Advertisement
Seyegan dan Pakem Jadi Kapanewon dengan Angka Stunting Tertinggi di Sleman

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat sebanyak 2.208 balita di Bumi Sembada menderita stunting pada 2023. Dari data tersebut, ada dua kapanewon yang masih memiliki persentase stunting tinggi, yakni Seyegan 7,1 persen dan Pakem 8,69 persen.
Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama mengatakan data tersebut didasarkan kepada hasil survei EPP EGM (elektronik pelaporan gizi berbasis masyarakat) yang dilakukan oleh Pemkab Sleman.
Advertisement
Di mana, berdasarkan survei tersebut, pada 2023 angka stunting di Sleman mencapai angka 4,5. Turun dibandingkan 2022 yang mencapai angka 6,88.
"Pada 2024, kami menargetkan angka stunting turun di angka 3," katanya, Senin (20/11/2023).
Menurut Cahya, penurunan angka stunting tidak lepas dari kerja keras sejumlah pihak. Selain itu ada anggaran fiskal yang diperuntukkan untuk penurunan stunting. Anggaran itu digunakan untuk pemberian makanan tambahan berupa protein yang terbukti mempercepat penurunan stunting di Bumi Sembada.
"Jika anak-anak ini diberikan protein, seperti telur dan ikan, maka mereka akan cepat teratasi. Begitu juga pemberian asupan protein untuk ibu hamil dan anak yang baru lahir akan mampu mengatasi stunting," jelas Cahya.
BACA JUGA:Â BKKBN DIY Sebut Perurunan Angka Stunting di Sleman Terbaik
Stunting di Seyegan dan Pakem Tinggi
Terkait dengan tingginya persentase stunting di Kapanewon Seyegan dan Pakem, Cahya mengakui hal itu terjadi. Mengenai sebab tingginya stunting di dua kapanewon tersebut, Cahya memastikan bukan hanya karena faktor kemiskinan.
"Akan tetapi, 90 persen karena pola asuh yang keliru. Mungkin selama ini anak ditangani oleh ART dan simbahnya, dan ini perlu diedukasi, utamanya dalam pemberian protein terhadap anak," ucap Cahya.
Terpisah, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo berharap angka stunting di Slem terus menurun. Oleh karena itu butuh kerja keras dari berbagai pihak seperti Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Dinas Pemberdayaan Perempuan. "Karena inj tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Butuh kolaborasi," ucap Kustini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Dituding Pernah Coba Hentikan Kasus Setnov soal E-KTP, Istana Keprisedenan Membantah!
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Hari Ini Sejumlah Wilayah di Jogja dan Kulonprogo Mati Lampu
- Prakiraan Cuaca, Seluruh Wilayah DIY Hujan Ringan dan Sedang di Malam Hari
- Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini, Jumat 24 November 2023
- Jadwal KRL Solo Jogja 24 November 2023, Keberangkatan dari Stasiun Palur
- Simak Jadwal KA Bandara YIA Reguler 24 November 2023
Advertisement
Advertisement