Sumber Air Bersih di Gunungkidul Tak Cukup Penuhi Kebutuhan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Keterbatasan sumber air di Kapanewon Girisubo, Gunungkidul, membuat pengusaha tangki mengambil air dari luar Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah guna memenuhi pemesanan dari masyarakat.
Salah seorang pengusaha tangki air, Kitut Sakiran, mengatakan pada saat ini kebutuhan air bersih di masyarakat semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari pesanan yang mengalami lonjakan dibandingkan pada saat awal-awal kemarau di akhir Mei lalu.
Advertisement
Ia pun mengaku senang dengan meningkatnya permintaan. Namun, permasalahan baru muncul karena keterbatasan sumber, membuat pengiriman menjadi tersendat.
Di Kapanewon Girisubo terdapat sejumlah sumber air seperti di Sadeng, Puring dan Pulejajar. Namun demikian, sudah ada pembagian pemanfaatan sumber Puring dan Pulejajar digunakan memenuhi permintaan di wilayah barat, sedangkan Sadeng dimanfaatkan untuk wilayah timur dan sekitarnya.
Menurut Kitut, sumber Sadeng tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Selain antrean yang bisa mencapai belasan tangki, debit air sering bermasalah sehingga saat mengambil harus mengantre lama.
Sumber Sadeng merupakan sungai bawah tanah sehingga debitnya sangat tergantung dengan air laut. Pada saat pasang, debitnya banyak, namun pada saat surut sumbernya juga ikut surut karena air mengalir ke laut.
“Ya kalau surut, airnya sering telat sehingga pengisian ke tangki harus menunggu lama,” katanya, Rabu (11/8).
Guna menyiasati masalah ini, banyak pengusaha yang mengambil air dari wilayah Pracimantoro, Wonogiri. Kitut tidak menampik, konsekuensi pengambilan ini jarak yang ditempuh lebih lama (dibandingkan mengambil air dari Sadeng) karena perjalanannya harus ditempuh sejauh 25 kilometer.
“Memang jaraknya jauh, tapi tidak antre karena mengisinya hanya butuh waktu sekitar lima menit,” ujarnya.
Tangki air 6.000 liter dijual di kisaran harga Rp120.000 hingga Rp200.000. Adapun harga sangat tergantung dengan jarak medan yang harus dilalui. Namun demikian, lanjut dia, untuk pengambilan dari wilayah Praci dikenakan tambahan biaya sebesar Rp20.000 per tangkinya.
“Warga mau menerima karena sangat membutuhkan dan tidak mau mengantre lama,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan, hasil dari pendataan, ada 16 kapanewon yang berpotensi terdampak kekeringan. Meski demikian, hingga sekarang baru sepuluh kapanewon yang secara resmi mengajukan bantuan air bersih. Kapanewon ini meliputi Tepus, Rongkop, Girisubo, Patuk, Paliyan, Tanjungsari, Panggang, Semin, Wonosari dan Saptosari.
“Total hingga sekarang sudah ada 99.559 warga yang terkena dampak dari musim kemarau. Adapun bantuan yang diberikan sudah lebih dari 847 tangki,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hoaks di Masa Tenang Pilkada Jadi Sorotan Bawaslu, Ini 5 Provinsi Paling Rawan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Angka Konsumsi Ikan oleh Masyarakat Bantul Masih Rendah
- Ini Upaya Kampus Muhammadiyah Mengantisipasi Judol di Kalangan Mahasiswa
- Pilkada 2024, Kampanye Akbar di Sleman Hanya Dilakukan Dua Kali
- Bangun SDM Unggul, Paslon 2 Hasto Wawan Siap Kerja Keras Bangun Sistem Pendidikan Pro Rakyat
- Ketua DPP PDIP Esti Wijayati Sebut Rekam Jejak Hasto-Wawan Baik, Yakin Menangkan Pilkada
Advertisement
Advertisement