Advertisement

Promo November

Leptospirosis di Bantul 41 Kasus, 3 Penderita Meninggal Dunia

Stefani Yulindriani Ria S. R
Selasa, 10 September 2024 - 14:02 WIB
Sunartono
Leptospirosis di Bantul 41 Kasus, 3 Penderita Meninggal Dunia Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan Bantul mencatat kasus leptospirosis hingga pertengahan tahun 2024 mencapai puluhan. Sebanyak 3 orang di antaranya meninggal dunia.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul, Feranose Panjuantiningrum menyampaikan hingga Januari-pertengahan Agustus 2024 kasus leptospirosis telah mencapai 41 kasus. Dari jumlah tersebut, tiga penderita diantaranya meninggal dunia. 

Advertisement

"Tiga orang yang meninggal dunia [karena] mereka punya penyakit bawaan," katanya, Selasa (10/9/2024).

BACA JUGA : Kasus Leptospirosis di Sleman Terus Bertambah, Rata-Rata Banyak Ditemukan di Kapanewon Ini

Menurutnya, tahun ini kasus leptospirosis menyebar di beberapa kapanewon, dengan jumlah penderita per kapanewon rata-rata 2-3 orang. Jumlah kasus leptospirosis saat ini masih lebih rendah daripada tahun lalu yang mencapai 168 kasus.

Di tahun 2023 jumlah kasus leptospirosis diduga banyak terjadi di awal tahun. Saat itu Bantul mengalami musim kemarau. Menurutnya, saat musim kemarau perkembangan jumlah tikus meningkat, sehingga diduga menjadi penyebab tingginya kasus leptospirosis.

"Melihat ternyata di tahun 2023, justru [kasus leptospirosis] banyak di awal tahun [dalam kurun] Januari-April cukup banyak, Juli-Desember menurun," katanya. 

Dinkes Bantul masih berupaya mengevaluasi penyebab tingginya kasus leptospirosis. Menurutnya, selama musim penghujan, ada genangan air yang berpotensi menjadi tempat perlindungan kuman penyebab leptospirosis. Sehingga, tidak menutup memungkinkan selama musim penghujan kasus leptospirosis juga tinggi.

Selain itu berupaya menyosialisasikan leptospirosis kepada masyarakat, perangkat kalurahan dan kecamatan mengenai upaya pencegahan dan penanganan leptospirosis. Hal itu dilakukan agar seluruh lapisan masyarakat turut berupaya mencegah adanya tempat perindukan kuman penyebab leptospirosis. 

"Kita juga geruduk pasar, kita bersihkan tepat perindukan [tikus]," katanya.

Ia meminta masyarakat membersihkan tempat yang dapat menjadi sarang tikus, dan menggunakan alas kaki saat berada di genangan air. Dia juga meminta agar masyarakat yang memiliki luka dibalut untuk mencegah luka tersebut menjadi tempat masuknya kuman. Dia juga meminta masyarakat agar sering mencuci kaki dan tangan setelah melakukan kegiatan di luar rumah. 

Dia menuturkan pihaknya juga telah memberikan arahan kepada fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus leptospirosis. 

BACA JUGA : 1 Orang Meninggal dari 6 Kasus Leptospirosis di Jogja Tahun Ini, Masyarakat Diminta Waspada

Feranose menuturkan beberapa gejala yang dapat mengindikasikan leptospirosis antara lain demam, nyeri kaki, pusing, dan mual. Dia menuturkan apabila masyarakat mengalami gejala yang mengindikasikan leptospirosis, maka dapat segera berobat ke fasyankes terdekat. 

"Kalau ada tanda gejala leptospirosis, diperiksa ke dokter, jangan sampai sudah parah diperiksa ke dokter. Leptospirosis ini kalau suspect ada sistem rujukan, bisa dilayani di puskesmas, kalau butuh rujukan [ke RS] bisa," katanya. 

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul, Samsu Aryanto menilai kesadaran masyarakat terhadap pencegahan dan penanggulangan leptospirosis semakin meningkat. Menurutnya, saat ini kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala leptospirosis semakin membaik.

“Respon masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala [leptospirosis] ke fasyankes terdekat meningkat tahun ini. Sehingga ketika ada gejala dapat ditindaklanjuti di fasyankes tersebut,” ujarnya.

BACA JUGA : 14 Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis dalam 2 Tahun Terakhir

Samsu pun mengimbau masyarakat tetap mewaspadai penularan penyakit tersebut. Dia mengimbau masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan membersihkan tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan tikus untuk mengantisipasi penularan penyakit tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Musim Hujan Tiba, Masyarakat Diminta Waspada Ancaman Demam Berdarah

News
| Kamis, 21 November 2024, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement