Advertisement

Waspada! Kapasitas IPAL Sewon Tak Cukup Menampung Air Limbah Rumah Tangga

Yosef Leon
Kamis, 08 Juni 2023 - 15:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Waspada! Kapasitas IPAL Sewon Tak Cukup Menampung Air Limbah Rumah Tangga Salah satu instalasi pengolahan limbah di IPAL Sewon yang diklaim bukan menjadi penyebab pencemaran sungai di Kota Jogja, Selasa (2/5 - 2023). / Istimewan / Dok. Balai Pialam.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Kapasitas penampungan Instalasi Pembuatan Air Limbah (IPAL) Sewon tidak lagi mencukupi untuk menampung limbah rumah tangga di wilayah Jogja. Pemerintah perlu memikirkan ulang strategi pengolahan air limbah agar kerusakan air tanah dapat diminimalisir.

Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM Pramono Hadi mengatakan persoalan air tanah di Jogja sudah cukup kompleks dengan temuan cemaran bakteri Ecoli di sumur warga. Hal ini disebabkan rata-rata jarak sapyic tank warga dengan sumur kurang dari 10 meter. Hal itu rentan menyebabkan kebocoran sehingga air tanah tercemar dengan bakteri Ecoli.

Advertisement

BACA JUGA: Masih Ada Rumah Tangga di Kota Jogja Gunakan IPAL Warisan Belanda

"Pemerintah sebenarnya sudah punya solusi lewat IPAL Sewon, namun kapasitasnya sudah tidak lagi cukup dan hanya 25.000 sambungan rumah, sedangkan jumlah rumah di Kota Jogja itu lebih dari 300.000 rumah dan itu jauh dari cukup," katanya, Kamis (8/6/2033). 

Pramono mendorong pemerintah untuk meningkatkan kapasitas IPAL Sewon menjadi 500.000 sambungan rumah sehingga cemaran bakteri Ecoli bisa diminimalisir. Pemerintah daerah bisa meminta bantuan dana dari pusat atau skema investasi dengan swasta agar pengelolaan air limbah terintegrasi dengan optimal. 

"Memang butuh dana yang tidak sedikit, tapi kan bisa diatur dan dialokasikan dengan tepat," kata dia.

Tidak Aman

Dia menyebut pencemaran air tanah terjadi bukan dari resapan air tanah, melainkan langsung menetes ke sumur-sumur milik warga. Menurutnya, kondisi ini dipengaruhi karena jarak saptic tank dengan sumur tidak berada pada batas aman.

"Sebenarnya bakteri Ecoli itu tidak bisa meresap jauh ke dalam tanah, dia mencemarinya lewat bocoran yang langsung menuju ke sumur. Jadi konteksnya adalah pencemaran secara langsung, terutama di daerah yang sudah tua," jelasnya.

Untuk mengindari pencemaran bakteri Ecoli, katanya, jarak aman antara saptic tank dengan sumur sejauh 10 meter. Selain itu, sistem IPAL justru tidak dimanfaatkan secara maksimal, sehingga hal ini masih menimbulkan masalah bagi kualitas air tanah di daerah perkotaan.

"Jogja itu kan disebut sebagai kota istimewa. Pertanyaannya adalah istimewa dimana? Kalau hal-hal semacam ini tidak diperhatikan oleh pemerintah," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Viral Polisi Tembak dan Serang DC, APPI Jelaskan Duduk Permasalahannya

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement