Advertisement
13.000 Siswa di Jogja Sudah Deteksi Dini Kesehatan, Ini Penjelasan Dinkes

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebanyak 13.000 siswa di Kota Jogja per September ini sudah melakukan deteksi dini kesehatan. Deteksi dini ini dilakukan dengan aplikasi digital Mobile Screening Penjaringan Kesehatan (Mobscreen Penjarkes) yang dikembangkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jogja.
Mobscreen Penjarkes digunakan untuk mendeteksi dini kesehatan siswa dengan cara melakukan pengisian riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, modalitas belajar, dan dominasi otak hingga tinggi dan berat badan. Model deteksi dini ini sudah dilakukan sejak 2022 lalu.
Advertisement
Dinkes bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Jogja untuk menggencarkan penggunaan Mobscreen Penjarkes di sekolah-sekolahnya. Data Dinkes Jogja menyebut pada 2022 sudah ada 37.293 siswa yang menggunakannya.
BACA JUGA : Warga Pakem Pakai BPJS Kesehatan Tak Khawatir saat Berobat
Jumlah tersebut sekitar 54% dari total jumlah siswa di Kota Jogja 68.422 orang. “Tiap tahun akan kami gencarkan karena sudah bagian dari program rutin, angka partisipasi tia tahun juga akan terus kami naikan agar semakin gencar siswa melakukan deteksi dini kesehatan,” kata Pengelola Program Anak Sekolah dan Remaja Dinkes Jogja Sri Lestari, Jumat (15/9/2023).
Tak hanya melakukan deteksi dini, jelas Lestari, Dinkes Jogja juga rutin melakukan penjadwalan minum Tablet Tambah Darah (TTD) di setiap sekolah. “Program TTD ini dilakukan untuk memastikan siswa-siswa di Jogja tak banyak mengidap anemia,” paparnya.
Lestari menjelaskan setidaknya setiap siswa di Jogja minimal melakukan sekali dalam setahun untuk melakukan deteksi dini kesehatan. “Agar kami memiliki data yang real sehingga dapat menindaklanjuti dengan penanganan medis yang akurat, supaya semua anak Jogja sehat-sehat,” ujarnya.
Tujuan utama deteksi dini kesehatan ini, jelas Lestari, untuk memantau tumbuh kembang anak-anak dan mengantisipasi adanya penyakit kronis. “Supaya perkembangannya terpantau jika perlu intervensi bisa dilakukan, dan juga untuk mencegah penyakit kronis berkembang pesat, supaya bisa ditangani segera mungkin,” jelasnya.
Mengingat kesehatan siswa berdampak langsung dengan proses belajarnya, lanjut Lestari, deteksi dini kesehatan ini terbantu oleh pihak sekolah dan keluarga anak. “Untuk itu kami mengajak agar seluruh sekolah lebih giat lagi juga mengajak siswanya melakukan deteksi dini karena mudah juga melakukannya, termasuk partisipasi orang tua anak juga perlu ditingkatkan lagi,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pramono: Dana Ngendon di Bank Rp14,6 Triliun Akan Dipakai Bayar Proyek
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Masih ada 1.744 Kasus HIV di Kota Jogja, Layanan Pengobatan Dipermudah
- 1.000 Petugas SPPG Bantul Dibekali Pelatihan Penjamah Makanan
- KPK Periksa 5 Saksi Dugaan Korupsi Kuota Haji di Polresta Jogja
- 1,3 Juta Liter Air Didistribusikan BPBD Bantul ke Wilayah Kekeringan
- Terdakwa Kecelakaan yang Menewaskan Mahasiswa UGM Dituntut 2 Tahun
Advertisement
Advertisement