Advertisement

DBD Masih Merebak di DIY, Siklus Tahunan Tak Bisa Lagi Jadi Pegangan

Rahmat Jiwandono
Rabu, 25 Desember 2019 - 22:57 WIB
Bhekti Suryani
DBD Masih Merebak di DIY, Siklus Tahunan Tak Bisa Lagi Jadi Pegangan Ilustrasi nyamuk DBD - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJASiklus tahunan tidak bisa lagi dijadikan tolak ukur untuk penanganan kasus demam berdarah dengue (DBD) di DIY. Pasalnya faktor eksternal seperti perubahan cuaca turut memengaruhi kejadian DBD.

"Kalau dilihat di beberapa wilayah di DIY seperti di Kota Jogja dan Kabupaten Gunungkidul, belum waktunya [muncul kejadian DBD] tapi ternyata sudah terjadi kasus DBD yang cukup tinggi," kata Ketua Peneliti World Mosquito Program (WMP), Profesor Adi Utarini kepada Harianjogja.com, Rabu (25/12/2019).

Advertisement

Menurut dokter yang jago bermain musik itu, siklus DBD dalam waktu tiga, empat atau lima tahun tidak bisa dijadikan pegangan dalam penanggulangan penyakit tersebut. Upaya yang dapat dilakukan guna mencegah kasus DBD yaitu pengawasan secara terus menerus. Terutama saat musim hujan.

Pemantauan tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di kabupaten dan kota di DIY, tetapi membutuhkan keterlibatan masyarakat untuk memantau kondisi lingkungan mereka. Tidak hanya itu, kewaspadaan dini juga perlu digalakkan untuk mengawasai jentik-jentik nyamuk.

Hal yang dapat dilakukan masyarakat ialah apabila dalam suatu wilayah sudah ada kasus DBD bisa dijadikan peringatan jika nyamuk Aedes Aegepty ada di sana. "Seharusnya itu sudah cukup untuk dijadikan pengingat [kejadian DBD di suatu wilayah]," katanya.

Persoalan dalam penanggulangan DBD dikatakannya karena telur nyamuk tidak mudah mati. Pada musim kering, telur-telur tersebut mampu bertahan hidup selama enam sampai sembilan bulan.

Ia menyebut pada 2015 dan 2016 lalu merupakan puncak terjadinya DBD di beberapa wilayah di Indonesia.

Adapun mengenai efektivitas kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), tindakan tersebut menurutnya bisa menjadi cara efektif memberantas nyamuk Aedes Aegepty. Meski demikian, PSN perlu dilakukan secara meluas agar RT atau RW kelurahan lainnya mau ikut aktif melakukan PSN.

Namun PSN saja tidak cukup. Penelitian nyamuk Wolbachia menurutnya menjadi salah satu upaya agar agar angka DBD bisa berkurang. "Yang saya sayangkan itu masih ada yang enggan menjaga kebersihan lingkungan karena menganggap sudah ada nyamuk Wolbachia," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement