Berkat Gedebog Pisang, Bekas OB Mampu Hidupi Ratusan Keluarga di Gunungkidul
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Wisnu Widodo,35, warga Dusun Mendang 3, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul, membuka usaha kerajinan gedebog pisang sejak 2015. Hasil kerajinan ini sudah menembus pasar ekspor serta menjadi sandaran hidup ratusan warga. Berikut laporan wartawan Harian Jogja David Kurniawan.
Pikap penuh muatan keranjang berbahan gedebog pisang berhenti halaman gudang milik Wisnu Widodo,35, di Dusun Mendang 3. Dua pemuda langsug menghampiri ke pikap, cekatan menurunkan keranjang-keranjang untuk dimasukan ke gudang.
Advertisement
BACA JUGA: Polisi Tangkap Mahasiswi Pembuang Bayi di Umbulharjo
Setelah selesai pikak kosong, sang sopir diminta untuk mengambil keranjang yang sama di Dusun Keruk di Kalurahan Banjarejo, Tanjungsari, yang telah selesai dikerjakan. Dua pekerja di gudang langsung menyiapkan proses finishing keranjang-keranjang.
Satu orang bertugas memanasi keranjang dengan api untuk menghilangkan bulu-bulu dari gedebog sehingga terlihat lebih halus. Satu pekerja lain menyiapkan lem kayu untuk pengawetan. Keranjang-keranjang yang sudah dipanasi dicelupkan ke wadah yang berisi lem kayu agar lebih kuat dan tahan lama.
Terakhir, keranjang-keranjang ini akan dijemur sekitar dua hingga tiga hari. Setelah kering, hasil kerajinan akan dibawa ke perusahaan-perusahaan eksportir, salah satunya di Kabupaten Bantul, untuk dikirimkan ke Eropa hingga Amerika Serikat.
BACA JUGA: Pemkot Jogja Anjurkan Salat Id di RT atau RW Setempat
Pemilik usaha, Wisnu Widodo mengatakan usaha kerajinan gedebog pisang mulai dirintis sejak 2015 lalu. Pada awalnya, ia membuat kerajinan itu sendiri. Namun sejak 2017, ia berhenti memproduksi dan fokus sebagai penyedia bahan serta penadah untuk dikirimkan ke perusahaan ekspor.
Produksinya ia serahkan kepada ratusan perajin yang tersebar di Kapanewon Tanjungsari dan Tepus. “Total sekarang hampir ada 300 perajin yang hasilnya saya tampung untuk dikirim ke perusahaan ekspor. Agar kualitas tetap terjaga, saya menyiapkan sembilan orang sebagai kepala yang bertugas mengajari hingga memastikan kualitas dari pekerjaan sesuai dengan standar,” katanya.
Wisnu dulu bekerja sebagai office boy (OB) di perusahaan eksportir kerajinan di Bantul sejak lulus SMA pada 2003 lalu. Kala itu, ia bertugas membersihkan kantor, dan membuatkan minuman para pegawai. Selama hampir dua tahun rutinitas ini dilakoninya. Setelahnya, ia memberanikan diri keluar, dan bekerja di industri kerajinan, keranjang dari gedebog pisang di Bantul.
Pada awal usaha, ia hanya dibantu lima orang dan hanya menerima pesanan dari bekas tempatnya bekerja. Seiring perjalanan waktu, pesanan bertambah banyak. Wisnu memutuskan mengajak beberapa tetangga untuk membantu. Lambat laun jumlahnya bertambah banyak hingga mencapai ratusan perajin dan didominasi oleh perempuan.
“Memang ada perajin laki-laki, tapi sedikit karena yang 95% adalah perempuan,” katanya.
BACA JUGA: Penyekatan Dimulai, Sejumlah Mobil Diminta Putar Balik di Bantul
Gedebog pisang dibeli dari Bojonegoro, Jawa Timur dan udah berbentuk seperti tali sehingga perajin tinggal merangkai menjadi keranjang yang unik. Setiap pekan dia mendatangkan tujuh ton bahan baku. Proses produksi dalam satu bulan bisa menghasilkan 9.000 keranjang dengan berbagai ukuran. “Semua dari perajin karena di sini tinggal finishing kemudian dikirim ke perusahaan pengeskpor,” katanya.
Harga keranjang pun bervariasi mulai Rp50.000 sampai Rp100.000 tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya. Nilai kerja sama dengan perajin ditentukan jumlah serta besar kecilnya kerajinan.
“Ada yang Rp15.000, tapi ada juga yang Rp25.000 per keranjangnya. Semua tergantung dengan besar dan tingkat kerumintan. Rata-rata satu perajin bisa membuat empat sampai tujuh keranjang setiap hari,” katanya.
Lurah Ngestirejo, Wahyu Suhendri memberikan apresiasi kepada usaha kerajinan gedebog pisang yang dijalankan Wisnu Widodo. Menurut dia, usaha ini ikut mendorong roda perekonomian karena banyak warga yang ikut berpartisipasi menjadi perajin. “Ada 300-an perajin yang didominasi oleh ibu-ibu. Saya berharap usahanya terus berjalan dengan baik sehingga dampaknya juga bisa dirasakan oleh masyarakat,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Santer Kabar Ratusan Kader Membelot, Begini Penjelasan DPD PAN Sleman
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
- Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
- 2 Sekolah di Kulonprogo Ini Berpotensi Terdampak Pembangunan Tol Solo-Jogja-YIA
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
Advertisement
Advertisement