Advertisement
Ramah Lingkungan, Batik Sleman Semakin Banyak Menggunakan Pewarna Alam

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Pembatik Sleman mulai banyak yang mengembangkan proses pewarnaan alam. Hal ini membuat produk batik menjadi ramah lingkungan.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan Pemerintah Kabupaten Sleman memang terus berinovasi dalam mengembangkan batik Sleman dengan mendorong pengembangan batik warna alam. Pengembangan warna alam bersumber dari daun-daunan, akar, dan kulit pohon yang dapat di wilayah Sleman.
Advertisement
"Penggunaan warna alam ini merupakan hasil kerjasama riset beberapa perguruan tinggi," kata Sri Purnomo dalam pembukaan Gebyar Batik Sleman di Pawon Semar Hotel Alana Ngaglik, Sleman, Jumat (24/8/2018) sore.
Sri Purnomo mengatakan bahwa pemerintah daerah berkomitmen mengembangkan batik. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Bupati No. 35/2015 tentang Tata Kelola Batik Sleman sehingga batik Sleman sudah berpayung hukum kaitannya dengan orisinalitasnya.
Sampai saat ini, Sleman memiliki 35 kelompok batik aktif. Selain itu ada tujuh industri batik yang mandiri dan ada pula kelompok batik dari keluarga miskin. Ia berharap Gebyar Batik Sleman semakin semarak dan membawa kesejahteraan untuk pembatik.
Selain di Sleman, Gebyar Batik dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di DIY. Kegiatan dua tahunan ini guna menyambut pelaksanaan Jogja Internasional Batik Biennale (JIBB) pada 2-6 Oktober 2018 mendatang. Khusus Gebyar Batik Sleman akan berlangsung mulai Jumat-Minggu (24-26/8/2018).
Sementara itu Ketua Dekranasda DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mengatakan bahwa DIY sudah ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia (World Batik City) oleh Unesco. Penetapan itu bukan karena bisnis batik yang menjamur di wilayah ini tetapi nilai historis yang terkandung dalam setiap motif batik yang ditampilkan.
"Jogja dikenal sebagai kota yang masih mempertahankan batik-batik tradisi. Selain itu Jogja juga punya Balai Batik [Balai Besar Kerajinan dan Batik]. Kegiatan membatik juga sudah ada di lingkungan pendidikan. Sehingga dari itulah bukan Pekalongan, Cirebon, atau Madura [yang menjadi kota batik dunia] tetapi Jogja," kata GKR Hemas.
Pihaknya juga menceritakan bahwa saat berkunjung ke kota batik lain di Indonesia seperti Rembang, Madura, dan Pekalongan, beberapa pengrajin batik di wilayah itu mengakui bahwa Jogja memang menjadi induk dari batik karya mereka. Ia berharap, gelar yang disandang ini terus dipertahankan agar tidak berpindah ke negara lain. "Kita harus menampilkan bahwa Jogja punya histori dan kreativitas tinggi," tegas GKR Hemas.
Dalam kesempatan pembukaan Gebyar Batik Sleman 2018 tersebut hadir pula Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman Tri Endah Yitnani, Kepala Disperidag DIY Trisaktiyana, para camat di Kabupaten Sleman, para perajin batik, dan fashion desainer.
Selain pameran batik dan bazaar, acara ini juga diisi dengan workshop Ayo Membatik, talk show interaktif seputar batik, fashion show baik dari dari finalis lomba desain busana Sleman, fashion show IKM batik Sleman, maupun fashion show perancang busana batik Sleman dan DIY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Leonardo DiCaprio Disebut Cocok untuk Squid Game Versi Amerika Serikat
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Pedagang Eks TKP ABA Keluhkan Pengunjung Sepi, Wali Kota Jogja Bakal Gelar Sejumlah Event
- Dua Mahasiswa KKN UGM Meninggal Dunia, Sejumlah Masjid di UGM Gelar Salat Gaib Doakan Mendiang
- BPBD Sleman Alokasikan 100.000 Liter Air untuk Dropping
- Mahasiswa Meninggal karena Kecelakaan Laut, UGM Kirim Psikolog ke Lokasi KKN di Maluku Tenggara
- Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Resmi Dibuka: Begini Cara Gratis Keluar dan Masuk di Gerbang Tol dan Exit Toll Prambanan
Advertisement
Advertisement