Advertisement

Optimalkan Fungsi IPAL Komunal, DLH Sleman: Jangan Sampai Limbah Usaha Masuk

Catur Dwi Janati
Minggu, 24 Maret 2024 - 18:47 WIB
Arief Junianto
Optimalkan Fungsi IPAL Komunal, DLH Sleman: Jangan Sampai Limbah Usaha Masuk Ilustrasi fasilitas IPAL. - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Untuk memaksimalkan fungsi IPAL komunal, kedisplinan jenis limbah yang masuk kudu dilakukan. Fungsi IPAL jadi kurang optimal lantaran masih adanya usaha yang ikut membuang limbahnya ke IPAL komunal. Padahal IPAL komunal dibangun dan diperuntukkan hanya untuk mengurai persoalan limbah rumah tangga.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Epiphana Kristiyani mengungkapkan pengujian sampel kandungan air sungai secara rutin dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun.

Advertisement

Setidaknya ada 60 titik air sungai yang diambil sampelnya selama tiga kali dalam setahun. Hasilnya ada sejumlah kandungan zat yang jumlahnya cukup tinggi pada puluhan sampel yang diuji. "Setahun itu tiga kali kita mengambil sampel, itu yang tinggi pertama total Coli, lalu yang kedua adalah fosfat, klorin. Bukan hanya E. coli tapi totalnya Coli, ini yang tinggi," jelas Epu, Minggu (24/3/2024).

Dari temuan ini, DLH diungkapkan Epi telah mengundang sejumlah OPD untuk membantu melakukan pembinaan. Data ini didukung hasil data inventarisasi dari Forum Komunitas Sungai Sleman. "Untuk menurunkan parameter-parameter itu harus melakukan pembinaan. Sudah saya sampaikan," ujarnya.

Tingginya total Coli, fosfat, klorin tak bisa dilepaskan dari persoalan limbah rumah tangga dan limbah usaha. Upaya pengolahan limbah domestik sejatinya telah dilakukan lewat IPAL komunal.

Hanya saja operasional IPAL kadang kurang optimal karena adanya limbah yang masuk melebihi kapasitas. Kapasitas berlebih ini terjadi lantaran IPAL yang seharusnya hanya menerima limbah rumah tangga, juga dimasuki limbah-limbah usaha. "Saya hanya bisa setiap saat mengingatkan daerah-daerah yang sekitarnya mempunyai IPAL komunal, agar secara disiplin yang dimasukkan ke dalam IPAL itu betul-betul limbah rumah tangga," tegasnya.

Bila bercampur dengan limbah yang lain selain limbah rumah tangga, fungsional IPAL dikawatirkan akan kurang optimal. Limbah diibaratkan hanya sekadar lewat lantaran tingginya debit limbah yang masuk. "Kalau campur yang lain, aduh lalu IPAL itu enggak ada fungsinya.  Karena hanya lewat terus, karena melampui kapasitas," ujarnya.

Padahal dalam pembangunannya, DLH sudah menghitung kapasitas IPAL dengan jumlah KK yang dapat dilayani. IPAL yang dibangun tegas Epi pastinya diproyeksikan untuk mengatasi limbah rumah tangga. Sehingga yang boleh masuk juga hanya limbah rumah tangga.

Namun, kegiatan di Sleman tak bisa dipisahkan dari aktivitas beragam usaha yang ada. Dalam hal ini tidak hanya limbah rumah tangga, namun limbah UMKM, limbah laundry dan sebagainya masih masuk ke dalam IPAL. Kondisi ini membuat IPAL over kapasitas dan tidak bisa berfungsi dengan baik. "Usaha laundry itu banyak sekali, selain limbah rumah tangga yang masih banyak dibuang langsung tanpa diolah," lanjutnya.

"Kami tidak bisa memfasilitasi [limbah usaha] dengan IPAL yang kami bangun. Karena IPAL itu hanya khusus untuk limbah rumah tangga. Kalau itu [limbah selain rumah tangga] dimasukkan ke situ [IPAL] dia akan melampaui kapasitas," ujarnya.

BACA JUGA: Masih Ada Rumah Tangga di Kota Jogja Gunakan IPAL Warisan Belanda

Dampaknya limbah tidak akan bisa tinggal selama 5-7 hari di dalam IPAL. Padahal durasi waktu tersebut dibutuhkan untuk membuat senyawa yang tadinya kompleks menjadi senyawa yang sudah tereduksi.

Itulah sebabnya, aktivitas-aktivitas usaha tertentu sejatinya memiliki pengelolaan limbahnya sendiri. Tidak membebani IPAL komunal yang ada. "Kalau dia pengusaha punya kegiatan, kan ada IPAL-nya khusus. Karena IPAL yang kita bangun jumlahnya banyak, 179. Tapi itu hanya untuk mengolah limbah rumah tangga, jadi akan beda. IPAL yang untuk mengolah limbah rumah tangga dengan IPAL yang mengolah misalnya industri tahu jelas beda. Oleh karena itu masyarakat Sleman harus tertib lah," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gunung Ibu Pulau Halmahera Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 3,5 Kilometer

News
| Minggu, 28 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement