Fasilitas Publik di DIY Sudah Lengkap, Kesadaran Responsif Gender Perlu Dikampanyekan
Advertisement
JOGJA—Fasilitas publik di wilayah DIY sebagian besar telah dibangun dengan konsep responsif gender. Berbagai fasilitas disediaan sangat memperhatikan kelompok rentan seperti kebutuhan perempuan, anak, lansia dan penyandang disabilitas. Oleh karena itu masyarakat khususnya generasi muda harus terus meningkatkan kesadaran responsif gender.
Materi ini dibahas dalam talkshow bertajuk Ruang Publik Responsif Gender di Radio Star Jogja FM, Senin (1/10/2024). Talkshow ini digelar melalui kerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY.
Advertisement
Anggota DPRD DIY Umaruddin Masdar selaku narasumber mengatakan DIY sudah memiliki Perda No.4/2023 tentang pengarusutamaan gender, di mana pada beberapa pasal diatur terkait kebijakan seperti fasilitas publik responsif gender. Hal ini harus dilakukan karena keadilan dan kesetaraan gendera di era saat ini merupakan tuntutan zaman yang tidak bisa dielakkan.
Ia menilai saat ini di DIY fasilitas publik sudah banyak responsif gender sejalan dengan indeks pembangunan gender (IPG) terbaik nasional. Hal ini tidak lepas dari banyaknya perempuan maupun tokoh perempuan yang terlibat langsung dalam menentukan kebijakan.
"Kalau IPG-nya saja tergolong tinggi tentu dari fasilitas saya kira rata-rata sudah responsif gender, karena setiap kebijakan itu selalu melibatkan gender. Bisa kita lihat seperti mal, stasiun, gedung-gedung dinas itu sudah tersedia fasilitas laktasi," ucapnya.
Peneliti Kelompok Studi Gender & Pembangunan Advisory Board SDGs Forum-SDGs Seminar Series seksligsu Dosen Geografi UGM Surani Hasanati mengakui memang dari berbagai hal terkait responsif gender DIY termasuk terbaik dibandingkan daerah lain. Meski demikian hal itu harus terus ditingkatkan, mengingat tantangan semakin besar seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk perempuan.
Ada sejumlah alasan ruang publik harus responsif gender di antaranya mencegah kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan. Prinsipnya berbagai fasilitas publik tersebut harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi perempuan.
"Responsif gender ini bisa diartikan secara luas, kalau perempuan ya bagaimana berada di ruang publik selalu mendapatkan rasa aman, baik di transportasi seperti KRL dan lain. Tetapi dalam arti luas, responsif gender ini bisa nanti mengarah ke lansia, anak-anak hingga penyandang disabilitas," ujarnya.
Pemahaman responsif gender yaitu agar masyarakat bisa mendapatkan haknya seperti perempuan, anak, lansia dan penyandang disabilitas. Karena hampir sebagian besar aktivitas masyarakat baik kegiatan ekonomi, bisnis, ibadah, sosial berada di ruang publik, jika fasilitasnya tidak responsif gender maka akan menghambat sejumlah pencapaian.
Ia menilai kebijakan responsif gender tidak sepenuhnya dipengaruhi jenis kelamin laki atau perempuan dari pihak yang terlibat dalam proses penyusunan. Karena seorang pemimpin perempuan belum tentu kebijakannya selalu responsif gender, sebaliknya pemimpin laki-laki tak selalu anti terhadap gender. Selain itu maksud setara bukan secara fisik sama melainkan lebih pada kesesuaian dengan porsi kebutuhan.
"Misal fasiltas publik tempat menonton pertandingan, itu satu blok tangga kan sama semua, tetapi ketika menonton dan berdiri semua belum tentu yang perempuan selalu bisa melihat. Fasilitas itu setara tetapi belum sesuai porsi, kebutuhan, konsep setara belum final. Oleh karena itu butuh kesadaran bersama bagi orang di sekitar tentang responsif gender ini," katanya.
Umarudin Masdar sepakat bahwa responsif gender ini tidak semata-mata keterwakilan perempuan dan fasilitas fisik yang dibikin setara namun juga pentingnya kesadaran seluruh masyarakat. Ketika semua sudah memiliki kesadaran yang baik maka laki-laki sekalipun ketika menjadi pemimpin maka akan membuat kebijakan yang responsif gender.
"Maka paling penting kita harus terus menerus mengkampanyekan pentingnya membangun kesadaran untuk responsif gender, menurut kami menjadi kunci. Untuk semua generasi, termasuk kalangan orang tua juga harus menjadi sasaran kampanye responsif gender," katanya
Ketika fasilitas sudah lengkap, sehingga perlu ditekankan tidak hanya berhenti pada fasilitas semata. AKan tetapi penting untuk menggugah kesadaran terhadap responsif gender khususnya kalangan generasi muda. Mengingat era saat ini generasi muda tingkat acuhnya tinggi. "Memang menjadi tantangan tersendiri untuk menyadarkan generasi muda agar responsif gender," ujar Surani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Kamis 21 November 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Kamis 21 November 2024
- Diskriminasi Masih Marak, Jurnalis Perlu Mengadvokasi Kelompok Minoritas
- Jadwal Prameks Stasiun Tugu Jogja-Kutoarjo, Kamis 21 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY, Kamis 21 November 2024: Di Kantor Kelurahan Condongcatur
Advertisement
Advertisement