Advertisement
Masih Ada Rumah Tangga di Kota Jogja Gunakan IPAL Warisan Belanda
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Jogja ada sebanyak 57 unit. Semuanya berada di pinggir sungai-sungai di Jogja di mana hasil olahannya dibuang ke sana.
Satu unit IPAL Komunal memiliki kapasitas pengguna maksimal 50 rumah tangga. Selain IPAL, limbah rumah tangga di Jogja juga dilayani dengan Saluran Air Limbah (SAL) yang semuanya terpusat di IPAL Pusat di Sewon, Bantul. Data UPT Pengelolaan Air Limbah (PAL) Jogja mencatat ada 18.000 rumah tangga pelanggan SAL.
Advertisement
BACA JUGA : Balai Pialam Ungkap Alasan IPAL Sewon Bukan
“Yang SAL ini terpusat ke IPAL Pusat Sewon, kalau IPAL Komunal hasil akhir olahan dibuang ke sungai dengan kondisi limbah yang jauh lebih baik,” kata Kepala UPT PAL Jogja Nugroho Indratmoko pada Rabu (3/5/2023).
Sedangkan data jumlah panjang SAL dan IPAL di Jogja belum tercatat seutuhnya. Ia kesulitan mendata karena banyak rumah tangga yang menggunakan IPAL berbeda, mulai dari warisan Belanda hingga dibangun secara mandiri oleh warga.
“Ada yang beberapa rumah tangga yang menggunakan warisan IPAL zaman Belanda, ada yang dibangun pemerintah, ada yang mandiri juga, ini perlu penelusuran menyeluruh," ujar Nugroho.
Nugroho menjelaskan di Jogja pengelolaan IPAL dibagi dalam tiga sektor. Masing-masing sektor ada tujuh petugasnya, mereka yang akan menangani jika ada kerusakan seperti tersumbat maupun bocor.
UPT PAL Jogja, kata dia, selalu melakukan perawatan rutin terhadap SAL. “Perawatan rutin dengan pengorokan dan pelumpuran, karena SAL ini proses sedimentasinya cepat jadi bikin macet juga kalau tidak dirawat,” terangnya.
BACA JUGA : IPAL Jogja Selalu Dirawat, Kepala UPT: Tapi Belum
Selain perawatan rutin, lanjut Nugroho, UPT PAL juga memantau 24 jam nonstop jika ada kerusakan SAL atau IPAL Komunal. “Keluahan pelanggan itu kami respons dengan cepat, karena dampaknya kan besar mengganggu warga. Jadi kalau tidak ditangani dengan cepat bisa berpengaruh ke retribusi, makanya kami siaga terus kalau ada kerusakan” ucapnya.
Nugroho menjelaskan masih ada daerah di Jogja yang belum terakses IPAL Komunal dan SAL. Terutama di daerah yang tinggi permukaan tanahnya di bawah rata-rata. “Ini karena susah, teknologi kami ini masih tradisional dengan gravitasi bukan pompa makanya kalau daerah rendah ini masih kami cari solusinya agar mendapat layanan IPAL juga,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Punya Inovasi 5 Klaster, Rejowinangun Masuk Lima Besar Kelurahan Terbaik Se-Kota Jogja
- AHY Menegaskan Tidak Akan Ada Lagi Asal Menggusur di IKN
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Jumat 26 April 2024
- Pegagan Berpotensi Memperbaiki Daya Ingat, Guru Besar UGM: Meningkatkan Dopamin
- Pj Walikota Jogja Singgih Raharjo Maju Pilkada, Begini Respons Pemda DIY
Advertisement
Advertisement