Advertisement

FEATURE: Pabrik di Kulonprogo Larang Karyawan Berjalan di Bawah 5 Km/Jam

Uli Febriarni
Kamis, 07 Juni 2018 - 12:25 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Pabrik di Kulonprogo Larang Karyawan Berjalan di Bawah 5 Km/Jam Pabrik Quick Truck di Kulonprogo. - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Sebuah perusahaan di Kulonprogo mengadopsi budaya Jepang dan menerapkan disiplin tinggi terhadap karyawannya.

Dari arah Wates, di jalan nasional yang melintasi jalur Jogja-Wates, sebuah sela kecil berada di tengah pembatas jalan. Celah itu bisa dilewati kendaraan roda dua hingga empat. Di seberang selatan, ada jalan aspal Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo. Terus ke selatan hingga dua kilometer, wilayah telah berganti empu menjadi Desa Tuksono. Di sini, di sebelah kiri jalan, pagar logam berjajar dengan sebuah gerbang di satu sisinya. Di dalam, Rabu (6/6) kemarin, dua sekuriti bersiaga, sigap menghampiri tiap tamu, bahkan sebelum saya sempat memarkirkan kendaraan. Di tempat ini, pabrik milik perusahaan CV. Karya Hidup Sentosa (KHS) berdiri. Traktor dan alat pertanian yang populer di Indonesia dengan merek Quick dibikin.

Advertisement

Sekitar pukul 11.45 WIB, sirene meraung nyaring. Puluhan laki-laki berbondong-bondong menuju ke gerbang menuju ke arah luar. Di depan pos satpam, mereka terhenti, menyerahkan sebuah lembaran kertas buram. Satu orang menyerahkan satu kertas yang wajib diberikan oleh seluruh orang yang masuk dan keluar dari lingkungan pabrik.

Tak semua dari orang-orang yang terlihat laiknya pegawai pabrik itu mengenakan seragam. Beberapa dari mereka bersepatu tertutup, mengenakan tanda pengenal di dada, berpakaian rapi dan sedap dipandang. Mereka semua selalu berjalan di jalur yang sama, sebuah jalur khusus yang sudah bercat hijau bergaris kuning. Itu adalah jalur keselamatan bagi pejalan kaki di pabrik seluas 35 hektare tersebut.

Di gedung foundry, pegawai laki-laki berseragam khas Quick merah abu-abu duduk tak jauh dari pintu masuk ruangan, saling berhadapan dan senyum yang sesekali merekah.

Ruang foundry adalah tempat beragam material seperti remelt, timah, slag remover castable, avfal dan material lain diolah. Di sini, bahan-bahan pembuat traktor dilelehkan, dicetak, dipadatkan, dan disempurnakan. Bahan-bahan baku pembuat produk diambil dari Surabaya, Bandung, Jakarta.

Di sisi paling pinggir dalam ruangan foundry, seorang pekerja menangani sebuah bejana logam tebal berisikan cairan panas. Cairan itu sempat memercikkan bunga api ketika dituang dari mesin peleleh ke dalam bejana yang memperlihatkan angka 1.500 derajat Celsius.

Menurut Daniel, Kasi Madya Maintenance CV. KHS Fabrikasi Tuksono, ada 141 orang yang bekerja di ruang foundry: terdiri dari 121 operator dan 20 staf. Dua tahun lalu, pekerja masih 129 orang. Di ruangan tersebut ada mesin-mesin yang dinamakan furnace, moulding, shell core, hingga sand plant. Dengan alat-alat itu, setidaknya merek Quick bisa menghasilkan begitu banyak produk per tahunnya. Misalnya saja 600 unit traktor roda empat, 110.000 unit traktor tangan, 4.000 mesin pemanen atau harvester 110, hingga 6.000 unit Quick Truck.

Meniru Jepang

Dibangun sejak 1953, perusahaan ini seakan meniru budaya kerja ala orang-orang Jepang. Karyawan dihadiahi bejibun penghargaan, seperti presensi terbaik hingga kaizen atau kemampuan berinovasi terbaik. Kedisiplinan, kemangkusan, dan kesangkilan kinerja begitu penting di pabrik ini. Bahkan kecepatan jalan seorang karyawan juga masuk dalam budaya kerja.

“Minimal kecepatan jalan karyawan lima kilometer per jam, kalau bisa cepat tentu baik, tapi kalau di bawah itu tentu mereka lama-lama risih sendiri dan berusaha lebih cepat. Ada mesin deteksi kecepatan jalan di sini, akan berbunyi bila kecepatan jalan mereka berada di bawah standar minimal,” kata Daniel.

Anton A.D, Asisten Kepala Unit CV. KHS Fabrikasi Tuksono, dengan senyum terkembangnya menuturkan, di pabrik tersebut kedisiplinan memegang peranan penting dalam memacu kinerja karyawan. Di pabrik yang didirikan oleh Kirdjo Hadi Suseno itu, berlaku kebijakan 5S, sebuah budaya kerja yang dirangkum dari bahasa Jepang: seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (bersih), seiketsu (rawat), shitsuke (rajin/disiplin). Semua itu bisa muncul lewat sebuah proses, tidak secara instan.

Anton menyebut di pabrik itu ada edukasi setiap pagi sebelum mereka memulai kerja. Beberapa orang “ditarik” karena memiliki poin kurang dari indikator kinerja yang ditentukan. Perusahaan tidak akan langsung memberikan hukuman kepada karyawan-karyawan tadi, tetapi mengedukasi mereka selama sekitar tiga hingga empat bulan. Ketika tidak berubah, mereka akan mendapatkan peringatan. Bila sudah menerima peringatan sampai kali ketiga, mereka harus keluar.

“Yang tidak boleh dilakukan adalah melecehkan perempuan, baik verbal maupun fisik. Kalau sampai melecehkan perempuan, langsung keluar. Kami belum lama ini mengeluarkan sekitar lima orang karena melakukan pelanggaran tersebut,” ucap Anton dengan raut wajah yang menunjukkan mimik serius.

Ketegasan itu penting agar karyawan memahami pentingnya menghargai satu sama lain dalam berinteraksi di tempat kerja. Perusahaan juga selalu mengapresiasi pegawai perempuan yang berani melapor bila menerima pelecehan.

Bukan melulu soal disiplin dan tenggat waktu bekerja, Quick juga memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk bersenang-senang bersama dalam momen tertentu. Mereka menimmati parade musik karyawan, buka puasa bersama hingga pergelaran wayang.

Anton menyebut, dari total 850 orang pegawai pabrik di Tuksono, 90% merupakan warga Kulonprogo, dari angka tadi sekitar 40% berasal dari warga sekitar pabrik. Mereka yang menjadi tulang punggung produksi Quick, selain mesin-mesin yang terlihat gagah dan rancak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dugaan Korupsi Bansos Presiden untuk Covid-19 Tahun 2020, KPK Usut Harga Barang yang Dipasok

News
| Selasa, 22 Juli 2025, 12:47 WIB

Advertisement

alt

Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan Hadirkan Nuansa Magis Bulan Purnama dan Budaya Jawa nan Sakral

Wisata
| Senin, 21 Juli 2025, 17:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement