Advertisement

Warga Sanden Minta Kompos Dikasih Sampah, DLH Jogja Akui Ada Kesalahan

Alfi Annisa Karin
Rabu, 03 Juli 2024 - 15:17 WIB
Arief Junianto
Warga Sanden Minta Kompos Dikasih Sampah, DLH Jogja Akui Ada Kesalahan Ilustrasi kompos. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja angkat bicara soal penemuan tumpukan sampah di Sanden, Bantul. Pada informasi yang beredar, tumpukan sampah yang ada itu seharusnya merupakan sampah organik yang akan diolah menjadi pupuk bagi para petani. Tetapi petani mendapati sampah organik itu tercampur dengan sampah anorganik.

Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Kota Jogja, Ahmad Haryoko menjelaskan selama ini pihaknya memang memberi fasilitas kepada para petani di Sleman dan Bantul. Sebelumnya, petani telah meninjau proses pengolahan sampah organik di TPS 3R Nitikan. Lalu, mereka tertarik untuk meminya sampah organik kepada DLH Jogja. Lalu, DLH memberikan sampah organik itu kepada petani secara gratis.

Advertisement

Sampah organik yang diberikan kepada petani diambil dari mesin gibrik. Mesin ini merupakan mesin pemisah antara sampah organik dan anorganik. Lewat mesin ini, kedua jenis sampah itu bisa terpisah secara total. Lalu, sampah organik yang diberikan kepada petani itu nantinya akan digunakan sebagai pupuk kompos. Tetapi tetap harus dilakukan proses fermentasi oleh para petani.

Haryoko memastikan hal itu bukan secara sengaja menyalurkan sampah ke Sanden. Dia mengakui memang terjadi kesalahan. Sampah tak diambil dari mesin gibrik, tetapi justru dari mesin pengolah RDF. Padahal, mesin RDF tak bisa secara total memisahkan antara sampah organik dan anorganik.

"Ada sedikit miss di lapangan, ternyata setelah ditumpahkan isinya campur. Ada pengiriman yang tidak bersih, artinya masih tercampur sedikit dengan plastik. Ini sudah dikomplain-kan dari petani kepada kami," ujar Haryoko saat ditemui di Balai Kota Jogja, Rabu (3/7/2024).

Haryoko menuturkan sampah organik yang diberikan secara gratis kepada petani ini sudah berlangsung sejak setahun terakhir di Sleman. Sementara, untuk Bantul tercatat lebih dari satu tahun. Pengangkutan sampah organik difasilitasi DLH dengan menggunakan kendaraan compactor secara gratis.

BACA JUGA: Minta Kompos ke DLH Jogja, Petani Sanden Justru Dikirimi Sampah

Haryoko menambahkan, sebelum ada mesin RDF di TPS 3R Nitikan, sampah organik diolah dengan cara pengomposan. Ada ruangan khusus di TPS 3R Nitikan yang digunakan untuk melakukan proses pengomposan. Hasilnua dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Namun, ruangan itu kini digunakan sebagai tempat mesin RDF, sehingga tak ada lagi pengolahan pengomposan di TPS 3R Nitikan.

Haryoko menegaskan, kesalahan ini baru terjadi kali ini. Sebelumnya, pengangkutan selalu berjalan lancar dan petani bisa memanfaatkan sampah organik yang diberikan oleh DLH Kota Jogja. "Kami juga berharap ini bisa berkesinambungan. Kami dibantu dalam proses lebih lanjut terkait sampah organik. Petani mendapatkan keuntungan atas penerimaan sampah organiknya untuk menjadi kompos," imbuhnya.

Haryoko memastikan pihaknya tengah berupaya untuk melakukan pengangkutan sampah-sampah itu dari Sanden untuk dikembalikan ke Nitikan. "Kami lakukan proses sebagaimana di mesin RDF. Ini sudah dilaksanakan pengambilannya kembali, kemudian nanti kita buat menjadi RDF," tegasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

IKN Rawan Banjir, BNPB: Sudah Ada Peta Risiko Bencana untuk 25 Tahun ke Depan

News
| Jum'at, 05 Juli 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement