Advertisement
Pesan GKR Bendara untuk Generasi Z: Jangan Gunakan Batik Parang di Lantai

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Masyarakat perlu memberikan apresiasi terhadap batik sebagai master piece art dan jangan dipandang hanya sebuah tekstil atau motif saja.
Penghageng KHP Nitya Budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat GKR Bendara mendukung pariwisata Jogja dari mass tourism (pariwisata massal) menuju quality tourism (pariwisata mengedepankan kualitas) dan responsible tourism. Generasi Z memiliki peran penting dalam mendorong konsep ini ke depannya.
Advertisement
GKR Bendara mendorong pariwisata Jogja untuk diarahkan pada konsep quality tourism, green tourism, responsible tourism dan sustanaibale tourism. Konsep ini bisa diterapkan tidak harus dengan biaya mahal, namun modal utamanya adalah kesadaran semua pihak. Baik dari sisi pengelola maupun edukasi terhadap wisatawan.
“Misalnya wisatawan datang tanpa membawa sampah yang luar biasa, jadi lebih pada quality tourism, lebih pada green tourism, responsible, sustainable tourism, ini sedang kami dorong,” katanya dalam diskusi pada Senin (11/4/2022).
Sebagaimana diketahui quality tourism merupakan wisata dengan mengedepankan kualitas dari kuantitas. Kemudian sustainable tourism lebih pada pengembangan untuk jangka panjang dan responsible tourism merupakan konsep pariwisata bertanggungjawab menjaga eksisten budaya lokal tanpa mengurangi unsur eksotisme.
Baca juga: Mengenal Beragam Motif Batik di Hari Batik Nasional, 2 Oktober
Bendara menilai generasi Z atau yang lahir antara 1996 hingga 2021 memiliki peran penting dalam mengembangan konsep pariwisata ini ke depannya. “Untuk generasi Z milenial ini yang penting, karena dia lahir di teknologi, bagaimana melakukan tetapi sebisa mungkin cerminkan budaya kita untuk mendorong pariwisata Jogja lebih responsible tourism,” ujarnya.
Salah satu contohnya terkait kearifan lokal batik yang harus dipahami cara penggunaannya oleh generasi Z. Batik jangan dianggap hanya sebagai motif tekstil. “Jangan pernah menggunakan batik parang atau kawung di lantai atau di sepatu. Apresiasilah batik sebagai master piece art jangan sebagai semacam tekstil atau motif saja, tetapi batik adalah master piece art,” ucapnya.
Inovasi dan kreativitas memang harus dilakukan namun untuk masuk pada ranah budaya tetap harus dijaga agar tidak berlebihan. Cara memahami nilai budaya inilah yang akan membuat wisata maupun budaya Jogja semakin baik di mata internasional.
“Berkreasilah tetapi tetap dalam ranah budaya harus dijaga, jangan sampai kreativitas kebablasan, misalnya ada gambar Gurda tetapi dibikin kebalik, begitu ditegur bilangnya kreativitas. Boleh berkreasi jangan memperlakukan batik seperti motif yang lain karena generasi Z adalah masa depan kita, sebisa mungkin membawa nama baik Jogja dorong budaya kita bisa sampai ke luar negeri,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kunjungan Presiden Emmanuel Macron, Indonesia-Prancis Sepakati Kerja Sama Senilai Rp179 Triliun
Advertisement

Berikut Rangkaian Peringatan Iduladha 2025 Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dari Numplak Wajik hingga Hajad Dalem Garebeg Besar
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Api Prameks Relasi Jogja-Kutoarjo Hari Ini Rabu 28 Mei 2025
- Jadwal SIM Keliling Polda DIY Hari Ini Rabu 28 Mei 2025
- Bacaan Niat Puasa Dzulhijjah dan Waktu Puasa Dzulhijjah 2025
- Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Hari Ini Rabu 28 Mei 2025 di Kota Jogja
- KPK Periksa 3 Saksi Usut Suap TKA di Lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan
Advertisement