Advertisement
Gunungkidul Kekurangan Dokter Hewan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul menyampaikan baru ada 12 dokter hewan yang berada di lapangan. Jumlah ini tergolong kurang. Paling tidak, perlu ada 18 dokter hewan. Dengan begitu, tiap dokter hewan dapat mengampu satu kapanewon.
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan jumlah dokter hewan yang ada saat ini baru ada 12 orang baik berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Adapun jumlah Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) ada 12 unit. Meski begitu dari jumlah tersebut, hanya enam berstatus Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Advertisement
BACA JUGA : Jelang Iduladha, Kesehatan Ternak untuk Hewan Kurban Terus Dipantau
“Dokter hewan saja yang perlu kami tambah. Kalau UPT, per unit bisa menghandle tiga kapanewon,” kata Wibawanti dihubungi, Minggu, (8/9/2024).
Wibawanti mengaku sebenarnya Gunungkidul memiliki 18 dokter hewan. Hanya tidak semua bertugas di lapangan. Dua dokter berada di UPT Laboratorium dan empat dokter di kantor dinas, masuk sebagai pejabat struktural.
Pengadaan dokter hewan terganjal pengadaan dalam formasi CASN. DPKH mengaku terus mengusulkan agar ada penambahan. Sembari menunggu pengadaan formasi tersebut, DPKH menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) dan dokter hewan swasta untuk ikut memeriksa ternak warga.
DPKH juga mendapat bantuan dari penyuluh pertanian yang berada di bawah Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul. Penyuluh ini juga mengampu kelompok ternak. Hanya, mereka tidak dapat mengobati. Sebaliknya, penyuluh hanya boleh mendampingi agar kelompok tetap eksis.
Adapun pengembangan kelompok ternak secara lebih teknis dilakukan oleh DPKH seperti pembuatan pakan ternak atau pembuatan bank pakan ternak.
“Seumpama di suatu wilayah ada kasus, nanti kami tangani secara keroyokan. Dokter di wilayah A kami perbantukan di wilayah B,” katanya.
Ketua Kelompok Ternak Margo Mulyo Banaran IV, Sabar mengatakan dia sering menggunakan jasa dokter hewan dari UPT Puskeswan Playen. Biasanya, Sabar meminta agar ada pengecekan kesehatan terhadap ternaknya.
Selain itu, dia meminta untuk memberi obat cacing dan suntik vitamin ke ternak sapi milik kelompok. Tarif obat cacing dan vitamin untuk per ekor sapi yaitu Rp5.000. Hal ini merupaka upaya pencegahan agar ternak milik kelompok tidak terkena penyakit.
BACA JUGA : FKH UGM Kirim Ratusan Mahasiswa Jadi Petugas Pemeriksa Hewan Kurban di DIY
Adapun Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Playen juga terus memberi pendampingan terhadap pengembangan ternak miliki kelompok tersebut. Salah satu pendampingan yang dilakukan berupa edukasi dalam membeli pakan.
Peternak perlu waspada dan jeli ketika membeli pakan ternak berupa rumput. Kata Sabar, rumput yang tampak hijau bisa mengandung pupuk kimia urea. “Bisa bahaya kalau rumput berkimia dari pupuk urea itu dimakan ternak,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Daftar Korban Ledakan Speedboat Tewaskan Cagub Maluku Utara Benny Laos
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling di Sleman Sabtu 12 Oktober 2024, Cek di Sini
- Cek Kondisi Cuaca Hari Ini di Jogja, Sabtu 12 Oktober 2024
- Cek! Jadwal DAMRI ke Pantai Baron Gunungkidul, Parangtritis Bantul, Candi Prambanan, Borobudur dan Bandara YIA
- Fraksi PKS DPRD DIY Berharap Perda Terkait Miras Ditegakkan
- Jadwal SIM Keliling di Gunungkidul Sabtu 12 Oktober 2024 di Alun-alun Wonosari
Advertisement
Advertisement