Advertisement
DBD Masih Merebak di DIY, Siklus Tahunan Tak Bisa Lagi Jadi Pegangan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Siklus tahunan tidak bisa lagi dijadikan tolak ukur untuk penanganan kasus demam berdarah dengue (DBD) di DIY. Pasalnya faktor eksternal seperti perubahan cuaca turut memengaruhi kejadian DBD.
"Kalau dilihat di beberapa wilayah di DIY seperti di Kota Jogja dan Kabupaten Gunungkidul, belum waktunya [muncul kejadian DBD] tapi ternyata sudah terjadi kasus DBD yang cukup tinggi," kata Ketua Peneliti World Mosquito Program (WMP), Profesor Adi Utarini kepada Harianjogja.com, Rabu (25/12/2019).
Advertisement
Menurut dokter yang jago bermain musik itu, siklus DBD dalam waktu tiga, empat atau lima tahun tidak bisa dijadikan pegangan dalam penanggulangan penyakit tersebut. Upaya yang dapat dilakukan guna mencegah kasus DBD yaitu pengawasan secara terus menerus. Terutama saat musim hujan.
Pemantauan tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di kabupaten dan kota di DIY, tetapi membutuhkan keterlibatan masyarakat untuk memantau kondisi lingkungan mereka. Tidak hanya itu, kewaspadaan dini juga perlu digalakkan untuk mengawasai jentik-jentik nyamuk.
Hal yang dapat dilakukan masyarakat ialah apabila dalam suatu wilayah sudah ada kasus DBD bisa dijadikan peringatan jika nyamuk Aedes Aegepty ada di sana. "Seharusnya itu sudah cukup untuk dijadikan pengingat [kejadian DBD di suatu wilayah]," katanya.
Persoalan dalam penanggulangan DBD dikatakannya karena telur nyamuk tidak mudah mati. Pada musim kering, telur-telur tersebut mampu bertahan hidup selama enam sampai sembilan bulan.
Ia menyebut pada 2015 dan 2016 lalu merupakan puncak terjadinya DBD di beberapa wilayah di Indonesia.
Adapun mengenai efektivitas kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), tindakan tersebut menurutnya bisa menjadi cara efektif memberantas nyamuk Aedes Aegepty. Meski demikian, PSN perlu dilakukan secara meluas agar RT atau RW kelurahan lainnya mau ikut aktif melakukan PSN.
Namun PSN saja tidak cukup. Penelitian nyamuk Wolbachia menurutnya menjadi salah satu upaya agar agar angka DBD bisa berkurang. "Yang saya sayangkan itu masih ada yang enggan menjaga kebersihan lingkungan karena menganggap sudah ada nyamuk Wolbachia," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR RI Desak Mendagri Tito Hentikan Efisiensi Dana Transfer ke Daerah
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Peserta KB Laki-laki di Sleman Naik Jadi 27 Persen
- DPRD DIY: Program MBG Harus Jadi Peluang Kelompok Tani Lokal
- Keluarga Arya Daru Pangayunan Ajukan Perlindungan ke LPSK
- Pasien Stroke di Sleman Capai Lebih dari 5.000 Orang
- Top Ten News Harianjogja.com, Senin 15 September 2025, Ribuan Pesilat Bertemu di Jogja, Hasil Man City vs Man United, Mafia Tanah Kas Desa
Advertisement
Advertisement