Waspada! Kapasitas IPAL Sewon Tak Cukup Menampung Air Limbah Rumah Tangga

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Kapasitas penampungan Instalasi Pembuatan Air Limbah (IPAL) Sewon tidak lagi mencukupi untuk menampung limbah rumah tangga di wilayah Jogja. Pemerintah perlu memikirkan ulang strategi pengolahan air limbah agar kerusakan air tanah dapat diminimalisir.
Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM Pramono Hadi mengatakan persoalan air tanah di Jogja sudah cukup kompleks dengan temuan cemaran bakteri Ecoli di sumur warga. Hal ini disebabkan rata-rata jarak sapyic tank warga dengan sumur kurang dari 10 meter. Hal itu rentan menyebabkan kebocoran sehingga air tanah tercemar dengan bakteri Ecoli.
Advertisement
BACA JUGA: Masih Ada Rumah Tangga di Kota Jogja Gunakan IPAL Warisan Belanda
"Pemerintah sebenarnya sudah punya solusi lewat IPAL Sewon, namun kapasitasnya sudah tidak lagi cukup dan hanya 25.000 sambungan rumah, sedangkan jumlah rumah di Kota Jogja itu lebih dari 300.000 rumah dan itu jauh dari cukup," katanya, Kamis (8/6/2033).
Pramono mendorong pemerintah untuk meningkatkan kapasitas IPAL Sewon menjadi 500.000 sambungan rumah sehingga cemaran bakteri Ecoli bisa diminimalisir. Pemerintah daerah bisa meminta bantuan dana dari pusat atau skema investasi dengan swasta agar pengelolaan air limbah terintegrasi dengan optimal.
"Memang butuh dana yang tidak sedikit, tapi kan bisa diatur dan dialokasikan dengan tepat," kata dia.
Tidak Aman
Dia menyebut pencemaran air tanah terjadi bukan dari resapan air tanah, melainkan langsung menetes ke sumur-sumur milik warga. Menurutnya, kondisi ini dipengaruhi karena jarak saptic tank dengan sumur tidak berada pada batas aman.
"Sebenarnya bakteri Ecoli itu tidak bisa meresap jauh ke dalam tanah, dia mencemarinya lewat bocoran yang langsung menuju ke sumur. Jadi konteksnya adalah pencemaran secara langsung, terutama di daerah yang sudah tua," jelasnya.
Untuk mengindari pencemaran bakteri Ecoli, katanya, jarak aman antara saptic tank dengan sumur sejauh 10 meter. Selain itu, sistem IPAL justru tidak dimanfaatkan secara maksimal, sehingga hal ini masih menimbulkan masalah bagi kualitas air tanah di daerah perkotaan.
"Jogja itu kan disebut sebagai kota istimewa. Pertanyaannya adalah istimewa dimana? Kalau hal-hal semacam ini tidak diperhatikan oleh pemerintah," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ilmuwan Pencipta Vaksin mRNA Covid-19 Raih Nobel & Uang Rp15,5 Miliar
Advertisement

Danau Toba Dikartu Kuning UNESCO, Sandiaga: Ini Jadi Alarm
Advertisement
Berita Populer
- Simak Jadwal KA Bandara YIA Hari Ini, 3 Oktober 2023
- Berikut Jadwal Keberangkatan Bus Damri Tujuan YIA dan Tarifnya
- Pelajar SMA Muha Gelar Aksi Tanam Bakau di Hutan Mangrove Baros
- Jadwal Pemadaman Listrik di Sleman, Wonosari, dan Wates 3 Oktober 2023
- Prakiraan Cuaca DIY Hari Ini, 3 Oktober 2023: Cerah Sepanjang Hari
Advertisement
Advertisement