Advertisement
Tabon Hadirkan Karya Seni Partisipatif, Spiritualitas Islam hingga Isu Sosial

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Jogja Art Planet menggelar pameran bertajuk Tabon, di Jogja National Museum (JNM), 22 April hingga 5 Mei 2024. Pameran seni rupa kontemporer ini menghadirkan tiga seniman besar, yakni Samuel Indratma, Faisal Faisal Kamandobat dan Alit Ambara.
Tabon merupakan kata dari bahasa Sansekerta, yang bermakna rumah atau kebun warisan leluhur, sebagai tempat muasal, berpulang dan berkumpul. Tabon menjadi titik mula sebuah masyarakat yang tercipta melalui pohon kekerabatan yang terus meluas hingga terbentuk sebuah bangsa.
Advertisement
Dalam bidang seni, Tabon merupakan konsep untuk mengetahui posisi dan makna seni dalam kosmologi suatu masyarakat, sebagai wahana untuk merancang, merenungkan dan mempersembahkan berbagai perkembangan. Dengan Tabon kita bisa melihat lintasan perkembangan seni sebagai bagian dari perkembangan masyarakat dan pandangan hidupnya.
Pameran Tabon berlangsung di gedung utama JNM dengan menggunakan tiga lantai beserta beberapa ruang-ruang kecil di dalamnya. Lantai pertama diisi oleh karya-karya Samuel Indratma, lantai dua diisi karya-karya Faisal kamandobat dan lantai tiga diisi karya-karya Alit Ambara.
Salah satu seniman, Samuel Indratma, menjelaskan karyanya lebih banyak mengembangkan gagasan yang bisa diaplikasikan dengan berbagai medium. Maka ia lebih banyak melibatkan pihak lain lintas disiplin ilmu, dalam pembuatan karya-karyanya.
“Misalnya saya membuat animasi dengan teman-teman SMK Komputama Majenang, Cilacap. Karena mereka punya sekolah animasi, terus kolaborasi bagaimana membuat karya animasi yang saya bayangkan ada temuan baru. Lantas munculah animasi dengan latar belakang tradisi dari Kota Cilacap,” ujarnya, Selasa (23/4/2024).
Baca Juga
Hanya di Jogja Festival Budaya Wujud Kolaborasi Lestarikan Kebudayaan
Aksi Artsy, Mahasiswa Seni Murni Respon Fenomena Banjir Informasi
Kenalkan Taman Budaya Embung Giwangan kepada Masyarakat, Pemkot Jogja Gelar Even Seni Budaya
Pria berjenggot dan berambut gimbal ini tertarik untuk menghadirkan masyarakat sebagai subjek utama dalam kerja seninya. “Walaupun membuat karya yang personal juga saya buat, tetapi wataknya untuk bisa dikembangkan di kelak kemudian hari,” paparnya.
Dengan seni partisipatif tersebut, ia lebih banyak mengeksplorasi gagasan, eksplorasi teknis, eksplorasi karya dan sebagainya. “Ada fungsi seni sebagai bagian dari mengajak masyarakat untuk ikut terlibat membuat. Misalnya melalui karya mural, saya membayangkan bagaimana warga bikin mural juga. Bukan seniman membuat mural, warga jadi penonton,” kata dia.
Sementara karya-karya Faisal Kamandobat banyak mengeksplorasi mitologi dan spiritualitas Islam. Salah satu karyanya berjudul Kidung bagi Derita Manusia, yang menggambarkan hewan hibrida bertubuh kuda, berkepala manusia dan bersayap. Di depannya ada seorang laki-laki yang meniup terompet dan di bawahnya ada gambar tengkorak. Naskah berbahasa arab menyelimuti gambar-gambar tersebut.
“Karya ini bertutur tentang Biraq si mahluk spiritual yang berkilauan dan malaikat si mahluk spiritual yang terbuat dari Cahaya. Setiap saat mereka menyanyikan kidung suci pada Ilahi. Di saat yang sama mereka selalu mendengar ratapan manusia,” tulisnya dalam keterangan karya tersebut.
Adapun karya Alit Ambara lebih kental mengusung isu sosial dan politik secara eksplisit. Beberapa diantaranya mengangkat isu pembantaian di Palestina oleh Israel, isu lingkungan yang semakin rusak hingga dinamika politik nasional yang mengantarkan eks Tim Mawar, Prabowo Subianto, sebagai presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Anggaran Pendidikan Sampai Tunjangan Anggota DPR Picu Demo di Bundaran UGM
- Jadwal KRL Jogja Solo Berangkat dari Stasiun Tugu, 2 September 2025
- Panen Bawang Merah di Gunungkidul Tembus 1.430 Ton
- Jadwal KRL Jogja Solo Berangkat dari Stasiun Tugu
- Serangkaian Unjuk Rasa di Jogja, Wali Kota dan DPRD Ingatkan Kesantunan
Advertisement
Advertisement