Advertisement

Promo November

Masih Ada Balita Gizi Buruk di Bantul, Ini Penjelasan Dinkes

Stefani Yulindriani Ria S. R
Jum'at, 17 November 2023 - 19:17 WIB
Arief Junianto
Masih Ada Balita Gizi Buruk di Bantul, Ini Penjelasan Dinkes Bayi / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat jumlah bayi di bawah lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk cukup tinggi. Tingginya kasus gizi buruk tersebut disebabkan balita memiliki penyakit penyerta. 

Berdasarkan data yang diambil Dinkes Kabupaten Bantul pada Februari 2023, ada 58 anak yang mengalami gizi buruk di Kabupaten Bantul selama 2022.

Advertisement

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Bantul, Siti Marlina menyampaikan sebagian besar anak mengalami gizi buruk karena memiliki beberapa penyakit penyerta seperti pneumonia, diare, penyakit jantung bawaan, atau TBC. 

"Giri buruk karena kekurangan gizi saja tanpa penyakit penyerta itu jarang, biasanya sakit dulu. Anak-anak mengalami kondisi sakit sehingga harus rawat inap. Karena sakitnya itu, statusnya gizi buruk," ujarnya Jumat (16/11/2023). 

Baca Juga: Tekan Stunting di DIY, Sultan: Perbaiki Gizi Masyarakat!

Dia menuturkan selama ini deteksi awal anak yang mengalami gizi buruk dilakukan di posyandu atau fasilitas kesehatan setempat (fasyankes). Biasanya, menurut Marlina anak mengalami sakit tertentu, kemudian melakukan pemeriksaan ke faskes terdekat. Dari situ, bila berat badan anak tidak sesuai berat badan minimum pada usianya, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 

"Penangan gizi buruk begitu ditemukan di lapangan kita arahkan ke rumah sakit, begitu membaik dipulangkan, kemudian ada intervensi dari komunitas [posyandu dan fasyankes]," katanya. 

Baca Juga: Ratusan Ahli Gizi Berkumpul di Jogja Demi Bahas Stunting

Dia menuturkan Dinkes Kabupaten Bantul memberikan susu khusus bagi anak yang mengalami gizi buruk. Pemberian susu tersebut dibarengi dengan pemeriksaan setiap dua pekan sekali terhadap anak gizi buruk.

Dia menuturkan bagi anak yang mengalami gizi buruk tanpa penyakit penyerta, biasanya ketika telah dilakukan pemberian susu anak gizi buruk, dan pendampingan dari posyandu atau fasyankes, diperkirakan sekitar dua pekan hingga 1 bulan hingga anak dinyatakan tidak gizi buruk.  

Apabila dalam pemeriksaan tersebut anak dinyatakan sudah tidak mengalami gizi buruk, maka pemberian susu akan dihentikan. Tahun 2023 dialokasikan sekitar Rp.200 juta untuk pemberian susu bagi anak gizi buruk.

Baca Juga: Kesehatan Saluran Cerna untuk Pencegahan Stunting pada Balita

Setelah anak tidak mengalami gizi buruk, Dinkes Kabupaten Bantul melalui fasyankes dan posyandu akan memberikan pendampingan terhadap orang tua yang anaknya sudah tidak mengalami gizi buruk. Anak pun akan diberikan makanan dengan gizi seimbang melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).  

"Misal penyembuhan [penyakit penyerta gizi buruk] memerlukan waktu yang agak lama, target kami ada penambahan berat badan setiap bulan, kondisi [anak gizi buruk] semakin membaik, nafsu makan membaik," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri Lingkungan Hidup Minta Semua Pemda Tuntaskan Roadmap Penanganan Sampah

News
| Sabtu, 23 November 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement