Advertisement
Bencana DIY 2022 Telan 66 Korban Jiwa, Ini Taktik Pencegahannya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kelurahan Tangguh Bencana (KTB) dan Taruna Tangguh Bencana (Tagana) jadi dua program unggulan memitigasi bencana di DIY. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menunjukan fluktuatifnya korban bencana selama tiga tahun terakhir sehingga mitigasi pada masyarakat akan diperkuat.
Data BPBD DIY 2020 menunjukan total korban akibat bencana sebanyak 3.473 jiwa terdampak dengan 70 orang meninggal dunia, korban mengungsi 316 orang, korban luka 70 orang dengan rincian luka ringan 60, sedang 4 orang dan berat 6 orang. Sedangkan data BPBD DIY 2021 menyebut 1.950 jiwa terdampak dengan korban meninggal dunia sebanyak 9 orang, lalu 33 jiwa mengalami luka, dan 118 orang harus mengungsi.
Advertisement
BACA JUGA : DIY Rawan Bencana Alam, Safety Briefing Penting Diberikan
Sempat menurun pada 2021, namun kembali meningkat pada 2022 di mana total ada 6.624 jiwa terdampa bencana, 64 orang luka-luka, 66 jiwa meninggal dunia, dan 699 orang mengungsi. Kepala BPBD DIY Biwara Yuswantana menyebut mitigasi terutama pada tataran komunitas masyarakat akan diperkuat agar korban bencana dapat diminimalisasi.
Dari sisi jumlah peristiwa pada 2022 memang terparah sejak lima tahun terakhir. Pada 2018 tercatat 782 kejadian, 2019 sebanyak 1.355 kejadian, 2020 ada 1.058, kemudian 2021 menurun di angka 958 kejadian dan di 2022 meningkat dua kali lipat di angka 1.817 kejadian.
“Selama ini yang jadi garda terdepan itu Tagana, mereka ini selalu tahu potensi bencana di wilayahnya dan kalau ada bencana selalu terdepan mengevakuasi,” kata Biwara, Rabu (8/2/2023).
Karakteristik kebencanaan di wilayah DIY, lanjut Biwara, cukup beragam sehingga perlu penanganan yang spesifik oleha masyarakat sendiri melalui KTB dan Tagana jadi program unggulan BPBD DIY. Biwara mencontohkan dalam satu kelurahan potensi bencananya bisa beragam tiap pedukuhannya.
“Misalnya di wilayah Patuk, Gunungkidul itu ada potensi longsor di satu padukuhan sekaligus bencana angin di padukuhan lain ini perlu penanganan yang spesifik, untuk memetakan potensinya juga. Tagana ini kan masyarakat lokal sendiri juga mereka yang lebih tahu,” ujarnya.
BACA JUGA : Bencana di DIY Terus Meningkat 3 Tahun terakhir
Koordinasi antara Tagana dan TKB dengan BPBD, sambung Biwara, juga intens untuk mengenali potensi bencana. “Kalau ada prakiraan cuaca BMKG itu kami langsung teruskan ke Tagana, misalnya ada potensi angin puting beliung itu nanti agar mereka bersiaga memitigasinya,” terangnya.
Pelatihan dan penguatan kapasitas Tagana, menurut Biwara, jadi kunci utama mitigasi bencana. “Selain itu, dalam mitigasi struktural kami juga bekerja dengan berbagai OPD. Tahun ini Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) yang sudah kami susun akan jadi Peraturan Gubernur juga,” katanya.
RPBD 2022-2027 itu berisi panduan utama mitigasi bencana sebagai acuan berbagai OPD. “Kalau pembangunan RPJMD, kalau pembangunan kebencanaan itu RPBD isinya termasuk pembangunan talud untuk antisipasi longsor, embung untuk antisipasi banjir, dan semacamnya,” jelas Biwara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hasto dan PDIP Masih Tarik Ulur untuk Memenuhi Pemeriksaan KPK sebagai Tersangka Kasus Suap
Advertisement
Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 6 Januari 2025: Jalur Sleman-Gunungkidul Tersambung 2027
- Curah Hujan Masih Tinggi, Status Tanggap Darurat Bencana di Kulonprogo Diperpanjang
- Bantul Perpanjangan Status Siaga Banjir dan Longsor hingga Februari 2025
- Selama Libur Natal dan Tahun Baru, KAI Daop 6 Jogja Angkut 448.586 Penumpang
- Program MBG Belum Dijalankan Lanud Adisutjipto Hari Ini, Ini Alasannya
Advertisement
Advertisement