Masih Ada Balita Gizi Buruk di Bantul, Ini Penjelasan Dinkes
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat jumlah bayi di bawah lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk cukup tinggi. Tingginya kasus gizi buruk tersebut disebabkan balita memiliki penyakit penyerta.
Berdasarkan data yang diambil Dinkes Kabupaten Bantul pada Februari 2023, ada 58 anak yang mengalami gizi buruk di Kabupaten Bantul selama 2022.
Advertisement
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Bantul, Siti Marlina menyampaikan sebagian besar anak mengalami gizi buruk karena memiliki beberapa penyakit penyerta seperti pneumonia, diare, penyakit jantung bawaan, atau TBC.
"Giri buruk karena kekurangan gizi saja tanpa penyakit penyerta itu jarang, biasanya sakit dulu. Anak-anak mengalami kondisi sakit sehingga harus rawat inap. Karena sakitnya itu, statusnya gizi buruk," ujarnya Jumat (16/11/2023).
Baca Juga: Tekan Stunting di DIY, Sultan: Perbaiki Gizi Masyarakat!
Dia menuturkan selama ini deteksi awal anak yang mengalami gizi buruk dilakukan di posyandu atau fasilitas kesehatan setempat (fasyankes). Biasanya, menurut Marlina anak mengalami sakit tertentu, kemudian melakukan pemeriksaan ke faskes terdekat. Dari situ, bila berat badan anak tidak sesuai berat badan minimum pada usianya, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Penangan gizi buruk begitu ditemukan di lapangan kita arahkan ke rumah sakit, begitu membaik dipulangkan, kemudian ada intervensi dari komunitas [posyandu dan fasyankes]," katanya.
Baca Juga: Ratusan Ahli Gizi Berkumpul di Jogja Demi Bahas Stunting
Dia menuturkan Dinkes Kabupaten Bantul memberikan susu khusus bagi anak yang mengalami gizi buruk. Pemberian susu tersebut dibarengi dengan pemeriksaan setiap dua pekan sekali terhadap anak gizi buruk.
Dia menuturkan bagi anak yang mengalami gizi buruk tanpa penyakit penyerta, biasanya ketika telah dilakukan pemberian susu anak gizi buruk, dan pendampingan dari posyandu atau fasyankes, diperkirakan sekitar dua pekan hingga 1 bulan hingga anak dinyatakan tidak gizi buruk.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut anak dinyatakan sudah tidak mengalami gizi buruk, maka pemberian susu akan dihentikan. Tahun 2023 dialokasikan sekitar Rp.200 juta untuk pemberian susu bagi anak gizi buruk.
Baca Juga: Kesehatan Saluran Cerna untuk Pencegahan Stunting pada Balita
Setelah anak tidak mengalami gizi buruk, Dinkes Kabupaten Bantul melalui fasyankes dan posyandu akan memberikan pendampingan terhadap orang tua yang anaknya sudah tidak mengalami gizi buruk. Anak pun akan diberikan makanan dengan gizi seimbang melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
"Misal penyembuhan [penyakit penyerta gizi buruk] memerlukan waktu yang agak lama, target kami ada penambahan berat badan setiap bulan, kondisi [anak gizi buruk] semakin membaik, nafsu makan membaik," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Lingkungan Hidup Minta Semua Pemda Tuntaskan Roadmap Penanganan Sampah
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Sabtu 23 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Sabtu 23 November 2024
- Puluhan Petani Tanaman Landscape di Sleman Dukung Harda-Danang di Pilkada 2024
- Jadwal Prameks Stasiun Tugu Jogja-Kutoarjo, Sabtu 23 November 2024
- Jadwal DAMRI ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, Pantai Baron Gunungkidul dan Parangtritis Bantul, Cek di Sini
Advertisement
Advertisement