Advertisement

Promo November

Dinkes Bantul Catat Ada Peningkatan Angka Prevalensi Stunting di Agustus 2024, Tertinggi di Kapanewon Ini

Jumali
Selasa, 12 November 2024 - 12:57 WIB
Ujang Hasanudin
Dinkes Bantul Catat Ada Peningkatan Angka Prevalensi Stunting di Agustus 2024, Tertinggi di Kapanewon Ini Ilustrasi penanganan stunting. / Freepik

Advertisement

Harianjoga.com, BANTUL--Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat angka prevalensi stunting di Bantul mengalami peningkatan 0,27 persen pada Agustus 2024, dibandingkan Juni 2024. Di mana pada Agustus 2024 angka prevelensi stunting tercatat ada di angka 7,28, sementara di Juni 2024 angkanya mencapai 7,01.

"Untuk September 2024, belum. Ya, ada peningkatan 0,27. Untuk kapanewon yang memiliki angka prevalensi stunting tertinggi masih di Kapanewon Imogiri," kata Kepala Dinkes Bantul Agus Tri Widiyantara , Selasa (12/11/2024).

Advertisement

Agus sendiri enggan mengungkapkan mengenai apa yang menyebabkan, adanya peningkatan angka prevalensi stunting tersebut. Meski demikian, Agus mengaku saat ini Dinkes terus berusaha untuk menekan angka prevelensi stunting tersebut.

"Jangan sampai di 2025 ada peningkatan nantinya. Untuk itu kami terus melakukan evaluasi terkait penanganan stunting dan melakukan berbagai terobosan agar angka prevelensi stunting ini bisa ditekan," imbuhnya.

BACA JUGA: Tekan Angka Stunting di Bawah 14 Persen, Pemkab Bantul Gencarkan Intervensi Serentak

Menurut Agus, persoalan stunting sangat kompleks. Karena, kata dia, tidak hanya mengenai masalah pemenuhan gizi, akan tetapi juga menyangkut pola asuh anak. Alhasil, anak yang mengalami stunting, menurut Agus tidak hanya terjadi di keluarga dengan ekonomi rendah, tapi juga ekonomi menengah dan atas.

"Karena saat ini banyak anak yang diasuh oleh orang lain. Kami mencatat ada 41 persen anak yang diasuh oleh orang tua di Bantul. Dan, ini menjadi salah satu faktor penyebab adanya stunting," lanjut Agus.

Untuk anak yang diasuh selain oleh orang tua, diakui oleh Agus, cukup sulit untuk melakukan intervensi, pencegahan dan penanganan stunting. Hal ini berbeda, saat anak diasuh oleh orang tua.

"Karena biasanya kalau bukan orang tua yang mengasuh, anak itu cenderung tidak menghabiskan makanan akan dibiarkan saja. Ini yang cukup susah untuk diturunkan," jelasnya.

Oleh karena itu, Agus mengaku pada 2024, Dinkes tidak hanya fokus pada pemberian makanan tambahan (PMT), akan tetapi juga memberikan makanan tambahan dalam bentuk komunitas. Harapannya, dengan pemberian makanan tambahan dalam bentuk komunitas, upaya intervensi yang dilakukan oleh Dinkes bisa lebih optimal.

"Dengan bentuk komunitas, kan otomatis akan dimakan di komunitas itu. Lebih tepat sasaran. Berbeda jika kami berikan terus dimakan di rumah masing-masing, bisa saja makanan itu tidak dihabiskan. Selain itu, bisa saja makanan itu disimpan dan dibagikan ke saudara yang lainnya," ucapnya.

Selain itu, Agus menyatakan Dinkes juga terus melakukan sosialisasi kepada kader mengenai pemberian makanan pada bayi dan anak.

"Diharapkan upaya ini  dapat memberikan pendampingan kader posyandu dapat memberikan pendampingan kepada keluarga dengan balita stunting," harap Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran

News
| Jum'at, 22 November 2024, 10:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement