Advertisement
Belajar Kelola Sampah dari Cara Cerdas Kalurahan Panggungharjo

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Kebijakan tarif proporsional dinilai efektif dalam mengubah perilaku pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga di Kalurahan Panggungharjo. Kebijakan tersebut juga telah didukung dengan penggunaan teknologi digital.
Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan pihaknya memiliki beberapa skema yang digunakan untuk mengubah perubahan perilaku pengelolaan sampah.
“Pertama, dengan penetapan kebijakan tarif yang proporsional. Semakin banyak seorang warga memproduksi sampah dan tidak dipilah maka dia harus membayar retribusi yang lebih tinggi,” kata Wahyudi, Senin, (12/12/2022).
Apabila sampah organik telah dipilah, kata Wahyudi, maka sampah tersebut tidak akan dikenai biaya angkut. Sementara sampah anorganik atau rongsok akan dibeli oleh pihak kalurahan. Sisanya yang dalam bentuk residu akan dibebani biaya.
“Rata-rata residu itu memiliki beban 20 persen dari total sampah yang diproduksi. Maka ketika dipilah, biaya retribusi akan sangat rendah di samping mendapat pendapatan karena sampah pilah kan akan kami beli,” katanya.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Nilai Pola Pikir Pendidikan Saat Ini Masih di Revolusi Kedua
Agar kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik, Kalurahan Panggungharjo kemudian membuat aplikasi Pasti Angkut. Sampah residu atau tak terpilah yang mereka ambil akan langsung ditimbang. Berat timbangan tersebut akan otomasi muncul pada aplikasi Pasti Angkut.
Jika sampah tidak dipilah, kata dia, biaya angkut akan lebih mahal dua kali lipat. “Biasanya yang hanya Rp25.000 bisa jadi sampai Rp70.000-Rp80.000, itu kalau mereka tidak memilah,” ucapnya.
Wahyudi mengatkan manajemen berbasis data yang terintegrasi dengan teknologi digital akan memiliki dampak psikologis pada seseorang sehingga warga akan mendorong mereka mengurangi produksi sampah.
Wahyudi menjelaskan penerapan kebijakan tarif proporsional pengelolaan sampah telah pihaknya lakukan sejak tiga bulan lalu. “Sekarang ini yang terjadi di Panggungharjo, itu sebagian besar atau lebih dari 40 persen warga Kalurahan sudah melakukan pemilahan,” lanjutnya.
Dia menegaskan bahwa inisiasi pengelolaan sampah yang berhilir pada perubahan perilaku pengelolaan sampah di Kalurahan Panggungharjo telah dimulai sejak 2013.
Barulah pada 2018 hingga 2019 terjadi perubahan model dalam upaya mengubah perilaku pengelolaan sampah. Setelahnya, di tahun 2022, kurang lebih tiga bulan lalu, teknologi digital digunakan untuk semakin mendorong perubahan perilaku pengelolaan sampah.
Apabila tidak ada penerapan kebijakan tarif proporsional, kata Wahyudi, warga akan sesuka hatinya memproduksi sampah tanpa mengelola terlebih dahulu.
“Misalnya, sebulan bayar Rp20.000 untuk biaya angkut. Mau buang sampah dengan jumlah besar dan kecil, pokoknya Rp20.000. Mau dipilah atau tidak ya tetap Rp20.000. Sehingga, warga akan cenderung tidak peduli. Ya mending tidak usah memilah dan nyampah terus saja, lha bayarnya sama kok,” ujar dia.
Tegasnya, penerapan tersebut tidak tepat. Wahyudi mengatakan, seharusnya warga yang memproduksi sampah banyak tentu memiliki tanggung jawab yang lebih besar.
BACA JUGA: Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Restoran Jepang Sajikan Mi yang Lebarnya Mencapai 12 Sentimeter, Begini Cara Memakannya
Advertisement
Berita Populer
- Patut Dicontoh! Jatuh Tempo Masih Lama, 24 Kalurahan di Gunungkidul Lunas Bayar PBB
- Petugas Pengolah Sampah Membakar Sampah, TPS di Sedayu Malah Kebakaran
- Peluncuran Prangko, Sepotong Malioboro untuk Kenangan Kita
- Puncak Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional: Lansia Potensi Besar, Bukan Beban Negara
- Kembali ke Tanah Leluhur, Diaspora Jawa Siap Road Trip ke Beberapa Kota
Advertisement
Advertisement