Advertisement

Pengemudi Becak di Malioboro Jogja Kini Tak Lagi Lelah dan Pegal

Ariq Fajar Hidayat
Selasa, 22 Juli 2025 - 10:17 WIB
Sunartono
Pengemudi Becak di Malioboro Jogja Kini Tak Lagi Lelah dan Pegal Pengemudi becak listrik, Taufik, saat ditemui di kawasan wisata Malioboro, beberapa waktu lalu. - Harian Jogja - Ariq Fajar Hidayat

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Di tengah gegap gempita Malioboro Jogja yang tak pernah benar-benar sepi, sebuah becak dengan corak warna elegan putih dan hijau meluncur pelan, hampir tanpa suara. Tidak ada dengusan napas lelah dari pengemudinya, tidak ada pula suara mesin keras dan asap knalpot seperti pada becak motor.

Becak itu bertenaga listrik, dan di balik kemudinya duduk Taufik, 57, seorang pengayuh becak yang telah menjalani profesi ini sejak tahun 2005. Ia menjadi salah satu pengemudi becak listrik yang mengikuti kampanye penggunaan becak listrik bersama jajaran Pemda DIY dan Pemkot Jogja di Malioboro, Jumat (18/7/2025) lalu.

Advertisement

Ada perbedaan mencolok sejak paguyuban becak kayuhnya mendapatkan becak listrik di akhir tahun lalu. Sebelumnya, setiap malam ia pulang dengan kaki lelah dan badan pegal ketika masih menggunakan becak kayuh. Tapi kini, tubuhnya lebih segar meski tetap menarik becak seharian.

"Rasanya enak, irit tenaga karena ada tenaga listrik. Dulu lama pakai becak kayuh, setiap malam kaki sering pegal-pegal,” kata Taufik.

BACA JUGA: Pemadaman Listrik Hari Ini Selasa 22 Juli 2025: Dari Bantul, Sleman, Wates hingga Wonosari

Becak listrik ini lebih fleksibel, oleh karena telapa kakinya tetap bisa mengayuh becak selain memanfaatkan tenaga listrik. Hal ini membuatnya tidak khawatir ketika kehabisan baterai di tengah jalan.

“Sekarang enak, becak listrik ini kan tetap bisa diontel [dikayuh], kalau capek bisa pakai listrik. Kalau baterai habis masih bisa diontel, terus nanti di-charge lagi. Enaknya lagi, ini juga jalan maju sama mundur,” kata Taufik.

Becak listrik milik Taufik bisa menempuh jarak hingga 40 kilometer dalam sekali isi daya penuh. Untuk mengisi daya, cukup menyesuaikan kondisi baterai. Bila benar-benar habis, butuh semalaman untuk terisi penuh. Namun jika hanya berkurang dua strip, cukup tiga hingga empat jam pengisian daya saja.

Meski begitu, peralihan ke becak listrik bukan tanpa tantangan. Beberapa wisatawan masih kurang familiar, bahkan ada yang mengira becak listrik hanyalah bentuk baru dari becak motor (betor). Sosialisasi dan promosi pun menjadi PR besar agar kendaraan ini bisa benar-benar diterima wisatawan dan masyarakat setempat.

Bahkan ada penumpang yang semula ragu naik becak listrik. Tapi setelah mencoba, banyak yang justru penasaran dan tertarik. "Banyak yang bilang nyaman, banyak juga yang bilang baru pertama kali naik. Ada juga yang foto-foto dulu sebelum naik," katanya.

Bagi Taufik, harapannya sangat sederhana, agar jumlah becak listrik ini bisa terus ditambah jumlahnya dan diperluas jangkauannya. "Jangan cuma di kota. Di Sleman, Bantul juga semoga ada, biar semakin dikenal,” ujar Taufik.

Pengemudi lain yang juga tergabung dalam Koperasi Jasa Becak Kayuh, Ahmad Sarjono yang juga punya cerita serupa. Di koperasinya memiliki 35 unit becak listrik setelah sebelumnya mengandalkan becak kayuh.

Becak listrik yang kini digunakan anggotanya tetap beroperasi di kawasan wisata seperti Kraton dan Tamansari. Meski pun sebagian penumpang masih lebih memilih bentor karena dianggap lebih cepat, Ahmad menekankan bahwa becak listrik punya keunggulan tersendiri, yaitu legalitas dan keamanan.

BACA JUGA: Kejagung Ungkap Alasan Mantan Dirkeu Sritex Allan Moran Severino Jadi Tersangka, Pencairan Kredit untuk Bayar Utang

"Kalau ini resmi dari pemerintah. Ada izinnya, STNK-nya khusus namanya SIO KTB. Jadi kalau terjadi sesuatu, kita terdata dan penumpang juga aman," ujarnya.

Meski penghasilan harian tidak selalu pasti, becak listrik memberi nilai tambah dari segi efisiensi tenaga. Selain Taufik dan Sarjono, juga terdapat puluhan pengemudi becak yang menerima unit becak listrik dari Dinas Perhubungan (Dishub) DIY. Program ini didorong oleh semangat untuk mewujudkan kawasan rendah emisi, khususnya di jantung wisata Jogja, Malioboro.

Sebanyak 90 unit becak listrik telah diserahkan ke koperasi becak sejak 2023 hingga 2024. "Semua unit wajib beroperasi di Malioboro, tapi teknis pembagian jadwalnya diserahkan ke koperasi masing-masing," kata Kepala Dinas Perhubungan DIY, Cherestina Erni Widyastuti.

Selain becak listrik, moda transportasi lain seperti andong dan becak kayuh tetap didorong untuk eksis sebagai simbol khas Jogja yang ramah lingkungan.

Bagi pengemudi seperti Taufik dan Ahmad, teknologi becak listrik adalah tentang menyeimbangkan tradisi dan inovasi. Bukan menggantikan romantisme becak Jogja, tetapi justru memperpanjang nafasnya di tengah tekanan zaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sistem IT Rusak, 150 Penerbangan Alaska Airlines Dibatalkan

News
| Selasa, 22 Juli 2025, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan Hadirkan Nuansa Magis Bulan Purnama dan Budaya Jawa nan Sakral

Wisata
| Senin, 21 Juli 2025, 17:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement