Advertisement
Awas! Musim Hujan, Potensi Menyebarnya Leptospirosis di Gunungkidul Kian Besar

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL - Kasus leptospirosis di Gunungkidul dalam tren peningkatan. Hingga akhir Oktober 2022 tercatat sudah ada 28 kasus, empat warga di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada terkait dengan penyebaran leptospirosis. Pasalnya, di saat musim hujan potensi terjangkit lebih besar ketimbang kemarau.
Advertisement
“Hampir mirip dengan DBD. Jadi, saat musim hujan, khususnya petani harus lebih mewaspadai ancaman leptospirosis,” kata Dewi kepada wartawan, Jumat (28/10/2022).
Penyakit leptosipriosis termasuk zoonosis. Adapun penyebaban dikarenakan air kencing tikus yang terjangkit bakteri leptospirosa.
Dia tidak menampik, kasus di 2022 lebih banyak dibandingkan dengan kejadian di tahun-tahun sebelumnya. Sejak 2018-2021, dalam setahun kisarannya paling banyak terjadi tahun lalu dengan jumlah 17 kasus dan empat orang meninggal dunia. “Sekarang sudah ada 28 kasus dengan empat korban meninggal dunia. Untuk kasus tertinggi terjadi pada 2017 dengan 64 kasus serta 16 orang meninggal dunia,” katanya.
BACA JUGA: Berminat Jadi Ketua Umum KONI Gunungkidul? Ini Dia Syaratnya
Dewi menambahkan, pencegahan terhadap penyebaran leptospirosis dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, juga ada upaya pembentukan one health satuan tugas khusus di tingkat kapanewon guna penanganan penyakit zoonosis serta menular lainnya. “Masih terus dilakukan sosialisasi untuk pembentukan di tingkat kapanewon,” katanya.
Terkait dengan penyebaran leptospirosis karena tikus, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi mengaku sudah mengingatkan para petani terkait dengan serangan hama tikus. Dia meminta ada upaya pemantauan sejak dini agar populasinya tidak mengganggu tanaman. “Potensi serangan itu ada sehingga dapat diantisipasi dengan pengawasan sejak masa tanam. Saat ada gejala serangan tikus langsung bisa dibasmi,” katanya.
Selain itu, juga ada upaya pelepasliaran burung hantu Tyto alba yang berfungsi sebagai hewan predator pemakan tikus. “Sudah kami lakukan di Kalurahan Banaran, Playen. Rencananya burung hantu yang dilepas juga akan ditambah di tahun depan,” katanya.
Kasus leptospirosis di Gunungkidul
Tahun Kasus Kematian
2017 64 16
2018 16 1
2019 9 2
2020 6 1
2021 17 4
2022* 28 4
*) Sampai 24 Oktober 2022
Sumber: Dinas Kesehatan Gunungkidul
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Ini Alasan Bupati Bantul Mewajibkan ASN Buat Biopori untuk Sampah
- Jaga Stabilitas Harga, Operasi Pasar Digelar di Pasar Argosari Wonosari Gunungkidul
- Kekurangan Siswa, SMP Ma'arif Yani Kulonprogo Resmi Ditutup, Siswanya Diminta Pindah Sekolah
- SPMB 2025, Jalur Afirmasi Tambahan Sudah Terpenuhi, Sejumlah SMA/SMK di DIY Masih Kekurangan Siswa
- Harganas Harus Mengusung Semangat Inklusif dan Kolaboratif
Advertisement
Advertisement