Kasus DBD di Bantul Melonjak 3 Kali Lipat dibanding Tahun Sebelumnya
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL--Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul terus mewaspadai peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada musim libur Natal dan Tahun Baru.
Pasalnya, Dinkes Bantul mencatat, selama Januari hingga 20 Desember 2024, ada 582 kasus DBD dengan 4 kematian. Jumlah itu meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023 dengan 136 kasus dan nol kematian.
Advertisement
"Untuk itu kami waspadai kemungkinan peningkatannya. Apalagi ini sudah memasuki musim penghujan," jelas Kepala Dinkes Bantul Agus Tri Widiantoro, Jumat (20/12/2024).
Agus mengungkapkan, peningkatan kasus DBD 3 kali lipat di 2024 ini sejatinya tidak hanya terjadi di Kabupaten Bantul tapi juga daerah lainnya. Sementara, tingginya kasus DBD, ditengarai oleh Dinkes Bantul terjadi karena kepadatan penduduk menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah kasus DBD.
Di mana, untuk wilayah padat penduduk akan berpotensi terjadi menjadi tempat perlindungan nyamuk. Selain itu banyaknya genangan air juga membuat potensi peningkatan kasus DBD.
"Untuk itu kita harus waspadai di musim penghujan adanya peningkatan kasus. Kita aktifkan lagi pemberantasan sarang nyamuk," katanya.
Selain itu, Agus menyatakan jika pada awal tahun ini, Sekretaris Daerah (Sekda) Bantul telah mengeluarkan surat edaran terkait dengan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kasus DBD.
Dalam surat edaran tersebut, perangkat kalurahan, kapanewon, puskesmas dan rumah sakit diminta untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk untuk mengantisipasi penyebaran nyamuk penyebab demam berdarah.
"Kami juga telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada puskesmas untuk melakukan deteksi dini DBD," ungkap Agus.
Sementara Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul, Feranose Panjuantiningrum, mengakui jika ada empat orang meninggal karena Demam Berdarah Dengue (DBD), pada periode November 2024. Oleh karena itu, Feranose pun meminta agar pasien yang mengalami gejala demam untuk segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) terdekat. Sebab, kematian pasien DBD tidak lepas dari keterlambatan penanganan.
"Disamping, riwayat faktor risiko masalah kesehatan lainnya," harapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
JK Kembali Dilantik Jadi Ketua Umum PMI, Tegaskan Tidak Ada Dualisme Kepengurusan
Advertisement
Nikmati Pergantian Tahun di Borobudur, Prambanan, dan TMII, ada Raisa hingga Meditasi Massal
Advertisement
Berita Populer
- Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 UGM, Teguhkan Peran Kampus untuk Kemajuan Bangsa
- Perwakilan BKKBN DIY Gelar Apresiasi KERABAT, Menuju TAMASYA, dan Gerakan Ayah Teladan
- Kementerian Hukum Lirik Desa Wisata Wukirsari untuk Ditetapkan Jadi Kawasan Ekosistem Kekayaan Intelektual
- Dukung Pelajaran Coding & AI, Wamen Komdigi Nezar Patria: Disesuaikan Usia dan Level Teknologinya
- Upah Warga Banjarharjo Melampaui UMK Kulonprogo Berkat Budidaya Lele
Advertisement
Advertisement