Advertisement
Kasus DBD di Kota Jogja Menurun, Ini Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Jogja selama enam bulan terakhir mengalami penurunan dibandingkan pada kasus di bulan yang sama pada 2022 silam. Selain itu menurun, selama enam bulan terakhir juga dilaporkan nihil kematian.
Dinas Kesehatan Kota Jogja memperkirakan penurunan ini disebabkan karena program nyamuk ber-wolbachia yang sudah menyebar di seluruh Kota Jogja serta kesadaran masyarakat mulai meningkat seiring digulirkannya program jumantik di setiap rumah.
Advertisement
“Sampai dengan bulan Juni 2023 ini kasus DBD di Kota Jogja berada di angka 38 kasus, dan nihil kematian. Kami berharap ini bisa terus terkendali hingga akhir tahun,” katanya, Selasa (4/7/2023).
BACA JUGA : Hanya ada 36 Kasus DBD di Jogja, Wolbachia Jadi Andalan
Dari 38 kasus itu terdiri atas paling banyak pada Bulan Januari dengan 11 kasus, kemudian Februari 4 kasus, Maret 8 kasus, April 4 kasus, Mei 8 kasus dan Juni ada 1 kasus. Adapun dari sisi wilayah terkena kasus DBD, Kelurahan Karangwaru ada 2 kasus, Cokrodiningratan 3 kasus, Baciro 3 kasus, Demangan 2 kasus, Bausasran 2 kasus. Kemudian Gedongkiwo 3 kasus, Patehan 3 kasus, Keparakan 3 kasus, Pandeyan 2 kasus dan Prenggan ada 2 kasus.
Adapun kelurahan dengan satu kasus DBD antara lain Gowongan, Klitren, Baciro, Terban, Tegalpanggung, Pringgokusuman, Wirobrajan, Suryodiningratan, Panembahan, Purwokinanthi, Gunungketur, Sorosutan, Purbayan dan Rejowinangun.
Ia menambahkan angka kasus tersebut jauh menurun dibandingkan pada bulan yang sama di 2022 silam. Berdasarkan data kasus enam bulan pertama di 2022 berada di angka 105 kasus. Rinciannya Januari 41 kasus, Februari 13 kasus, Maret 12 kasus, April 9 kasus, Mei 22 kasus dan juni sebanyak 8 kasus.
Emma mengakui saat musim kemarau seperti April hingga Juni kasusnya cenderung menurun. Akan tetapi jika dibandingkan tahun lalu kasusnya masih tinggi saat musim kemarau, terbukti pada Mei 2022 berada di angka 22 kasus, sedangkan Mei 2023 hanya 8 kasus.
“Kalau musim kemarau karena panas memang trennya selalu menurun,” katanya.
Selain itu, penurunan diperkirakan karena program penyebaran nyamuk ber-wolbachia yang merupakan kerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis UGM. Penyebaran nyamuk jenis ini telah merata di Kota Jogja sehingga kasus DBD di Kota Jogja cenderung menurun.
“Program Wolbachia di Kota Jogja ini karena sudah berhasil kemudian digeser di daerah lain,” ujarnya.
Fakto penyebab lain, kata dia, program jumantik di setiap rumah yang digulirkan di Kota Jogja sehingga berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat untuk memastikan tidak ada jentik di setiap rumah. “Jadi setiap rumah itu mengontrol sendiri jumantiknya kemudian dilaporkan sehingga kesadaran meningkat, setiap KK jadi lebih sering menguras tandon air dan memastikan rumahnya tidak ada jentik,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Menteri PU Targetkan 66 Sekolah Rakyat Dapat Diresmikan Prabowo Juli 2025
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Petugas BPBD Bantul Evakuasi Pekerja yang Tersengat Listrik di Banguntapan
- Belasan Peserta Seleksi PPPK Tahap II di Sleman Gugur Tanpa Lalui Seleksi Kompetensi
- Pria Paruh Baya Tersengat Listrik Saat Tengah Bekerja di Banguntapan Bantul
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
- Luncurkan SPPG di Tridadi Sleman, Menko Muhaimin Ungkap Efek Berantai Bagi Masyarakat
Advertisement