi UNESCO, pemerintah pusat, Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Bantul, sampai masyarakat. Semua bersatu padu dalam mengeksplorasi potensi dan membenahi upaya pengelolaan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta ke depannya.

Advertisement

"Saat ini Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, dan Pemkab Bantul, bekerja sama dengan berbagai pihak menyiapkan regulasi untuk mendukung penguatan pelestarian di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta, termasuk pengendalian pembangunan yang lebih efektif dan tepat penggunaannya, aturan transportasi ramah lingkungan, sampai kegiatan keseharian," kata Sri Sultan HB X dalam Pahargyan Warisan Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta di Jalan Malioboro, Jogja, Sabtu (28/10/2023).

BACA JUGA: Sumbu Filosofi Mengajak Publik Memperindah Dunia

Di samping regulasi itu, Si Sufi Jogja juga mengantisipasi dampak meningkatnya wisatawan di Jogja. Akan ada beberapa kajian untuk mendukung serta menyebarkan kunjungan wisatawan ke destinasi alternatif di berbagai wilayah DIY. Usaha ini dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia yang bekerja sama dengan UNESCO, perguruan tinggi, serta lembaga swadaya masyarakat.

Semua upaya ini untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai universal kemanusiaan yang ada dalam Sumbu Filosofi Jogja. Terlebih dengan predikat Warisan Budaya Dunia, Sumbu Filosofi bukan hanya milik Jogja, tapi juga menjadi bagian masyarakat Indonesia dan dunia. Perlu penghayatan yang menyeluruh agar masyarakat bisa semakin memahami serta mengimplementasikannya.

"Sumbu Filosofi Jogja untuk menjadi warisan dunia merupakan keinginan masyarakat DIY dan Indonesia, untuk turut melestarikan budaya umat manusia," katanya. "Keinginan itu selaras dengan semangat pendirian UNESCO yang menyatakan warisan budaya yang memiliki nilai universal luar biasa harus dilestarikan untuk seluruh umat manusia."

Kolaborasi dan penguatan kualitas di segala menjadi penting, mengingat tantangan ke depan berpotensi semakin berat. Apabila tidak bisa menjawab tantangan zaman, perkembangan teknologi dan berubahnya dinamika masyarakat bisa melunturkan nilai-nilai Sumbu Filosofi. Di sisi lain, apabila seluruh elemen siap dan tanggap terhadap perubahan, tantangan bisa berubah menjadi kesempatan atau peluang.

Kunci dalam menghadapi tantangan ini berupa kolaborasi yang saling menguatkan. Tidak memandang siapa pemiliknya, masyarakat dunia perlu bersama-sama merawat dan melestarikan Warisan Budaya Dunia, termasuk di dalamnya Sumbu Filosofi. Sri Sultan HB X berharap kolaborasi yang juga dituangkan dalam penandatanganan komitmen bersama antara unsur pemerintah sampai Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Semoga keterlibatan-keterlibatan seluruh pemangku kepentingan di Sumbu Filosofi Yogyakarta semakin menguatkan pelestarian di DIY pada, khususnya di Indonesia serta dunia pada umumnya," katanya. "Sehingga nilai tersebut semakin terjamin keberadaannya dan bisa diwariskan ke generasi mendatang."

Sekda DIY, Benny Suharsono, mengatakan komitmen dalam merawat Sumbu Filosofi bisa meningkatkan peran aktif pemangku di kawasan inti maupun penyangga. "Dengan Si Sufi Jogja, bisa meningkatkan dan membangun upaya mengembangkan Sumbu Filosofi Jogja. Nantinya salah satu tugasnya memberikan informasi, sosialisasi, dan publikasi penetapan Sumbu Filosofi Jogja sebagai Warisan Budaya Dunia," katanya.

Perilisan Si Sufi Jogja merupakan bagian dari Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2023. Adapun agenda lain berupa Amazing Race Sumbu Filosofi Adventure, Pahargyan Yogyakarta Warisan Budaya Dunia, dan Fam Trip SI SUFI LOVELY. Rangkaian acara ditutup dengan flashmob dengan peserta lebih dari 2.000 orang di Jalan Malioboro.

Sebagai informasi, Sumbu Filosofi merupakan tata kota yang terbentuk sejak awal pembangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat sekitar tahun 1755. Sri Sultan HB I membuat tata kota beserta atributnya dengan makna masing-masing.

Filosofi dari Panggung Krapyak ke Utara menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan dari rahim ibu, beranjak dewasa, menikah sampai melahirkan anak (sangkaning dumadi). Sebaliknya dari Tugu Pal Putih ke arah Selatan merupakan perjalanan manusia menghadap sang pencipta (paraning dumadi).

Peletakan unsur sosial masyarakat, termasuk juga bangunan mengandung makna-makna tersendiri. Contohnya, penempatan Kompleks Kepatihan dan Pasar Beringharjo melambangkan godaan duniawi dan godaan syahwat manusia yang harus dihindari, terutama dalam perjalanan manusia kembali ke pencipta. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ratusan Rumah Terendam Akibat Luapan Sungai Cibeureum

News
| Kamis, 02 Mei 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement